Kemilau Batu Bacan yang Pernah Diburu oleh Para Kolektor Dunia

Kemilau Batu Bacan yang Pernah Diburu oleh Para Kolektor Dunia
info gambar utama

Bagi para pecinta batu akik, ketika mendengar Pulau Bacan pasti langsung teringat kepada kemilau batu di sana. Batu bacan yang merupakan batu alam berwarna kebiru-biruan dan kehijau-hijauan pernah booming sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

Dinukil dari Traverse, nama pulau penghasil batu bacan adalah Pulau Kasiruta. Akan tetapi penisbahan nama bacan diawali dari tempat pertama kali batu tersebut diperdagangkan, yakni Pulau Bacan yang tidak seberapa jauh dari Pulau Kasiruta.

Batu bacan disebut sebagai batu hidup, hal ini karena kemampuannya untuk berproses menjadi lebih indah secara alami ataupun cukup dengan mengenakan setiap hari dalam bentuk cincin, kalung, ataupun kepala sabuk.

Berburu Batu Permata Hasil Karya Pengrajin Lokal di Martapura

Misalnya batu bacan dengan warna hitam secara bertahap mampu berubah menjadi hijau. Bahkan batu ini masih bisa berubah lagi dalam proses pembersihan sehingga menjadi hijau bening seperti air.

Dikatakan bukan hanya bisa berubah warna, tetapi batu bacan juga bisa menyerap senyawa lain dari bahan yang melekat. Seperti sebutir batu bacan hijau doko yang dilekatkan dengan tali pengikat berbahan emas mampu menyerap bahan emas tersebut.

Kemampuan batu bacan yang berubah warna secara alami dan menyerap bahan melekatnya ini membuat pecinta batu mulia di luar negeri, mulai dari China, Arab, dan Eropa tercengang dan kagum terhadapnya.

Diburu kolektor

Karena keistimewaan batu bacan, membuat banyak kolektor dari luar negeri memburunya sejak tahun 1994. Di Indonesia sendiri batu ini baru populer pada tahun 2015 yang saat itu harganya melonjak begitu tinggi.

Jufri Ahmad, perajin batu bacan di Labuha, Halmahera Selatan, Maluku Utara mengatakan harga batu bacan pernah dijual dengan harga Rp50 juta - Rp70 juta. Bahkan penjualannya bisa sampai ke luar negeri.

Salah satu alasannya karena Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang memberikan batu bacan sebagai cinderamata bagi Presiden Amerika Serikat, Barack Obama ketika keduanya bertemu di Konferensi Asia Afrika ke-60 pada 2015.

Dari Tulang hingga Logam, Inilah Gemerlap Kisah Perhiasan Tradisional Indonesia

Sejak lama, batu bacan juga telah menjadi perhiasan hampir setiap warga sejak masa empat kesultanan, Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Baik pria hingga wanita sudah biasa memakai batu bacan.

Bahkan batu bacan terbaik menjadi penghias mahkota para sultan yang masih ada hingga saat ini seperti pada mahkota Kesultanan Ternate. Sering pula batu ini menjadi hadiah bagi para tamu yang menyambangi Maluku.

Terus memudar

Namun kilauan batu bacan kini telah memudar, Jufri menyatakan bahwa harga batu bacan menurun. Walau tidak terlalu jatuh, namun menurutnya peminatnya kini telah berkurang drastis daripada tahun 2015.

Selain itu, Jufri mengatakan pada 1-2 tahun terakhir semakin sulit mendapatkan batu bacan karena harus menggali hingga kedalaman ratusan meter. Dia yang telah menggali sejak tahun 2002 mengaku tidak setiap tahun memperoleh hasil.

“Berbulan-bulan menggali baru bisa mendapatkan hasil. Yang sering didapat itu batu kuning dan merah. Kalau tidak dapat hasil terus, harus pindah ke lokasi penggalian yang lain,” paparnya.

Mahkota-Mahkota Adat Pernikahan Tradisional Indonesia

Sementara itu Wakil Bupati Halmahera Selatan, Iswan Hasjim menyebut pemerintah daerah terus mengimbau masyarakat agar menggunakan batu bacan, termasuk cincin batu bacan untuk mendukung produksi batu tersebut.

Apalagi ucapnya, batu bacan merupakan bagian dari sejarah dan tradisi Kesultanan di Maluku. Terutama banyak digunakan sebagai penghias di mahkota seorang sultan yang memimpin Maluku.

“Ada kebijakan tidak tertulis bagi pegawai pemerintah daerah untuk memakai cincin batu bacan,” ujarnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini