Profil Cut Nyak Dhien, Pahlawan Perempuan dari Aceh yang Pemberani

Profil Cut Nyak Dhien, Pahlawan Perempuan dari Aceh yang Pemberani
info gambar utama

Cut Nyak Dien atau Cut Nyak Dhien (1848-1908) adalah seorang pahlawan nasional dan pejuang kemerdekaan wanita yang terkenal dari Aceh, Indonesia. Sepak terjang perjuangannya melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda di tanah Aceh tidak bisa dianggap sebelah mata. Beliau memimpin para perempuan di Aceh di garda terdepan.

Merupakan sosok yang cerdik, gigih dan tangkas dalam membela bangsa, membuat tentara Belanda kewalahan oleh taktik perangnya yang brilian. Bahkan sampai akhir hayatnya, perjuangannya membela dan mempertahankan tanah airnya tidak pernah sekalipun luntur. Perjalanan Cut Nyak Dien, mempertahankan tanah air terangkum dalam artikel berikut ini.

Masa Kecil Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 di Lampadang, Aceh Besar, Aceh. Ia berasal dari keluarga bangsawan dan tumbuh besar dalam lingkungan yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai adat.

Pada saat itu, Aceh sedang menghadapi ancaman penjajahan Belanda yang telah menguasai wilayah-wilayah di sekitarnya. Sejak kecil, Cut Nyak Dien telah diberi pengajaran oleh keluarganya untuk mempertahankan kehormatan dan kemerdekaan Aceh dari para penjajah.

Saat menginjak usia 12 tahun tepatnya tahun 1862, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga. Seorang keluarga bangsawan keturunan Uleebalang Lamnga XIII.

Baca juga: Cut Meutia, Sekilas Profil Pahlawan Perempuan Nasional dari Aceh

Meletusnya Perang Aceh dan Perjuangan Awal Cut Nyak

Tanggal 26 Maret 1873, Perang Aceh semakin meluas. Ayah dan suami Cut Nyak Dien memimpin perang melawan Belanda. Mereka berperang dengan senjata seadanya, melawan Belanda yang kala itu bersenjata lengkap.

Setelah bertahun-tahun melawan, dengan keterbatasan perlengkapan perang. Pasukan Ayah dan Suami Cut Nyak Dien pun terdesak. Saat itu pula, Cut Nyak Dien harus kehilangan suaminya yang gugur di medan pertempuran.

Tewasnya Ibrahim Lamnga ini menjadi momentum bagi Cut Nyak Dien untuk ikut andil dalam perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Ia menjadi pemimpin gerilya wanita yang sangat dihormati oleh rakyat Aceh. Ia berhasil memimpin serangan-serangan terhadap pasukan Belanda dan menjadi simbol perlawanan Aceh terhadap penjajahan Belanda.

Dalam perjuangannya, Cut Nyak Dien kemudian bertemu dengan Teuku Umar, seorang panglima perang Aceh yang juga terkenal dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. Teuku Umar menjanjikan akan membantu Cut Nyak Dien untuk berperang apabila mau menikah dengannya. Cut Nyak Dien pun akhirnya setuju karena ia sangat ingin mengusir Belanda dari tanah rencong.

Perjuangan Cut Nyak Dien dan Teuku Umar

Cut Nyak Dien bersama dengan Teuku Umar memimpin perang gerilya yang berhasil membuat pasukan Belanda kesulitan untuk menguasai Aceh. Teuku Umar sendiri terkenal sebagai seorang panglima perang Aceh yang gigih dalam melawan Belanda. Ia memimpin banyak aksi gerilya dan menunjukkan keberanian serta strategi yang baik dalam menghadapi pasukan Belanda.

Salah satu strategi yang dikenal luas adalah "rencana palsu Teuku Umar" atau "ruse de guerre" dalam bahasa Prancis. Dalam strategi ini, Teuku Umar menyebarkan berita palsu atau tipuan kepada pasukan Belanda untuk membingungkan mereka. Misalnya, pada suatu kesempatan, Teuku Umar menyebarkan berita bahwa pasukannya akan menyerang Belanda pada pagi hari. Namun, pada kenyataannya, pasukannya sudah menyerang pada malam sebelumnya dan berhasil mengalahkan pasukan Belanda yang tidak siap.

Selain itu, Teuku Umar juga menggunakan tipuan untuk mengelabui pasukan Belanda dalam pertempuran. Ia memimpin pasukannya dengan tenang dan menyerang dengan cara yang tidak biasa, seperti menyerang dari arah yang tidak terduga atau melakukan serangan kilat yang cepat. Hal ini membuat pasukan Belanda kewalahan dan terkejut, sehingga mudah dikalahkan.

Rencana palsu Teuku Umar memang menjadi strategi yang sangat efektif dalam perjuangan melawan Belanda. Hingga membuat Belanda jengkel dan memburu pasangan suami isteri ini.

Baca juga: Biografi Dewi Sartika, Pahlawan Pendidikan Perempuan

Gugurnya Teuku Umar dan Pengasingan Cut Nyak Dien

biografi singkat cut nyak dien
info gambar

Perjuangan Cut Nyak Dien dan Teuku Umar tidak berlangsung lama. Pada tahun 1896, Teuku Umar ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Pulau Banda. Ia kemudian kabur dari pengasingan dan melanjutkan perjuangannya di Aceh, tetapi akhirnya ditangkap lagi dan dieksekusi mati oleh Belanda pada tahun 1899.

Saat kematian Ayahandanya, Cut Gambang yang merupakan putri dari Cut Nyak Dien dan Teuku Umar. Menangis tersedu di pusara Ayahnya. Namun, Cut Nyak Dien justru malah menamparnya, lalu memeluknya erat dan berkata:

“Perempuan Aceh tidak akan menumpahkan air mata bagi pejuang yang gugur syahid. Biarkan Ayahandamu pergi, sekarang tugas kita melanjutkan perjuangannya”

Setelah itu, Cut Nyak Dien terus melakukan perlawanan dan memimpin pasukan kecil di daerah pedalaman Meulaboh. Pasukan ini bertempur tiada henti dari hutan satu ke hutan lainnya.

Masa Tua Cut Nyak Dien

cut nyak dhien
info gambar

Pada usia sekitar 50 tahun, Cut Nyak Dien mulai merasakan sakit-sakitan dan mengalami masalah kesehatan yang serius. Penglihatannya mulai rabun dan beliau terkena penyakit encok. Ditambah sulitnya mendapat pasokan makanan karena pasukan Belanda yang mulai gencar menguasai Aceh.

Kondisi ini tak ayal membuat pasukannya merasa iba. Disisi lain, anak buahnya bernama Pang Laot, sudah tidak tahan melihat Dien yang menderita. Ia melaporkan kondisi markas Dien di tengah hutan kepada pasukan Belanda. Berharap mereka datang menolong dan memindahkannya ke tempat yang layak.

Namun yang terjadi sebaliknya, Belanda malah menyerang markas Dien di Beutong Le Sageu. Terjadi pertempuran habis-habisan. Cut Nyak Dien yang sudah ringkih itu pun tetap berusaha mengangkat rencong dan mencoba melawan musuh.

Namun aksinya dihentikan oleh Belanda. Dien pun kembali ditangkap. Sedangkan putrinya Cut Gambang, berhasil melarikan diri ke hutan dan mencoba meneruskan perjuangan ayahanda dan ibundanya memimpin pasukan aceh.

Sementara Cut Nyak Dien dan pasukan Aceh lainnya, diasingkan ke Pulau Jawa selama 10 tahun. Meskipun demikian, ia tetap memimpin perjuangan dari pengasingannya dan terus dihormati sebagai simbol perlawanan Aceh terhadap penjajahan Belanda.

Kepergian Cut Nyak Dien

Saat berada di pengasingan, Cut Nyak Dien berusaha untuk menyembunyikan identitasnya. Disini Cut Nyak Dien bertemu dengan ulama bernama Ilyas. Mereka berdua, mulai mengajar mengaji anak-anak di pengasingan. Karena ilmu agamanya yang cukup tinggi, beliau mendapat julukan “Ibu Perbu”.

Namun di usianya yang ke 60 tahun, kondisinya semakin memburuk dan pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dien menghembuskan nafas terakhirnya pengasingan. Kematian Cut Nyak Dien menjadi duka yang mendalam bagi rakyat Aceh.

Gelar Pahlawan Nasional

Cut Nyak Dien dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964 melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 106 Tahun 1964. Untuk mengenang perjuangan beliau. Rumah Cut Nyak Dien yang berada di Aceh juga dibangun dan dijadikan aset nasional pemerintah Aceh.

Itulah kisah perjuangan Cut Nyak Dien, Perempuan pemberani dari tanah rencong, Aceh. Melawan serdadu Belanda demi menjaga kedaulatan dan ketentraman tanah kelahirannya.

Hingga kini dihormati sebagai seorang perempuan pemberani dan menjadi simbol perjuangan Aceh melawan penjajahan Belanda. Beliau tetap diingat sebagai seorang pejuang yang berani dan gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan Aceh dan Indonesia.

Baca juga: Untung Suropati: Biografi Singkat, Perjuangan, dan Akhir Hayatnya

Sumber:
https://www.gramedia.com/literasi/biografi-cut-nyak-dien/
https://notepam.com/biografi-cut-nyak-dien/
https://www.gramedia.com/literasi/biografi-cut-nyak-dien/
https://kepustakaan-kowani.perpusnas.go.id/tokoh-wanita/cut-nyak-dhien

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Meita Astaningrum lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Meita Astaningrum.

MA
RP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini