Gunung Kidul yang Memendam Tapak Manusia Prasejarah di Pulau Jawa

Gunung Kidul yang Memendam Tapak Manusia Prasejarah di Pulau Jawa
info gambar utama

Gunung Kidul, Yogyakarta kini telah dianggap sebagai daerah wisata potensial yang di Pulau Jawa. Pasalnya UNESCO telah melirik Gunung Kidul untuk dijadikan sebagai kawasan Taman Bumi Dunia (Geopark).

Pasalnya, Gunung Kidul dalam kacamata ilmiah dianggap memendam kebudayaan masa silam yang mengundang decak kagum masyarakat dunia, terutama peneliti. Gua-gua di Gunung Kidul diyakini sebagai hunian manusia prasejarah (60.000 - 30.000 SM).

“Mereka manusia baru, artinya manusia Homo Sapiens seperti kita, tetapi budayanya masih budaya batu. Temuan penelitian pun bukan berupa fosil seperti manusia purba di Sangiran, Sragen, Jawa Timur yang hidupnya jutaan tahun sebelum Masehi,” papar Indah Nasikin Nurani, peneliti manusia gua dari Balai Arkeologi Yogyakarta yang dimuat Kompas.

Pesona Pantai Wediombo: Wisata Bagaikan Surga di Gunungkidul

Indah menyebut temuan manusia Gunung Kidul masih berupa tulang-tulang. Tetapi meski masih ada mata rantai yang hilang, jelas Indah, manusia prasejarah Gunung Kidul adalah kelanjutan dari kehidupan Sangiran.

Beberapa penelitian dari kalangan arkeolog, jelas Indah menyebutkan bahwa wilayah yang paling potensial sebagai titik awal peradaban manusia di Pulau Jawa adalah di Gunung Sewu yang meliputi Kabupaten Pacitan, Wonogiri, dan Gunung Kidul.

“Gua-gua di Gunung Kidul dalam penelitian memang terbanyak ditemukan jejak individu manusia prasejarah. Namun di kalangan arkeolog, situs Pacitan tetap sebagai pusat peradaban manusia prasejarah,” katanya.

Temuan di Gunung Kidul

Arkeolog Harry Oktavianus dalam Terbitan Berkala Arkeologi yang diterbitkan Balai Arkeologi Yogyakarta menyebut gua-gua yang berada di Gunung Kidul banyak menjadi hunian manusia purba.

Dikatakannya perbukitan Gunung Sewu yang memanjang dari Jawa Timur hingga Jawa Tengah itu ditemukan 120 gua, 60 di antaranya berada di wilayah Gunung Kidul. Pada penelitiannya tahun 2007, 11 gua di antaranya memiliki potensi hunian manusia prasejarah.

Sementara Indah menjelaskan bahwa adanya situs kuburan manusia prasejarah dianggap sebagai lanjutan kehidupan manusia. Disebutnya kehidupan manusia gua semakin maju dalam peradaban hingga mengetahui cara membuat penguburan.

Pesona Gua Pindul dan Mitos Batu Lingga untuk Menambah Keperkasaan

“Dalam penelitian, budaya kubur di situs Sokoliman ini merupakan produk manusia baru yang hidup pada kurun waktu sekitar 10.000 tahun sebelum Masehi,” katanya.

Ketika masa itu, lanjutnya masyarakat prasejarah telah mengenal budaya logam dan variasi-variasinya. Hal ini katanya berbeda dengan manusia gua yang masih berperadaban paleolitik atau zaman batu.

Real estate zaman Purba

Dipaparkan dari Wikipedia, kecenderungan manusia menempati Gunung Kidul disebabkan karena dataran rendah di Yogyakarta masih digenangi air. Sementara itu kedatangan manusia pertama di Gunungkidul terjadi pada akhir periode Plestosen.

Ketika itu manusia Ras Australoid bermigrasi dari Pegunungan Sewu di Pacitan, Jawa Timur melewati lembah-lembah karst Wonogiri, Jawa Tengah hingga akhirnya mencapai pesisir pantai selatan Gunung Kidul melalui jalur Bengawan Solo purba.

Bekas jalur tersebut hingga kini masih bisa ditemukan. Salah satunya adalah di Kapenewon Girisubo di mana ada bekas aliran Bengawan Solo yang sering memicu bencana banjir ketika musim penghujan.

Ketika Hama Puthul jadi Kuliner Favorit Warga Gunungkidul

Paling tidak ada sekitar 460 gua karst di Gunung Kidul yang hampir setengahnya jadi hunian manusia purba.Dua di antara gua-gua yang diduga sebagai hunian manusia prasejarah di Gunung Kidul, yakni di Song Bentar dan Song Blendrong.

Di ceruk Song Bentar ditemukan delapan individu berbeda, 5 dewasa, 2 anak-anak, dan 1 bayi. Ditemukan juga alat-alat batu seperti batu giling, beliung persegi dan mata panah. Sedangkan di Blendrong ditemukan banyak tulang, peralatan batu, dan tanduk.

Sementara itu di Gua Seropan ditemukan cetakan tulang purba di dinding-dinding lorong. Sementara di Lorong baru yang berada pada kedalaman 60 m telah ditemukan potongan tulang kaki, gigi, dan rusuk mamalia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini