Kain Karawo, Wastra Sulam Warisan Perempuan Gorontalo yang Bernilai Seni Tinggi

Kain Karawo, Wastra Sulam Warisan Perempuan Gorontalo yang Bernilai Seni Tinggi
info gambar utama

Bicara soal wastra khas Nusantara, tentu tidak akan ada habisnya. Setiap daerah setidaknya memiliki wastra tradisional khasnya dengan keunikan tersendiri. Termasuk di daerah Gorontalo yang memiliki kain karawo.

Kain ini memiliki sejarahyang melekat erat dengan budaya dan tradisi masyarakat Gorontalo, Sulawesi Utara. Kain ini menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Gorontalo, karena selain sebagai pakaian, juga menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Gorontalo.

Menengok Kain Kapal, Bentuk Keterikatan Masyarakat Lampung dengan Laut

Kain buatan perempuan Gorontalo

Mengacu dari Jadesta Kemenparekraf, Kain Karawo merupakan produk seni budaya yang khas dari Gorontalo dan memiliki nilai seni yang tinggi karena pembuatannya dilakukan secara manual yang sangat rumit. Keterampilan dalam pembuatan seni karawo hanya dimiliki oleh kaum wanita yang diwariskan secara turun-temurun sejak zaman Kerajaan di Gorontalo.

Karawo menggunakan berbagai motif yang berbeda dan menjadi kerajinan tangan andalan di daerah tersebut. Ornamen karawo pada bahan tekstil dibuat melalui proses desain, pengirisan, dan pencabutan serat tekstil untuk membuat bidang dasar dan penyulaman kembali serat tekstil untuk membentuk motif tertentu.

Penggunaan kain karawo dalam berbagai acara adat dan keagamaan di Gorontalo membuat kain ini memiliki nilai simbolis yang tinggi bagi masyarakat setempat. Kain karawo menjadi identitas budaya Gorontalo dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat.

Lalu, sebagaimana bersumber dari The Textile Map, arti karawo dalam bahasa lokal adalah sulaman. Sehingga bisa dikatakan kalau karawo ini punya arti sebagai “kain yang disulam”. Sementara terkait dengan sejarahnya, tradisi untuk menyulam kain karawo ini sudah ada sejak turun temurun.

Warisan pembuatan wastra ini diperkirakan sudah ada dari abad ke-17. Ada cerita unik terkait kain ini ketika zaman Belanda. Yang mana, tradisi ini sempat ingin dihilangkan pemerintah Belanda. Secara diam-diam oleh warga, akhirnya tradisi ini pun bisa terselamatkan.

Melihat Tenun Rote, Keindahan yang Tingkatkan Derajat Kaum Perempuan

Pola kain unik dan punya berbagai motif

Terkait dengan teknik pembuatannya, ada dua teknik dasar untuk melakukannya. Mengutip Indonesia.go.id, teknik ini terdiri atas karawo manila dengan menyulam kain sesuai dengan motif yang sudah ditentukan, dan karawo ikat yang mirip dengan cara membuat tenun ikat.

Teknik pembuatan karawo sering disebut "merusak" kain karena awalnya, si perajin harus mencabuti dan mengiris benang pada kain polos berdasarkan luas dan batas bidang yang akan disulam.

Semua jenis kain dapat digunakan sebagai media karawo, terutama yang memiliki serat vertikal dan horizontal seperti katun, linen, sifon, sutra, dan lainnya. Semakin halus kain yang digunakan, maka semakin sulit proses pembuatannya terutama dalam mengiris dan mengurai benang. Sebagai contoh, kain sutra.

Dengan perkembangan teknologi, produksi kain karawo juga ada yang mulai dibantu dengan mesin. Dengan begitu, kain karawo dapat dikreasikan untuk membuat berbagai produk seperti tas, sepatu, dan aksesoris lainnya. Meskipun begitu, metode pembuatan kain secara tradisional masih tetap dilestarikan.



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini