Mimpi Petani yang Terwujud untuk Naik Haji dari Berkah Kopi Lampung

Mimpi Petani yang Terwujud untuk Naik Haji dari Berkah Kopi Lampung
info gambar utama

Kopi Lampung pernah memberikan mimpi bagi para petaninya untuk naik haji. Kejayaan kopi Lampung ini masih terekam oleh para keturunannya. Jejaknya masih ada menjadi sebuah kebanggaan.

Hermawan, masih memiliki kotak yang dipunyai kakeknya Haji Syafi’i. Kotak yang berukuran 1 meter persegi yang berusia 100 tahun itu berisi jubah putih dan perlengkapan naik haji merupakan sumber semangat untuk mengolah kopi.

Enrekang, Bibit Awal Tanaman Kopi Mengharumkan Nama Sulawesi

“Kotak ini milik kakek saya, Haji Syafi’i, untuk pergi ke Tanah Suci. Waktunya tidak pasti, sekitar akhir 1900-an. Dia naik kapal laut selama tiga bulan dibiayai dari usaha kopi,” katanya yang dimuat dari Kompas.

Kini usaha kopi milik Haji Syafi’i diteruskan oleh keluarga. Perkebunannya tak hanya ditanami kopi arabika, tetapi juga kopi robusta dengan banyak klon. Meski kondisinya sudah tak sama lagi.

Kisah para petani yang berhasil dan akhirnya bisa naik haji menggambarkan masa lalu yang indah akan kopi Lampung. Awalnya, penanaman kopi di sana didominasi jenis Arabika, sedangkan robusta datang belakangan.

Probonegoro dalam buku Lampoeng Tanah Lan Tijangipoen (1940) menuliskan kopi arabika mulai ditanam 1850-an. Penanamannya hampir bersamaan dengan berkembangnya budidaya lada.

Pada masa itulah kopi arabika yang dipasok Hindia Belanda jadi primadona dunia. Probonegoro mengatakan soal adanya laporan dari Residen Lampung perihal 4 juta pohon yang ditanam di Lampung pada 1860-an.

Biji Kopi Atasi Masalah Kemiskinan di Lereng Gunung Argopuro

Panen masih menggunakan metode mengumpulkan buah kopi yang telah matang di dahan manapun yang jatuh ke tanah. Pada masa kini, metode mengumpulkan kopi di tanah berkembang dan menghasilkan produksi kopi luwak.

“Jika dulu kopi dibalut kotoran luwak yang diambil dari hutan, kini bisa diambil di kandang yang dijamin kebersihan dan kesehatannya,” kata Gunawan Supriadi, petani kopi luwa.

Kembalikan kejayaan

Namun kejayaan kopi tak berlangsung lama. Kopi lampung menghadapi ujian. Serangan penyakit karat daun menghabisi hampir semua tanaman kebun kopi di Jawa. Bencana itu membuat pasar kopi terganggu.

Bencana berlanjut dengan letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 menghancurkan kebun-kebun kopi. Kejayaan kopi lampung pun pudar. Baru pada awal 1900 budidaya kopi lampung bangun kembali.

Semerbak Aroma Kopi yang Dipersembahkan kepada Dewata di Pulau Bali

Saat itu pohon yang ditanam adalah jenis robusta. Pada periode yang sama, Pemerintah Belanda pun menggencarkan penanaman robusta karena dianggap lebih bertahan menghadapi karet daun.

Penanaman kopi pun meluas di kawasan pegunungan. Mayoritas ditanam di ketinggian kurang dari 800 meter di atas permukaan laut. Selain di Lampung, robusta juga ditanam di Toraja, Malang, Flores, dan Bali.

“Bahkan, Lampung pun kini berkembang menjadi sentra budidaya, perdagangan, dan industri kopi robusta,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini