Wajik Ketan: Si Manis Legit Sajian Adat Pernikahan Masyarakat Jawa

Wajik Ketan: Si Manis Legit Sajian Adat Pernikahan Masyarakat Jawa
info gambar utama

Apakah Kawan GNFI pernah mencoba wajik ketan? Kudapan bertekstur lengket dengan rasa manis legit bernama wajik ketan merupakan makanan yang tidak asing bagi sebagian besar masyarakat Jawa. Wajik ketan terkenal sebagai salah satu jenis makanan tradisional yang kerap kali hadir dalam acara pernikahan adat Jawa, terutama sebagai hantaran. Tidak hanya itu, wajik ketan juga biasa disajikan dalam berbagai acara lainnya, baik itu acara selamatan maupun perayaan hari-hari besar.

Berdasarkan tradisi Jawa, menu makanan yang disajikan pada sebuah acara tidak dihidangkan begitu saja tanpa adanya tujuan dan makna. Sajian apapun, mulai dari makanan utama hingga kudapan pasti selalu mengandung makna dan filosofi di dalamnya. Begitupun dengan kehadiran wajik ketan dalam hajat pernikahan.

Dalam buku Teknologi Pangan Lokal karya Dwi Rahayu, dkk., disebutkan bahwa wajik ketan termasuk makanan yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah. Meski begitu, saat ini wajik ketan sudah menyebar dan dikenal hampir di seluruh pulau Jawa.

Wajik ketan merupakan kudapan berbahan dasar ketan, gula dan santan kelapa. Gula yang dipakai untuk membuat wajik ketan pada umumnya ialah gula Jawa atau gula merah. Wajik ketan dari gula Jawa ini adalah wajik ketan klasik berwarna coklat alami yang banyak hadir dalam berbagai hajat dan perayaan adat.

Selain itu, ada pula wajik ketan dengan variasi warna lainnya yang lebih modern, yaitu merah dan hijau. Untuk wajik dengan warna merah atau hijau biasanya tidak menggunakan gula Jawa, melainkan memakai gula pasir. Pembuatan wajik ketan juga memanfaatkan daun pandan sebagai penambah aroma. Jadi, tidak heran kalau selain mempunyai rasa manis legit, wajik ketan juga memiliki aroma yang wangi.

Baca juga: Ketan Bintun Asal Banten

Pada penyajiannya, wajik ketan dipotong menjadi bentuk jajar genjang atau belah ketupat. Konon, dari cara pemotongan inilah asal-usul nama wajik. Orang Jawa menyebut bentuk jajar genjang atau belah ketupat dengan sebutan ‘wajik’, maka makanan tersebut kemudian dinamai demikian.

Wajik Ketan
info gambar

Sebagai kudapan yang sering hadir dalam sebuah acara pernikahan adat Jawa, wajik ketan mengandung filosofi dan doa yang mendalam. Dijelaskan pada laman Narasi Inspirasi, bahwa wajik mengandung makna ‘wajib utawi wani tumindak becik’ yang artinya ‘wajib atau berani untuk melakukan kebaikan’. Ketan yang bertekstur lengket melambangkan eratnya suatu hubungan. Santan atau yang dalam bahasa Jawa disebut santen memiliki makna ‘sagete paring pangapunten’. Dengan begitu, penggunaan santan pada wajik ketan melambangkan sebuah harapan agar menjadi orang yang pemaaf, memiliki sifat welas asih, dan tidak mudah dendam. Sedangkan, gula Jawa yang identik dengan rasa manis mengandung doa agar hubungan yang dijalin selalu harmonis dan manis layaknya gula Jawa.

Jadi, penyajian wajik ketan sebagai hantaran maupun sebagai sajian pada hajat pernikahan menjadi simbol pengharapan agar pengantin selalu bertindak baik, memiliki hubungan yang erat satu sama lain, serta kehidupan rumah tangganya selalu harmonis dan langgeng.

Apabila dilihat dari proses pembuatan wajik ketan yang memakan waktu cukup lama dan membutuhkan banyak kesabaran, hal ini menjadi gambaran agar pasangan yang sudah menikah tidak mudah menyerah dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Lebih lanjut, pembuatan wajik ketan biasanya tidak hanya dilakukan oleh satu orang saja, melainkan dilakukan secara bergotong royong. Hal ini dikarenakan wajik yang dibuat umumnya berjumlah besar sehingga akan menguras banyak tenaga. Kerja sama dalam proses pembuatan wajik tersebut menjadi cerminan dan juga harapan agar pengantin senantiasa bekerja sama satu sama lain dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Seperti itulah makna dibalik kehadiran wajik ketan dalam acara pernikahan adat Jawa. Orang Jawa selalu percaya bahwa apapun yang disajikan pada sebuah hajat harus mengandung doa dan pengharapan yang baik. Maka dari itu, kita sebagai generasi muda harus bangga karena memiliki berbagai jenis makanan tradisional dengan makna filosofi yang mendalam.

Sumber Referensi:

Buku Teknologi Pangan Lokal: Kripik Petos, Tahu Susu, Kerupuk Rambak, Sagon Tungku, Carang Madu, Tiwul, Kue Wajik, & Asinan oleh Dwi Rahayu, dkk.

https://www.narasiinspirasi.com/2021/03/wajik-ketan-jawa-jajanan-tradisional-legenda-yang-penuh-makna.html

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini