Riwayat Masyarakat China Udik yang Bertahan di Tangerang

Riwayat Masyarakat China Udik yang Bertahan di Tangerang
info gambar utama

Di Tangerang, masyarakat Cina Udik tidak seterkenal Cina Benteng. Keseharian mereka adalah petani. Selain menanam padi, mereka juga memiliki lahan kebun luas yang ditanami rambutan, melinjo, dan lainnya.

“Kami mah orang Cina Udik. Beda dengan Cina Benteng. Kalau kami mah Cina yang tinggal di kampung. Kalau Cina Benteng tinggalnya di kota (Kota Tangerang),” ujar Oen Tjoen Kong yang dimuat Kompas.

Pasar Lama Tangerang dalam Jejal Akulturasi Masyarakat Pribumi dengan Tionghoa

Kong sejak lahir sudah tinggal di Tangerang. Rumah yang dirinya tinggali merupakan warisan dari kakeknya. Dirinya pun diwarisi sebuah sawah. Karena itulah hingga kini penghasilannya didapat dari bertani.

Dia tidak banyak mewarisi cerita mengenai leluhurnya. Hal yang diketahui, dia adalah keturunan keempat dari marga Oen. Sementara yang membangun rumah tersebut adalah Oen Jin Seng.

“Sejak lahir saya sudah tinggal di sini. Yang saya ingat, ayahnya engkong juga tinggal di rumah ini,” ceritanya yang memiliki 6 anak.

Ciri khas

Salah satu ciri khas dari masyarakat Cina Udik adalah rumah kebaya sebagai tempat tinggal. Rumah yang berukuran besar dan luas ini sebagian besar terbuat dari kayu nangka. Hingga kini belum diketahui mengapa disebut sebagai rumah kebaya.

Pada bagian depan atau halaman digunakan untuk menjemur padi. Selanjutnya, paseban seperti teras tempat menerima tamu. Ketika panen, ruangan ini akan digunakan untuk mengumpulkan hasil panen.

Sejarah Kota Singkawang yang Mayoritas Penduduknya Keturunan Tionghoa

Ada juga kerta kuning emas atau merah bertulisan huruf China di atas pintu dan tempat hio berada di sampingnya. Setelah paseban, terdapat ruang tengah. Di antara paseban dan ruang tengah terdapat pintu kayu.

“Setiap orang yang masuk tak boleh menginjakkan kaki di atas kayu palang. Dia harus melangkah. Jika menginjak kayu, berarti menyinggung dan tidak menghargai tuan rumah,” kata The Pin Nio, istri Kong.

Tujuh generasi

Pemerhati dan budayawan China, Oey Tjin Eng menuturkan bahwa masyarakat Cina Udik adalah mereka yang tinggal di perkampungan di Kabupaten Tangerang, seperti Panongan, Curug, dan Legok.

“Mereka tak tersinggung disebut Cina Udik. Mereka memegang teguh ajaran nenek moyang memelihara keaslian genetis,” katanya.

Disebutkan oleh Eng, belum ditemukan cerita lisan dan tulisan mengenai kedatangan Cina Udik di Tangerang. Tetapi menurut pengetahuannya, masyarakat Cina Udik sudah tinggal selama tujuh generasi.

Mengenal Suku-suku Tionghoa yang Ada di Indonesia

Menurutnya cara membedakan Cina Udik dan Cina Benteng adalah dari rumahnya. Biasanya masyarakat Cina Udik masih tinggal di Rumah Kebaya atau rumah kongsi dulu hanya milik orang kaya.

Eeng menjelaskan bahwa masyarakat Cina Udik tersebar di Panongan,/Legok, dan Curug. Mereka terbagi menjadi 25 marga, walau kini hanya tersisa beberapa marga Cina Udik yang masih bertahan.

“Warga Cina Udik ini sudah ada sebelum peristiwa pemberontakan China 1740 di Batavia,” katanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini