Resep Es Pisang Ijo dan Palu Butung, Takjil Buka Puasa dari Makassar

Resep Es Pisang Ijo dan Palu Butung, Takjil Buka Puasa dari Makassar
info gambar utama

Es pisang ijo dan palu butung (pallu butung) merupakan makanan khas Sulawesi Selatan atau tepatnya Makassar yang memiliki cita rasa manis dan menyegarkan. Sesuai dengan namanya, kedua hidangan ini sama-sama terbuat dari bahan dasar pisang, yaitu menggunakan pisang masak (plantain) seperti pisang kepok atau raja matang.

Dalam penyajiannya, pisang tersebut dikukus dan dipotong-potong lalu disajikan ke dalam mangkuk. Rasanya yang manis dan segar, membuat siapa saja yang mencicipinya akan ketagihan bahkan kedua hidangan ini menjadi menu wajib untuk disantap saat berbuka puasa.

Tahukah Kawan, bahwa es pisang ijo dan palu butung ini sering disebut sama, padahal keduanya memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Mau tahu apa perbedaan dari hidangan ini dan sejarah keduanya? Yuk, simak penjelasan selengkapnya.

Perbedaan Es Pisang Ijo dan Palu Butung

Palu Butung khas Makassar | Mommy Nawla#jeehan/cookpad.com
info gambar

Dalam pembuatannya, es pisang ijo ataupun palu butung sama-sama ditata di dalam mangkuk dengan tambahan bubur sumsum yang disiram sirup merah. Nah, di Makassar sendiri sirup merah yang digunakan adalah sirup buatan lokal yaitu DHT dengan rasa pisang ambon. Lalu apa perbedaan dari dua sajian ini?

1. Jenis pisang yang digunakan

Perbedaan dari kedua sajian ini terletak pada penggunaan pisangnya, yang mana es pisang ijo lebih sering memakai pisang kepok sementara palu butung menggunakan pisang raja. Hal ini agar cita rasa dari kedua hidangan ini lebih sempurna. Namun, Kawan bisa menggantinya dengan pisang yang sesuai dengan selera.

2. Disajikan hangat atau dingin?

Pallu butung bisa disantap hangat ataupun dingin menggunakan es batu atau es serut. Sementara es pisang ijo akan lebih nikmat disantap menggunakan es serut atau es batu, yang rasanya lebih segar dan dapat melepas dahaga saat cuaca sedang panas.

3. Lapisan luar pisang

Perbedaan selanjutnya terdapat pada pembungkus pada pisangnya. Es palu butung hanya menggunakan pisang kukus yang dipotong-potong. Sedangkan pada es pisang ijo, pisangnya dibungkus lapisan dadar berwarna hijau terlebih dahulu. Kemudian baru dikukus, dipotong-potong (terkadang tidak dipotong), dan disajikan.

Bagi Kawan yang baru mendengar es pisang ijo, mungkin menyangka bahwa sajian ini terbuat dari pisang mentah. Namun, nyatanya ijo yang dimaksud di sini adalah lapisan kulit yang membalut pisang berwarna hijau.

Lapisan dadar inilah yang membuat sensasi saat menikmati es pisang ijo menjadi lebih lembut, empuk dan lezat. Berbeda dengan palu butung khas Makassar, yang pembuatannya lebih mudah tanpa harus dilapisi kulit dadar.

Bukan hanya bubur sumsum dan sirup merah saja yang menjadi penambah cita rasa dari sajian ini, akan tetapi Kawan bisa berkreasi dengan vla, taburan keju parut, meisjes, atau kacang tanah, lalu dituangi susu kental manis. Tentu membuat es pisang ijo dan palu butung khas Makassar ini menjadi semakin nikmat.

Di Makassar sendiri es pisang ijo dan palu butung ini sangat mudah ditemukan, terlebih saat bulan puasa karena menjadi menu wajib untuk dicicipi. Saat ini es pisang ijo sudah bisa dinikmati di beberapa penjuru Indonesia, di daerah Kawan apakah ada yang menjualnya?

Baca juga: Mencicipi Air Nira, Minuman Tradisional dari Getah Palma yang Kian Langka

Bagaimana SejarahPalu Butung dan Es Pisang Ijo?

Sejarah Es Pisang Ijo dan Palu Butung | cotton bro studio/pexel.com
info gambar

Tak dapat dipastikan sejak kapan kedua jenis takjil khas Makassar ini ada. Namun, olahan buah pisang yang rasanya manis ini sudah digunakan sejak manusia ada.

Hal ini dijelaskan dalam buku Pisang: Budi Daya, Pengolahan, dan Prospek Pasar karya Suyanti Satuhu dan Ahmad Supriyadi. Dijelaskan juga di dalam buku ini bahwa budidaya pisang ini dimulai saat manusia baru mengenal budaya bertani dan menetap.

Dikutip dari indonesiakaya.com menyebutkan bahwa adanya es di kawasan nusantara ada pada akhir abad-19 di Batavia, yang digunakan sebagai pelengkap sajian jamuan untuk orang-orang Belanda. Es menjadi lambang kemapanan saat itu dan dinikmati bagi mereka yang berada karena harganya yang sangat mahal.

Seiring perkembangan jaman, orang-orang Eropa mulai membangun pabrik es di beberapa lokasi Pulau Jawa. Bahkan orang-orang Tionghoa juga mendirikan pabrik es sendiri, semakin banyaknya pabrik es maka pada abad ke-17 penyebaran es sampai ke Makassar.

Nah setelah masuknya es ke wilayah Makassar, barulah pisang diolah dengan cara yang unik dan menarik seperti es pisang hijau dan palu butung khas Makassar ini. Memang, pada awalnya rasanya tidak senikmat saat ini karena belum mengenal topping seperti sirup dan lainnya.

Baca juga: Mengenal Teh Tarik yang Lahir Saat PD II dan Resep Kekinian Membuatnya

Cara Membuat Es Pisang Ijo ala Makassar

Cara Membuat Es Pisang Ijo | Fidela Sadewo/cookpad.com
info gambar

Ingin merasakan kenikmatan es pisang ijo atau palu butung saat berbuka puasa? Berikut resep pisang ijo untuk buka puasa yang bisa Kawan praktekkan di rumah, yaitu:

Bahan-bahan

Membuat pisang ijo:

  • 200 g tepung beras
  • 1 sdm tepung kanji
  • 50 g gula pasir
  • 2 sdm air daun suji pandan
  • 400 ml santan encer
  • 6 buah pisang kepok/tanduk/raja sereh yang sudah di kupas
  • daun pisang/plastik tebal

Membuat bubur:

  • 100 g tepung beras
  • 750 ml santan kental
  • 1 lembar daun pandan
  • 1/2 sdt garam

Pelengkap:

  • Santan yang sudah direbus
  • Sirop Merah Pisang Ambon
  • Es Batu

Cara Membuat Es Pisang Ijo:

  • Letakkan bahan-bahan pisang ijo seperti tepung beras, tepung kanji, gula, air daun suji dan santan ke dalam satu wadah dan aduk hingga larut dan licin.
  • Masak bahan tersebut dengan api kecil sambil aduk-aduk hingga kental dan matang lalu dinginkan.
  • Ambil 2-3 sdm adonan, ratakan di atas selembar daun pisang atau plastik tebal dan letakkan pisang di atasnya lalu balut secara merata.
  • Masukkan ke dalam kukusan yang dialasi daun dan kukus hingga 30 menit atau sampai matang. Angkat dan dinginkan.

Cara membuat bubur

  • Letakkan bahan-bahan pembuatan bubur seperti tepung beras, santan, ekstrak pandan dan garam dalam panci, aduk hingga larut.
  • Masak adonan dengan api sedang, aduk-aduk hingga kental dan matang lalu dinginkan.

Nah, setelah semua bahan dimasak, saatnya penyajian es pisang ijo ke dalam mangkuk saji dengan memotong-motong pisang ijo. Selanjutnya tambahkan bubur di atasnya bersama santan dan sirup merah. Sajikan bersama es batu untuk mendapatkan cita rasa yang sangat nikmat saat berbuka puasa.

Untuk membuat palu butung juga sama, hanya saja lebih praktis dalam penyajiannya tanpa menggunakan lapisan kulit. Untuk rasa tentu masih sedikit sama, karena masih terbuat dari bahan-bahan yang sama seperti pisang, bubur dan penggunaan sirup merah sebagai pemanis.

Baca juga: Berbuka Puasa dengan Bubur Kampiun, Makanan Takjil yang Manis dan Kaya Serat

Tips Membuat Es Pisang Ijo khas Makassar yang Enak

Ilustrasi penggunaan pisang pada es pisang iji | pixabay/pexels.com
info gambar

Agar semakin nikmat dan segar ada beberapa tips dalam pembuatan es pisang ijo, di antaranya:

  1. Pilihlah pisang yang segar dan tentunya sudah matang, karena kenikmatan pisang ijo terdapat pada pemilihan pisang yang tepat.
  2. Untuk mendapatkan ekstrak daun pandan dan suji dalam pembuatan kulit dadar pisang ijo, Kawan bisa menggunakan daun pandan dan daun suji yang segar lalu gunakan blender dan tambahkan sedikit air. Kemudian saring untuk mendapatkan ekstrak yang segar.
  3. Agar rasanya lebih pas dan sesuai, pastikan Kawan untuk menggunakan sirup pisang ambon sebagai pemanisnya.

Itu tadi rahasia membuat es pisang ijo untuk takjil buka puasa dan palu butung yang dapat Kawan praktekkan di rumah. Jadi, ingin mencicipi yang mana dulu nih? Selamat mencoba.

Baca juga: Resep Wedang Ronde, Minuman Akulturasi China-Jawa yang Pas untuk Buka Puasa

Referensi:

food.detik.com
indonesiakaya.com
kids.grid.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Deka Noverma lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Deka Noverma.

DN
RP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini