Kisah Remaja Melayu ketika Menjadi Tangan Kanan Wallace di Nusantara

Kisah Remaja Melayu ketika Menjadi Tangan Kanan Wallace di Nusantara
info gambar utama

Alfred Russel Wallace terkenal sebagai penjelajah Kepulauan Indonesia yang menghasilkan karya monumental, The Malay Archipelago. Selama delapan tahun (1854-1862), dia berhasil mengumpulkan 125.660 spesimen serangga, burung, dan mamalia.

Selama petualangannya ini pula, Wallace memiliki seorang asisten yang membantunya untuk mencari jalan, menangkap burung, merawat spesimen serangga dan pekerjaan lain. Dirinya mempekerjakan pemuda asli Melayu, bernama Ali.

Apa itu Fauna Peralihan? Simak Ciri, Contoh, dan Habitatnya

“Dari sekian banyak orang yang pernah bekerja dengannya, pemuda bernama Ali yang menurut Wallace paling setia dan dikenang,” ucap Kukuh Akhfadaturrahman Tohari dari Burung Indonesia.

Dikatakan oleh Kukuh, Ali adalah seorang pemuda Melayu yang dijumpainya di Serawak tahun 1855. Sejak saat itu dia selalu menemani hari-hari Wallace hingga saat-saat terakhir ekspedisinya di Nusantara pada tahun 1862, sebagai ‘tangan kanan’ atau asisten.

Beragam tugas

Kukuh menyebut bahwa Ali memiliki berbagai macam tugas. Mulai dari memasak, menyiapkan peralatan, hingga tugas yang terkait dengan penelitian seperti merawat dan menguliti spesimen koleksi Wallace.

“Pemuda itu juga diajari menangkap burung dan merawat bulunya secara profesional,” jelasnya.

Wallace mengingat salah satu pekerjaa Ali yakni ketika sang pemuda memberikan sepasang paok halmahera (pitta maxima) yang cantik kepadanya. Hal ini dilakukan saat Ali ditugaskan untuk menjelajahi Pulau Halmahera sebelum Wallace tiba.

Keanekaragaman Fauna Indonesia: Asiatis, Australis, dan Peralihan

Disebutkan oleh Kukuh, burung itu memiliki bulu punggung seperti perisai berwarna hitam, sementara dadanya berwarna putih. Bahunya terlihat cantik dengan warna biru langit, sedangkan perutnya berwarna merah menyala.

“Menurut Wallace, paok halmahera sangat susah ditangkap. Hal ini membuat Wallace sangat senang karena dibawakan burung sugawi oleh Ali,” paparnya.

Belajar dari Ali

Dikatakan oleh Kukuh, selama melewatkan hari-hari bersama Ali, Wallacea juga mendapatkan hal berharga, yakni berhasil mengusai bahasa Melayu. Dari percakapan sehari-hari mereka, sedikit-demi sedikit Wallace menjadi makin mahir berbahasa Melayu.

Dijelaskannya kecakapan Wallace dalam berbahasa Melayu ditambah dengan membaca Salinan kamus Inggris-Melayu. Hal ini dirimkan oleh rekannya Steven pada tahun 1856-1857 dari Inggris.

Komunikasi Wallace dengan Ali dan penduduk setempat begitu intens. Berkat bantuan Ali, petualang asal Inggris itu mampu mengumpulkan banyak sekali kosakata Melayu. Wallace berhasil mengumpulkan banyak kosakata bahasa Melayu.

Jejak Wallace di Maros: Rumah Penelitian Kupu-kupu yang Terancam Pertambangan

“Wallace juga berhasil mengumpulkan kosakata yang berasal dari 47 bahasa setempat (selain bahasa Melayu dan Jawa). Sayangnya lebih dari separuh catatan kosakata itu hilang saat dipinjam rekannya, Jhon Crawfurd,” jelasnya.

Karena jasa besar Ali, namanya terus-menerus disebut oleh Wallace dalam otobiografinya. Menurutnya, Ali adalah rekan kerja luar biasa yang dapat dipercaya dan diandalkan. Bahkan menjadi ilustrasi dalam bukunya.

“Pemuda Melayu ini juga menjadi orang yang menemaninya hampir sepanjang petualangan menjelajah Timur Jauh. Wajah sang “tangan kanan” juga menjadi ilustrasi buku legendarisnya,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini