Jejak Peradaban yang Tersisa dalam Pemukiman Kuno di Pulau Tanimbar

Jejak Peradaban yang Tersisa dalam Pemukiman Kuno di Pulau Tanimbar
info gambar utama

Balai Arkeolog Ambon akan telah meneliti jejak perkampungan kuno di Pulau Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat sejak 2014. Permukiman tradisional ini masih mempertahankan tradisi dan budaya lama.

Secara umum penelitian arkeologi di wilayah Maluku Tenggara mulai dilakukan pada tahun 1984 oleh Chris Ballard. Penelitian ini diarahkan pada gua-gua di sepanjang tebing karang pantai Kei Kecil yang dengan lukisan-lukisan berlatar belakang berwarna merah.

Situs Kota Rentang, Peradaban Maritim yang Tersisa dari Daerah Sumatra

Penelitian arkeologi kemudian sering dilakukan di Kepulauan Tanimbar berhasil menemukan lukisan dinding ceruk, nekara perunggu, gong perunggu, gerabah, keramik dan kering. Pernah juga pada 2001 ditemukan struktur batu, tangga batu, menhir dan altar.

“Kami akan membuat survei lanjutan mengenai situs-situs kepurbakalaan, terutama mengenai pemukiman kuno masyarakat di bagian utara Pulau Tanimbar,” kata Arkeolog Balai Arkeologi Ambon, Marlon Ririmase yang dimuat Antaranews.

Pemukiman kuno

Dirinya menjelaskan bahwa umumnya pemukiman masyarakat tradisional di Pulau Tanimbar berpindah-pindah di sekitar daerah perbukitan. Tetapi pada era penjajahan Belanda, orang-orang Tanimbar dipindahkan ke pesisir.

Pada abad ke 19 hingga awal abad 20, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan kebijakan pasifikasi yang mengharuskan masyarakat tersebut meninggalkan pemukiman awalnya untuk selamanya.

“Mobilitas mereka cukup tinggi, kebijakan pasifikasi dengan memindahkan masyarakat ke pesisir dengan alasan agar lebih beradab sebenarnya lebih bersifat politik supaya lebih mudah dikontrol,” katanya.

Prasasti Cunggrang, Sima, dan Kutukan yang Menyertainya

Marlon melanjutkan bahwa pemukiman kuno masyarakat Tanimbar dapat dideteksi dengan adanya Natar atau monumen perahu batu yang menjadi simbol religius masyarakat tersebut. Hal ini masih terawat hingga kini.

Simbol religius

Dijelaskan oleh Marlon, pada konsep tata ruang masyarakat Tanimbar, Natar menjadi pusat komunal masyarakat kuno Tanimbar, dan umumnya dibangun di tengah-tengah pemukiman. Hal ini menjadi simbol religius.

“Natar merupakan simbol representatif dari simbol-simbol religius masyarakat tradisional di Tanimbar, bentuknya seperti perahu pada umumnya tapi di tiap ujungnya ada patung,” katanya.

Syahruddin Mansyur dalam Permukiman Tradisional Masyarakat Tanimbar Kei menjelaskan masyarakat menganggap bahwa arwah leluhur merupakan kebutuhan pokok. Hal ini dapat dilihat dari perlakuan mereka pada salah satu bangunan di tengah-tengah perkampungan.

Watu Gilang dan Sekilas Sejarah Desa Ngabab

Bentuk kepercayaan yang diperlihatkan tergambar pada dalam bangunan masing-masing rumah penduduk. Pada bagian salah satu kamar yang terdapat di dalam bangunan rumah terdapat salah satu kamar yang disucikan.

“Di kamar suci tersebut mereka mengadakan persembahyangan pada waktu-waktu tertentu dengan tujuan untuk meminta keselamatan dan keberhasilan dari roh nenek-moyangnya,” ucapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini