Misteri Keberadaan Keris Ki Joko Piturun dalam Legitimasi Penguasa Yogyakarta

Misteri Keberadaan Keris Ki Joko Piturun dalam Legitimasi Penguasa Yogyakarta
info gambar utama

Tiga Hamengkubuwono semuanya wafat di bulan Oktober, tetapi ketiganya berbeda dalam memilih pengganti. Hamengkubuwono I dan VIII telah mempersiapkan penerus dengan menyerahkan keris pusaka Kiai Joko Piturun.

Tetapi Hamengkubuwono IX yang wafat pada 3 Oktober, selain tak menunjuk putra mahkota, dia juga tak menyerahkan Kiai Joko Piturun kepada siapa pun. Ada banyak alasan mengapa HB IX tak memberikan hal tersebut.

Alasan pertama adalah adanya cerita bahwa sudah lama Sri Sultan berniat mengundurkan diri. Katanya dia ingin beristirahat di Kedaton Swarna Bhumi di Bogor dengan gelar Ki Ageng Sepuh, gelar yang dipilihnya sendiri.

Menjelajahi Wisata Sejarah dan Kuliner di Yogyakarta

Tetapi Sultan sepertinya punya alasan sendiri mengapa tidak menyerahkan Ki Joko Piturun kepada salah seorang pangeran. Diduga karena dia tak punya permaisuri dari kelima istrinya, sementara ada 14 anak laki-laki dari 22 anak, membuatnya ingin bersikap adil.

“Sri Sultan itu berusaha bersikap adil,” jelas Ki Juru Permono, penasehat spiritual sultan yang dimuat dari buku Sultan Hamengkubuwono IX: Cerita pergantian Sultan terbitan Tempo.

Telah hilang?

Namun Ki Juru Permono malah menduga keris Kiai Joko Piturun sebenarnya sudah mukso, menghilang atau menjelma dalam wujud lainnya. Sebab ujarnya, tiga hari sebelum Sri Sultan wafat, dirinya menerima sebuah wangsit.

Dijelaskannya bahwa ada seorang yang datang kepadanya pada dinihari dengan berpakaian ksatria Mataram. Pada momen itu ksatria tersebut berbicara kepadanya dan memberikan sebuah pesan.

“Usahakan mencari Joko Piturun,” kenangnya.

Diorama Arsip Jogja, Belajar Sejarah Menjadi Tidak Membosankan

Dirinya lantas kaget, hal ini karena diingatnya keris pusaka itu masih disimpan di keraton. Karena itulah dirinya menduga bahwa Keris Joko Piturun memang telah musko atau berubah wujud.

Ki Juru Permono kemudian menafsirkan bahwa mukso-nya Kiai Joko Piturun sesuai dengan tuntutan zaman. Katanya musyawarah keluarga yang akan memutuskan calon pengganti Sultan HB IX.

“Musyawarah keluarga yang akan memutuskan calon pengganti Ngarso Dalem, ditambah nasihat pemerintah pusat dan DPRD. Siapa yang terpilih, dialah yang akan menerima Kiai Joko Piturun,” tandasnya.

Masih teka-teki

Ki Joko Piturun merupakan keris tanpa luk atau lekukan, berwarna hitam dengan pegangan kayu warna coklat tua. Salah seorang yang mengaku pernah diperkenankan membuka pusaka itu adalah Sri Permadi, ketua Yayasan Parapsikologi Semesta.

Ketika itu, April 1987, dia dipanggil Sultan ke kediamannya di Jalan Halimun, ada beberapa orang yang ikut menyaksikan ketika Permadi mencabut keris itu dari sarungnya. pada saat itu kebetulan Joko Piturun bisa dibawa ke Jakarta.

Sebelumnya, jelasnya keris itu beberapa kali gagal dibawa Sultan ke Jakarta. Keris Joko Piturun selalu kembali ke Yogyakarta. Cerita pusaka yang tak bisa dibawa ke Jakarta inii jelas Permadi dikisahkan sendiri oleh Sultan.

Asal-usul Yangko: Dulu Makanan Sultan, Sekarang Oleh-oleh Khas Jogja yang Merakyat

“Keris itu pernah dibawa ke Jakarta dengan memasukkannya ke dalam kotak dikunci, dan kuncinya dikantongi. Setibanya di Jakarta, keris tidak ada dalam kotak dan ternyata sudah kembali ke keraton Yogya,” jelas Permadi.

Hingga kini jejak Joko Piturun masih teka-teki. Ada yang percaya keris pusaka ini ada di Jakarta, tetapi bisa juga di Keraton Yogyakarta. Tetapi walau ada secara fisik, apakah masih menyimpan sebuah wahyu menjadi sebuah pertanyaan.

Hal ini karena, siapapun yang mendapatkan wahyu dari jiwa keris Joko Piturun akan berhak menduduki takhta di Mataram. Tetapi seorang budayawan Jawa menyebut wahyu itu telah bergeser kepada rakyat.

Kondisi ini terkait dengan wahyu yang harusnya turun kepada Ki Giring tapi malah diambil oleh Ki Ageng Pemanahan. Pada momen setelah itu keduanya mengadakan perjanjian bahwa setelah sekian keturunan, wahyu akan dikembalikan kepada Ki Giring.

“Beberapa ahli mengatakan, sekarang wahyu itu sudah loncat atau berpindah dari keraton dan kembali ke Ki Giring atau rakyat biasa,” ucapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini