Makan Serangga di Gunungkidul, Tradisi yang Kini Menjadi Tren Kuliner Global

Makan Serangga di Gunungkidul, Tradisi yang Kini Menjadi Tren Kuliner Global
info gambar utama

Pernahkah kamu mengunjungi Gunungkidul? Kabupaten yang berada di selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini memiliki banyak sekali daya tarik. Mulai dari wisata hingga tradisi makan serangga menjadikan Gunungkidul sangat berwarna.

Keindahan alam Gunungkidul akan menghipnotis siapa saja yang berkunjung. Ternyata bukan hanya Pegunungan Karst saja yang mencuri perhatian dunia, akan tetapi tradisi makan serangga ala Gunungkidul yang telah lama berlangsung juga menarik perhatian global.

Masyarakat Gunungkidul telah lama mengonsumsi serangga. Sejak zaman dahulu mereka menjadikan serangga sebagai sumber protein alternatif karena sumber protein hewan ternak yang terbatas di daerah tersebut.

Surabaya yang Jadi Saksi Persebaran Peradaban Kuliner dari Madura

Makan serangga telah menjadi tradisi

Makan serangga
info gambar

Serangga mungkin menjadi sesuatu yang menjijikan bagian sebagian orang. Jangankan memakannya, menyentuhnya pun enggan. Akan tetapi, berbeda halnya bila di Gunungkidul.

Kondisi geografis kabupaten tersebut yang didominasi oleh Pegunungan Karst mengharuskan mereka untuk adaptif. Datangnya musim kemarau terkadang mengharuskan mereka untuk mencari bahan pangan alternatif. Akhirnya, masyarakat Gunungkidul menjadikan serangga sebagai salah satu bahan makanan.

Serangga yang biasa dikonsumsi adalah belalang, jangkrik, kumbang puthul, pupa ulat jati, serta laron. Serangga-serangga tersebut diolah dengan berbagai macam cara, mulai dari direbus, digoreng, atau dipanggang dengan berbagai bumbu dan rempah. Biasanya, masyarakat Gunungkidul mengolah serangga dengan bumbu yang pedas, gurih, dan manis.

Selain menjadi alternatif sumber protein yang mudah didapatkan, makan serangga juga merupakan bagian dari tradisi dan budaya masyarakat Gunungkidul. Kebiasaan makan serangga dianggap sebagai bentuk kearifan lokal yang terus dilestarikan hingga saat ini.

Kebiasaan ini telah berlangsung sejak zaman dahulu. Tak ada yang tahu kapan pertama kali tradisi ini dimulai. Tradisi ini mungkin saja terjadi karena adanya faktor ekonomi berupa kemiskinan. Namun, tradisi ini sedang menjadi perhatian dunia.

Warga Patilereng dalam Upaya Konservasi Menggunakan Warisan Kuliner

Makan serangga mencuri perhatian dunia

Tentu kita akan bertanya-tanya seperti apa rasa serangga? Apa ia layak untuk dimakan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu saja menghantui bila kita membanyangkannya.

Memakan serangga kini mulai menarik perhatian. Tepatnya setelah Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan laporan pada tahun 2013 yang berfokus pada serangga yang dapat dimakan, dengan tujuan meningkatkan ketahanan pangan.

Dalam laporan PBB tersebut dijelaskan bahwa serangga bisa menjadi alternatif pangan dan serangga juga dinilai sebagai bahan pangan yang ramah lingkungan. Pasalnya, serangga tidak membutuhkan pangan dan air sebanyak hewan ternak pada umumnya. Selain itu, serangga juga tidak menghasilkan limbah sebanyak hewan ternak.

Makan serangga menurut kesehatan

Serangga dianggap sebagai sumber protein yang menyehatkan karena mengandung nutrisi yang penting bagi tubuh. Beberapa jenis serangga bahkan diketahui mengandung lebih banyak protein daripada daging sapi atau ayam.

Selain itu, beberapa jenis serangga juga mengandung lemak sehat, asam lemak tak jenuh, serta mineral seperti kalsium dan zat besi yang sangat penting bagi tubuh manusia. Selain itu, serangga juga mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh manusia untuk memperbaiki jaringan otot dan memelihara kesehatan kulit.

Namun, mengonsumsi serangga juga perlu diperhatikan dari segi kebersihan dan keamanan. Beberapa jenis serangga dapat menimbulkan reaksi alergi pada orang yang peka terhadap serangga tersebut. Selain itu, serangga yang dikonsumsi harus dipastikan bebas dari bahan kimia berbahaya dan parasit yang dapat membahayakan kesehatan manusia.

Secara umum, makanan serangga dapat menjadi sumber protein yang sehat dan berkelanjutan, tetapi perlu diolah dengan baik dan dipastikan kebersihannya sebelum dikonsumsi. Dalam perspektif kesehatan, makanan serangga dapat menjadi alternatif yang menarik untuk menjaga keseimbangan nutrisi dalam tubuh.

Berani mencobanya? Yuk, berlibur ke Gunungkidul dan rasakan langsung rasanya!

Menjelajahi Wisata Sejarah dan Kuliner di Yogyakarta

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ZY
KO
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini