Memburu Kelezatan Bubur Samin yang Jadi Primadona Kota Solo saat Ramadan

Memburu Kelezatan Bubur Samin yang Jadi Primadona Kota Solo saat Ramadan
info gambar utama

Kota Solo memiliki sajian kuliner yang selalu dinanti ketika memasuki bulan Ramadan yaitu berada di Masjid Darussalam, Jayengan, Serengan, Solo, Jawa Tengah. Sajian kuliner ini dikenal dengan sebutan bubur samin.

Dimuat dari Surakarta.go.id, bubur dengan cita rasa gurih yang terbuat dari beras, daging sapi, susu, rempah dan santan ini sangat istimewa. Pasalnya makanan ini biasa diolah dengan resep khusus yakni minyak samin dengan ciri khas warna kekuningan.

Kreatif, Ketua RW Ini ‘Niat’ Bikin Aplikasi untuk Pantau Ronda

Biasanya makanan ini dibagikan secara gratis oleh takmir masjid sekitar pukul 11.30 WIB hingga 15.00 WIB. Biasanya dalam sehari, bubur ini membutuhkan sekitar 45-50 kg beras untuk mendapatkan 1.000 poris.

Karena kelezatannya, bubur samin ini banyak diburu oleh masyarakat. Bukan hanya dari kota Solo saja, tetapi juga dari Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali hingga Klaten juga banyak yang mengincar sajian ini untuk menu takjil.

Biasanya ketika sudah pukul 16.00 WIB hingga menjelang adzan Maghrib, warga mulai berdatangan membawa tempat makan sendiri dan mulai memenuhi area masjid untuk antre sembari mendengarkan alunan tembang doa.

Berasal dari Kalimantan

Ternyata tradisi pembagian bubur ini sudah dilakukan sejak tahun 1985. Dahulu hanya warga Solo yang mengantri untuk bisa menikmati sajian ini. Namun lambat laun banyak masyarakat daerah lain yang berdatangan.

Bila dirunut sejarahnya, bubur samin ini sudah jadi sajian berbuka puasa di Masjid Darussalam sejak 1930. Kala itu bubur samin hanya untuk konsumsi kalangan internal Masjid Darussalam.

Sekitar tahun 1907, memang banyak saudagar dan perajin batu mulia serta pendatang dari Martapura yang merantau ke Kota Solo. Mereka kemudian mendirikan sebuah langgar atau mushola di Jayengan dengan dinding terbuat dari anyaman bambu.

Romansa Villa Park Banjarsari: Pemukiman Mewah Masyarakat Eropa di Solo

Ketika mereka berkumpul dan bersilaturahmi, terutama saat bulan Ramadan, bubur samin ini selalu dihidangkan sebagai takjil untuk kudapan berbuka puasa. Berawal dari sebuah kebiasaan, takjil bubur samin ini kemudian berubah menjadi tradisi yang terus dilestarikan.

“Akhirnya tradisi ini menjadi destinasi wisata religi ramadan di Kota Solo, tepatnya kelurahan Jayengan,” ujar Ketua Takmir Masjid Darussalam M Rosyidi Muhdhor yang dinukil dari Liputan6.

Jadi wisata religi

Sempat ditiadakan dalam dua tahun karena Covid 19. tradisi bagi-bagi bubur Samin kembali digelar pada tahun 2022 lalu. Bahkan mulai tahun itu, pihak Jayengan Kampung Permata (JKP) telah mendeklarasikan bubur samin jadi wisata religi.

Hal ini karena animo masyarakat yang begitu tinggi untuk menikmati kelezatan bubur samin. Bahkan diketahui masyarakat yang hadir bukan saja dari Solo, tetapi daerah lain atau wisatawan dari luar kota.

Tradisi Minum Teh, Cara Menjalani Hari bagi Masyarakat Solo

“Banyak yang dari luar kota Solo ikut antri mendapatkan bubur Samin. Termasuk yang dari kalangan non Muslim. Kami sepakat menjadikan tradisi bubur Samin sebagai destinasi wisata religi,” ujar Ketua Umum JKP Yusuf Ahmad yang dinukil Radar Solo.

Yusuf menjelaskan pernah ada seorang warga keturunan Tionghoa yang ikut mengantri bubur. Ketika ditanya alasan mengapa orang tersebut ikut antri bubur tersebut. Ternyata dirinya ingin memberikan kepada ibunya.

“Katanya buat obat. Memang bubur ini berbeda dengan bubur biasa. Kami memasak dengan rempah-rempah. Setelah memakan bubur, tubuh menjadi hangat. Mungkin itu yang bisa dijadikan obat penyebut orang sakit,” bebernya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini