Cerita Rakyat dari Sumatera Barat : Malin Kundang Si Anak Durhaka

Cerita Rakyat dari Sumatera Barat : Malin Kundang Si Anak Durhaka
info gambar utama

Malin Kundang si anak durhaka, nama itu melekat hingga saat ini. Cerita ini berasal dari sebuah desa yang berada di Sumatera Barat, di mana menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang dikutuk menjadi batu oleh sang ibu karena telah durhaka. Bahkan saat ini kata Malin Kundang sendiri juga diperuntukkan bagi anak yang tidak patuh pada orang tua.

Setelah tahu bagaimana kisah si Malin Kundang di waktu kecil dulu, kini saatnya Kawan menceritakan kisah ini kembali kepada anak-anak! Yuk, simak ceritanya dan pesan moral yang terkandung di dalamnya.

Berkenalan dengan Malin Kundang

Malin Kundang melepas sang ayah untuk merantau | youtube.com/dongengkita
info gambar

Dikisahkan seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang yang hidup bersama ibunya yaitu Mande Rubayah. Mereka tinggal di suatu daerah Sumatera Barat, tepatnya di pesisir Pantai Air Manis dan telah ditinggal sang ayah bertahun-tahun merantau entah kemana.

Mande Rubayah sangatlah menyayangi Malin, begitu juga Malin yang sangat menyayangi ibunya. Malin dikenal sebagai anak yang manja, cukup nakal dan jahil, ia selalu mengikuti kemanapun ibunya pergi termasuk membantu ibunya saat berjualan di pasar.

Baca juga: Cerita Rakyat dari Riau: Bawang Merah dan Bawang Putih

Malin Kundang Pergi Merantau

Malin Kundang meminta izin untuk merantau | youtube.com|dongengkita
info gambar

Malin tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan berani, ia bertekad merantau dan berharap dapat merubah nasib ia dan ibunya. Tentu, keinginan Malin membuat Mande Rubayah ragu dan takut terjadi apa-apa kepada anaknya. Namun, Malin meyakinkan ibunya bahwa tidak akan terjadi apa-apa kepada dirinya di perantauan.

Dengan berat hati, akhirnya Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk merantau dengan kapal besar yang hanya sekali setahun merapat ke Pantai Air Manis. Malin dibekali tujuh bungkus nasi yang dibalut daun pisang dari ibunya.

Bertahun-tahun anaknya pergi, Mande Rubayah selalu berdoa kepada Tuhan untuk selalu melindungi anaknya di perantauan. Ia berharap anaknya bisa pulang, bahkan setiap ada kapal yang menepi ia selalu bertanya kepada nahkoda mengenai kabar Malin. Namun, tidak ada yang tahu bagaimana kabar Malin.

Ibu sudah tua, Malin. Kapan kau pulang nak?" rintih Mande Rubayah tiap malam.

Hingga suatu ketika, saat Mande Rubayah kembali menghampiri kapal besar yang berlabuh ada seorang nahkoda kapal yang membawa Malin dulu mengatakan kalau Malin sudah menikah dengan gadis bangsawan dan akan pulang dalam beberapa waktu dekat. Betapa bahagianya Mande Rubayah, akhirnya doanya dikabulkan dan anaknya akan kembali membawa istrinya pulang kampung.

Malin Kundang Pulang Kampung

Mande Rubayah berdoa untuk Malin Kundang | youtube.com/indonesiakaya
info gambar

Hari yang di nanti Mande Rubayah tiba, sebuah kapal besar dan megah berhenti di Pantai Air Manis, Sumatera Barat. Malin Kundang dan istrinya turun dari kapal tersebut, lalu Mande Rubayah memanggil dan menghampiri Malin dan istrinya.

Malin, Malin anakku. Sudah besar dan tampan sekali kau nak.Ibu sangat merindukanmu.” Mande Rubayah memeluk dan memegang wajah Malin. “Ini istrimu? Cantik sekali.”

Seketika istri Malin Kundang bertanya, “siapa perempuan renta ini suamiku? Apa benar ini ibumu? Kau bilang ibumu adalah orang kaya di kampung ini?” Tiba-tiba Malin mendorong Mande Rubayah hingga terjatuh dan berkata “Kau bukan ibu ku, kau salah orang! Ayo istriku masuk ke kapal, sepertinya kita salah tempat pemberhentian. Ini bukan kampungku.”

Semua orang di sana tercengang melihat kejadian itu, bahkan sang nahkoda yang membawa Malin dulu heran dan membantu Mande Rubayah untuk berdiri sambil melihat kepergian kapal besar yang membawa Malin pergi bersama istrinya.

Baca juga: Cerita Rakyat dari Jawa Tengah: Kisah Timun Mas

Malin Kundang Dikutuk Menjadi Batu

Malin Kundang si anak durhaka | youtube.com/indonesiakaya
info gambar

Betapa sedihnya hati Mande Rubayah diperlakukan seperti itu oleh anak kesayangannya, tak di sangka anak kesayangannya tega kepada ibunya sendiri. Ia pun berdoa dengan hati yang pilu, “Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi, jika dia benar anakku Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu!.”

Tiba-tiba, cuaca yang awalnya berubah menjadi gelap dan hujan pun turun lebat yang disertai badai dan petir menghantam kapal Malin Kundang. Kapalnya rusak menghantam karang dan hancur berkeping-keping.

Keesokan harinya, di pesisir pantai, terlihat puing kapal Malin Kundang yang terdampar telah menjadi batu. Tubuh Malin Kundang pun turut menjadi batu, karena telah durhaka kepada ibunya. Istrinya berubah menjadi ikan, yang berenang di sekitar tubuh Malin Kundang.

Amanat dan Pesan moral dalam Dongeng Malin Kundang

Kedatangan Malin Kundang ke Pantai Air Manis | youtube.com/dongengkita
info gambar

Banyak pesan moral yang terkandung di dalam cerita Malin Kundang, khususnya bagi anak-anak agar berbakti kepada orang tua yang telah merawat dan membesarkan mereka denga penuh kasih sayang. Mengajarkan anak untuk tidak merasa malu dengan kehidupan keluarganya.

Bukan hanya itu, cerita ini juga mengajarkan anak untuk tidak boleh sombong dengan apa yang telah didapatkan. Dan janganlah durhaka kepada kedua orang tua, terutama ibu karena surga berada di bawah telapak kaki ibu. Untuk itu, bahagiakanlah beliau selagi masa ada karena rezeki dan keberkahan akan terus mengalir dalam hidup kita doa ibu.

Baca juga : Cerita Rakyat dari Riau: Bawang Merah dan Bawang Putih
Referensi:

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Malin_Kundang
youtube.com/dongengkita
youtube.com/indonesiakaya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Deka Noverma lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Deka Noverma. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

DN
RP
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini