Mbah Pangat, Sosok Imam Masjid "Kidul" Omah Panutan yang Rendah Hati dan Menginspirasi

Mbah Pangat, Sosok Imam Masjid "Kidul" Omah Panutan yang Rendah Hati dan Menginspirasi
info gambar utama

Di balik sebuah masjid yang ramai dikunjungi umat Muslim untuk beribadah, terdapat sosok imam yang selalu menjadi pilar utama keberlangsungan kegiatan ibadah di masjid tersebut. Namanya Syafa'at, tetapi biasa dipanggil dengan sebutan Mbah Pangat.

Beliau adalah seorang imam masjid "Kidul" rumah saya yang terkenal dengan kerendahan hatinya. Mbah Pangat bukanlah seorang imam yang memiliki latar belakang pendidikan agama yang tinggi. Beliau pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Semarang Kidul di Kabupaten Banjarnegara.

Gurunya, adalah ulama besar pada zamannya. Beliau hanya mengeyam pendidikan formal Sekolah Rakyat (SR) pada masa penjajahan Belanda. Namun, ketiadaan pendidikan formal tersebut tidak membuat Mbah Pangat kehilangan semangat dan kecintaannya pada agama Islam.

Ilustrasi masjid di desa. Foto: Pinterest
info gambar

Ketika Mbah Pangat dipercaya menjadi imam di masjid tersebut, ia melaksanakan tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab. Beliau selalu mempersiapkan diri dengan membaca Al-Quran dan memperbaiki bacaannya sebelum memimpin salat. Selain itu, beliau juga senantiasa mengajak jemaah untuk memperbanyak ibadah dan berlomba-lomba dalam kebaikan.

Namun, yang membuat Mbah Pangat sangat dihormati oleh jemaahnya adalah sikap rendah hatinya. Beliau selalu menyambut jemaah dengan senyuman hangat dan ramah. Beliau juga tidak pernah membedakan jemaahnya dari latar belakang atau status sosial yang berbeda. Baginya, semua jemaah adalah sama di hadapan Allah SWT.

Ahmad, Kiai Kampung Tanpa Pamrih yang Mempromosikan Keberagaman tidak Pilih Kasih

Mbah Pangat juga sangat memperhatikan jemaahnya di luar kegiatan ibadah. Ia sering mengunjungi jemaah yang sakit atau sedang dalam kesulitan untuk memberikan dukungan moral dan doa. Ia juga memberikan nasihat dan bimbingan kepada jemaah yang membutuhkannya.

Meskipun telah memasuki usia senja, Mbah Pangat tidak pernah lelah dalam menjalankan tugasnya sebagai imam. Ia terus melayani jemaahnya dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih. Bagi Mbah Pangat, menjadi imam adalah panggilan hati yang harus dilaksanakan dengan kesabaran dan ketulusan.

Dalam era yang serba digital ini, sosok Mbah Pangat mungkin terlihat ketinggalan zaman. Namun, kehadirannya sebagai imam yang rendah hati dan penuh kasih sayang bagi jemaahnya tetaplah menjadi inspirasi bagi kita semua. Mbah Pangat mengajarkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, tidak hanya dibutuhkan keahlian dan keilmuan, tetapi juga sikap rendah hati dan menghormati sesama.

Kepedulian Mbah Pangat terhadap jemaahnya juga terlihat dari usahanya dalam memperbaiki kondisi masjid. Meskipun memiliki keterbatasan finansial, Mbah Pangat selalu berusaha untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan masjid. Ia juga mengajak jemaah untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan kebersihan dan perawatan masjid.

Sosok Mbah Pangat juga menjadi teladan dalam kehidupan sosial masyarakat sekitar. Beliau selalu membuka pintu masjid untuk siapa saja yang membutuhkan bantuan dan nasihat kebaikan. Ia juga terlibat dalam kegiatan sosial seperti memberikan bantuan untuk masyarakat yang membutuhkan.

Tidak jarang, jemaah yang datang ke masjid hanya untuk bersilaturahmi dan mengobrol dengan Mbah Pangat. Ia selalu menyambut mereka dengan hangat dan memberikan nasihat yang bermanfaat. Mbah Pangat juga selalu terbuka terhadap kritik dan saran dari jemaahnya. Ia merasa bahwa keberhasilan masjid tidak hanya tergantung pada dirinya sendiri, tetapi juga tergantung pada partisipasi dan dukungan dari jemaahnya.

Yu Mum, Guru Ngaji Kampung di Lereng Bukit Siwuni

Mbah Pangat bukanlah sosok yang mencari popularitas atau pengakuan dari orang lain. Baginya, menjadi seorang imam adalah sebuah amanah yang harus diemban dengan penuh rasa tanggung jawab dan kesabaran. Ia selalu berusaha untuk menjadi contoh yang baik bagi jemaahnya dan masyarakat sekitar.

Ketika ditanya tentang rahasia kesuksesannya sebagai imam masjid yang rendah hati, Mbah Pangat hanya tersenyum dan mengatakan bahwa segala sesuatu tergantung pada niat dan keikhlasan hati. Baginya, menjadi seorang pemimpin tidak hanya tentang keahlian dan keilmuan, tetapi juga tentang sikap rendah hati, kesabaran, dan keikhlasan.

Mbah Pangat adalah sosok yang patut dijadikan contoh dalam kehidupan beragama dan sosial masyarakat. Ia mengajarkan bahwa keberhasilan dalam kehidupan tidak hanya tergantung pada pengetahuan dan keahlian, tetapi juga pada sikap rendah hati, kasih sayang, dan keikhlasan hati. Kita semua bisa belajar banyak dari kehidupan dan teladan Mbah Pangat, seorang imam masjid yang rendah hati.

Ilustrasi suasana pengajian di sebuah desa. Foto: bantul.kab.go.id
info gambar

Bagi Mbah Pangat, mengabdi kepada jemaahnya dan masyarakat sekitar adalah sebuah kehormatan dan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT. Ia selalu berusaha untuk menjalankan tugasnya sebagai imam dengan penuh rasa tanggung jawab dan kesabaran.

Meskipun usianya sudah lanjut, Mbah Pangat tetap aktif dalam kegiatan dakwah dan pengajian di masjid. Ia selalu berusaha untuk memberikan pengajaran yang mudah dipahami oleh jemaahnya, tanpa mengurangi kebenaran ajaran agama.

Riwayat Haji Naim, Legenda Tukang Pijat Patah Tulang Asli Cimande

Ketika menjawab pertanyaan tentang tantangan terbesar dalam menjalankan tugasnya sebagai imam, Mbah Pangat mengatakan bahwa tantangan terbesar adalah menyikapi perbedaan pendapat dan pandangan antara jemaah. Ia selalu berusaha untuk menyelesaikan perbedaan tersebut dengan cara yang bijaksana, damai, tanpa meninggalkan prinsip kebenaran dan keadilan.

Mbah Pangat juga mengajarkan kepada jemaahnya tentang pentingnya toleransi antara umat beragama dan kesederhanaan dalam kehidupan. Ia mengatakan bahwa kesederhanaan adalah kunci untuk meraih kebahagiaan sejati dalam kehidupan.

Sikap rendah hati dan kasih sayang Mbah Pangat juga terlihat dari hubungannya dengan keluarganya. Meskipun terlibat dalam kegiatan yang padat di masjid, ia selalu berusaha untuk memberikan perhatian yang cukup untuk keluarganya. Ia juga selalu mengajarkan kepada keluarganya tentang pentingnya berbakti kepada orang tua dan menjalankan ajaran agama dengan baik.

Dalam perjalanannya sebagai imam masjid yang rendah hati, Mbah Pangat telah memberikan banyak inspirasi dan teladan bagi jemaahnya dan masyarakat sekitar. Ia mengajarkan bahwa menjadi pemimpin bukan hanya tentang kekuasaan atau pengaruh, tetapi juga tentang tanggung jawab dan pengabdian kepada jemaah dan masyarakat. Kita semua dapat belajar banyak dari kehidupan dan teladan Mbah Pangat, sosok imam masjid yang rendah hati dan penuh kasih sayang.

Kini, Mbah Pangat sudah kembali ke pangkuan illahi. Meninggalkan duka mendalam bagi jemaah warga di desa. Sosoknya yang rendah hati semoga menjadi inspirasi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WT
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini