Warga Patilereng dalam Upaya Konservasi Menggunakan Warisan Kuliner

Warga Patilereng dalam Upaya Konservasi Menggunakan Warisan Kuliner
info gambar utama

Masyarakat Desa Patilereng, Kecamatan Bontosikuyu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan memiliki kuliner yang unik yaitu air laut. Karena itulah warga Patilereng menjaga kebersihan air laut sebagai bagian dari konservasi.

Dimuat dari Kompas, makanan ini biasanya dikombinasikan parutan kelapa muda yang bercampur air laut, diperas menjadi santan. Air laut itu diambil begitu saja dari tepi pantai. Airnya yang jernih dicampur tanpa lebih dulu dimasak.

“Airnya bersih dan segar. Tidak perlu takut diare,” kata Darmawati warga Patilereng.

Dikenal Eksotik, Kepulauan Selayar Diincar Sebagai Lokasi Ajang Balap Internasional

Masyarakat setempat biasanya juga akan menjejer kuliner ikan seperti kakap merah dan kerapu untuk dibakar. Rahmatia berulang kali meniup batok kelapa untuk mempertahankan bara apinya.

Di sampung ikan-ikan itu, Rahmatia membakar juga belimbing wuluh atau belimbing sayur yang sudah ditusuk rapi seperti sate. Ketika ikan dan belimbing matang, Rahmatia akan memasukkannya ke dalam santan.

Kepulan asap masih terlihat saat ikan-ikan tenggelam ke dalam santan yang kental dan putih bersih itu. Nantinya akan segera tercium aroma gurih dan manis. Kuliner itu akan siap disantap bersama.

“Ayo sudah bisa mulai memakannya,” kata Saharuddin Arif.

Keajaiban santan kelapa air laut

Menurut Darwati, ikan bercampur santan kelapa muda inilah yang menjadi kunci. Ikan segar yang dimatangkan dengan api, sedang itu dagingnya terjaga empuk dan gurih. Juga ada sensasi manis ketika santan menyelusup di antara serat-serat gading.

Baginya kelapa memberi kuasa rasa manis, sedangkan air laut menambahkan aksen gurih. Asinnya air laut yang biasa begitu kuat saat dicicip apa adanya, kali ini seperti mengalah kepada manis kelapa.

Selain itu, mereka juga punya menu kejutan yakni lanya-lanya, binatang laut yang bentuknya menyerupai sangrian kelapa. Badannya oval nyaris bulat berkaki enam dan kulitnya cokelat kehitaman.

Melacak Kehadiran Gong Nekara Selayar yang Dipercaya Berumur Ribuan Tahun

“Enak, gurih. Coba saja,” kata Imrawati.

Setelah kenyang menikmati ilasa, datang sajian air kelapa muda yang baru saja dipetik dari pohon-pohon kelapa yang tumbuh di sepanjang pantai. Sehabis menikmati ilasa, biasanya wisatawan akan menyeruput air kelapa ditemani ombak dan semilir angin laut.

Pantai konservasi

Dikatakan oleh Kepala Desa Patilereng, Saharuddin Arif, pantai timur Desa Patilereng ini dijaga kebersihannya oleh warga dan didukung oleh pemerintah desa. Sejak dahulu tidak boleh ada rumah yang membelakangi pantai.

Warga dilarang membuang sampah, apalagi menjadikan laut sebagai saluran pembuangan atau sanitasi. Saharuddin menjelaskan sejak dulu tidak ada yang mendirikan rumah di dekat pantai timur ini karena warga khawatir mencemarinya.

“Permukiman terdekat berjarak sekitar 4 kilometer dari pantai. Laut menjadi tempat mencari nafkah,” ujarnya.

Istilah di Kawasan Konservasi yang Perlu Diketahui

Selain itu warga desa juga menjaga kebersihan pantai dengan melarang nelayan mencari ikan di sana dengan menggunakan bom atau potasium. Mereka hanya diperbolehkan memancing atau memanah.

Warga juga tidak terlalu khawatir dengan ancaman pencemaran atau kerusakan laut, mengingat hanya sekitar 20 persen dari mereka yang melaut. Sisanya menggantungkan hidup dari berkebun kepala atau cokelat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini