Tradisi Sesaji Rewanda: Beri Makan Monyet sebagai Amanah Sunan Kalijaga

Tradisi Sesaji Rewanda: Beri Makan Monyet sebagai Amanah Sunan Kalijaga
info gambar utama

Jejak petilasan Sunan Kalijaga saat diutus Wali Solo untuk mencari kayu jati pilihan sebagai bahan soko (tiang) untuk mendirikan Masjid Agung Demak Bintoro masih terpelihara dengan baik di Dusun Talun Kacang, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Di bukit tersebut terdapat Gua Kreo yang menjadi tempat ratusan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) berbulu abu-abu. Monyet-monyet itu tidak hanya penunggu, tetapi juga diyakini merupakan hewan yang turut membantu Sunan Kalijaga memperoleh kayu jati.

Memahami Makna Sesajen, Bagian dari Kearifan Lokal Masyarakat Jawa

“Bukit itu dinamai Kreo, berasal dari kata mangreho, artinya menjaga atau pelihara. Legenda mengenai Sunan Kalijaga -yang merupakan salah satu Wali Songo- mengisahkan, konon ketika Sunan Kalijaga sudah menemukan kayu jati, dia meminta monyet-monyet itu menjaga kayu,” ujar Marsudino tokoh masyarakat setempat yang dimuat Kompas.

Masyarakat setempat melakukan tradisi Sesaji Rewanda (sesaji untuk monyet). Tradisi membagi hasil bumi kepada warga, juga kepada monyet tersebut sebagai rasa syukur warga memperoleh keselamatan.

“Sesaji untuk monyet bukanlah persembahan, melainkan penghargaan atas kepatuhan monyet ketika melaksanakan perintah Sunan Kalijaga,” ucapnya.

Tradisi Rewanda

Sesaji Rewanda digelar biasanya pada hari ke 3 setelah perayaan Idul Fitri. Namun prosesi kirab sesaji Rewanda dilakukan pada hari ke 7 setelah Idul Fitri, memasuki awal bulan Syawal atau Syawalan.

Biasanya prosesi dimulai pada pukul 10.00, sejumlah orang beriringan membawa sesaji dari pusat desa menuju pelataran Gua Kreo sekitar 150 meter. Biasanya ada ribuan orang pengunjung yang datang.

Ngadas, Desa di Bromo dengan Serba-Serbi Ritual Adat dan Sejarahnya

“Urutan kirab diawali tokoh pemeran Sunan Kalijaga, kemudian barisan santri Sunan Kalijaga, barisan kera (diperankan warga setempat), replika batang kayu jati yang dinaiki seorang anak berkostum kera, nasi tumpeng, gunungan sesaji buah, gunungan hasil bumi, gunungan kupat lepet, serta gunungan sego kethek (nasi monyet).

Sementara gunungan sesaji buah dipisahkan dari gunungan sego kethek. Sego kethek ini menjadi rebutan warga dan pengunjung yang hadir. Sesaji buah untuk para monyet yang sejak pagi sengaja belum diberi makan.

Kunjungan wisata

Kasmin, warga desa setempat menjelaskan Sesaji Rewanda awalnya tidak pernah dibayangkan bisa menjadi daya tarik wisata. Sejak 1992, acara ini selalu dikunjungi warga dari luar kota, bahkan kini banyak turis asing yang hadir.

Karena inisiatif warga, pegiat wisata Kandri, sejak 2015 pada malam menjelang kirab Sesaji Rewanda digelar sendratari musikal di pelataran wisata Gua Kreo. Ide ini didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang.

Sesajen, Kearifan Lokal dalam Menjalin Relasi Harmonis dengan Alam

Ahmadi, warga sekitar menganggap Sesaji Rewanda bukan hanya tradisi yang perlu dilestarikan. Tetapi ini merupakan amanah dari dari Sunan Kalijaga untuk menjaga alam dan habitat kera.

Apalagi sebagai kawasan di daerah atas Kota Semarang. Desa Kandri merupakan kawasan resapan air. Desa ini memiliki hutan alami yang berfungsi ganda, yakni sebagai hutan kota dan juga mencegah banjir.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini