Warga Kasepuhan yang Selalu Mengevakuasi Padi Ketika Terjadi Bencana

Warga Kasepuhan yang Selalu Mengevakuasi Padi Ketika Terjadi Bencana
info gambar utama

Di Kampung Garehong, Desa Sirnaresmi, Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat, warga memperlakukan padi dengan hormat. Bagi masyarakat padi merupakan penjelmaan dari Nyai Pohaci.

Karena itulah, selain korban longsor, masyarakat juga akan mengevakuasi padi. Bagi mereka menyelamatkan padi sama halnya dengan menjaga tradisi dan juga merawat kemanusiaan.

“Menyelamatkan padi adalah menjaga kehidupan. Walaupun bukan padi milik kami, tradisi tolong menolong harus tetap dijaga. Apalagi saat ini banyak saudara kami tertimpa bencana,” ujar Erik, warga Kampung Gunung Ueuek, Desa Sirnaresmi yang dimuat Kompas.

Desa Adat Kasepuhan Ciptagelar, Desa Canggih yang Punya Stasiun TV

Erik mengatakan, ketika ditemukan, padi tersimpan dalam leuit (lumbung padi berbentuk panggung) yang rusak dan bergeser sekitar 100 meter dari posisi semula. Kemungkinan karena terdorong material longsor.

Hal inilah yang membuat warga tidak bisa memastikan kepemilikan padi itu. Walau tidak diketahui pasti siapa pemiliknya, Erika meyakini tidak akan menimbulkan masalah. Pasalnya pembagian padi biasanya dilakukan lewat pemufakatan.

“Bisa dibagi rata. Biasanya warga akan bermufakat untuk menentukan pembagiannya. Bisa saja disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing korban sesuai jumlah keluarganya. Semangatnya adalah persaudaraan. Sejak lama padi menyatukan hidup warga di sini,” ujarnya.

Merawat kehidupan

Kepala Desa Sirnaresmi Iwan Suwandri menjelaskan bahwa menyelamatkan padi sama dengan merawat kehidupan. Padi tegasnya, tidak ternilai dengan uang, karena itulah masyarakat akan menyelamatkan padi bersamaan dengan upaya evakuasi korban.

“Padi-padi itu merupakan hasil panen bertahun-tahun. Jadi warga bukan sekadar menyelamatkan bahan makanan, melainkan juga merawat pesan leluhur untuk memuliakan berkah alam,” ujarnya.

Iwan memaparkan padi yang diselamatkan dari timbunan longsor akan dikumpulkan. Setelah proses evakuasi korban selesai, korban selamat dan keluarga korban meninggal akan diajak bermusyawarah terkait pembagiannya.

Dari Tanam Padi hingga Telur Puyuh, Cara Eks Napiter Terorisme agar Berdikari

Padi-padi itu lantas disimpan di salah satu rumah yang ditinggal mengungsi. Rumah itu tidak terkunci, namun warga tidak khawatir padi akan tercuri. Bagi masyarakat di sana sudah menganggap persaudaraan sangat kuat.

“Nekat mencuri sama halnya mengambil milik saudara sendiri,” tegas Pinda.

Warga adat yakin, padi merupakan bekal masa depan, terutama untuk penyitas melanjutkan kehidupan, mulai dari memenuhi kebutuhan selama mereka berada di pengungsian hingga bertani di tempat baru.

“Dengan memperlakukan padi secara baik, mereka akan memanen kebaikan, terutama saat mereka diuji dengan bencana alam,” tambahnya.

Simbol kemakmuran

Iwan menjelaskan bahwa masyarakat adat di desanya menganggap simbol kemakmuran bukanlah rumah, emas, mobil, atau barang mewah lainnya. Melainkan seberapa banyak padi yang disimpan di leuit.

“Padi pun bukan untuk dijual agar bertambah kaya, tetapi disimpan agar bisa digunakan untuk menyelamatkan dan menolong orang lain yang membutuhkan,” katanya.

Peneliti dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Jabar, Risa Nopianti dalam Leuit si Jimat: Wujud Solidaritas Sosial Masyarakat di Kasepuhan Sinar Resmi menuliskan bahwa padi diyakini sebagai perwujudan Nyai Pohaci yang dianggap berjasa memberikan kehidupan.

Padi Hibrida, Menanam "Permata" bagi Pertanian Indonesia di Masa Depan

Karena itulah padi mendapat perlakukan istimewa. Padi varietas lokal hanya boleh ditanam setahun sekali. Dari awal tanam hingga panen, sejumlah ritual adat digelar. Puncaknya adalah upacara adat seren taun.

“Hasil panen padi tidak boleh dijual sebelum pangan warga tercukupi. Untuk kebutuhan lainnya, warga menanam kapulaga yang panen dua bulan sekali. Harga kapulaga Rp10.000 per kilogram,” kata Pinda.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini