Menelusuri Jejak Perkembangan Pers Indonesia di Monumen Pers Nasional

Menelusuri Jejak Perkembangan Pers Indonesia di Monumen Pers Nasional
info gambar utama

Setiap tanggal 3 Mei diperingati sebagai Hari Kebebasan Pers Dunia. Insan pers sendiri telah memiliki peran besar dalam penyampaian arus informasi ke masyarakat, tak terkecuali juga di Indonesia. Dinamika perkembangan pers di Indonesia telah melewati jalan yang panjang, termasuk juga soal perbedaan kebijakan dan regulasi terkait dengan bagaimana pers beroperasi di Indonesia.

Bagi yang tertarik dengan bagaimana perkembangan pers di Indonesia, terdapat sebuah museum yang menceritakan bagaimana riwayatnya. Museum ini adalah Monumen Pers Nasiona yang berlokasi di Surakarta, Jawa Tengah.

Tempat ini juga menjadi salah satu saksi bisu dari berbagai peristiwa yang berkaitan dengan aktivitas pers di Indonesia sejak sebelum masa kemerdekaan.

Mengulik Tantangan Pers di Era Digital yang Semakin Besar

Sejarah Monumen Pers Nasional

Awal dari Monumen Pers Nasional bermula dari sebuah bangunan yang dulunya bernama Societeit Sasana Soeka yang didirikan KGPAA Sri Mangkunegara VII pada 1918. Bangunan ini merupakan sebuah balai pertemuan yang sering digunakan oleh para pejabat kolonial Belanda dan juga para elit pribumi untuk berkumpul dan berdiskusi.

Di tempat inilah radio yang dioperasikan secara penuh oleh pribumi yang bernama Solosche Radio Vereeniging beroperasi atas inisiasi dari Sarsito Mangunkusumo dan berbagai pegiat lainnya pada 1933. Gedung ini juga menjadi tempat dari pendirian salah satu organisasi persi di Indonesia, yaitu Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang resmi dibentuk pada 9 Februari 1946.

Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 1955, bangunan Societeit Sasana Soeka kemudian digunakan sebagai gedung Departemen Penerangan dan Kebudayaan.

Selain itu, bangunan ini juga menjadi lokasi penyimpanan koleksi perpustakaan dan arsip dari Dewan Pers, sebuah badan pers Indonesia yang bertujuan untuk melindungi dan mengembangkan pers Indonesia.

Pada tahun 1978, Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia kemudian mengubah bangunan ini menjadi Monumen Pers Nasional. Tujuannya adalah untuk memperingati perjuangan dan jasa para wartawan dan pelopor pers Indonesia dalam membentuk dunia pers Indonesia seperti sekarang ini.

Kisah Singkat Al Juab, Koran Berbahasa Melayu Pertama di Indonesia

Koleksi dari Monumen Pers Nasional

Lalu, ada apa saja koleksi yang ada di museum ini?

Bersumber dari situs Pemerintah Kota Surakarta, Di dalam bangunan lama terdapat berbagai koleksi, termasuk majalah masa lampau, surat kabar se-Indonesia, dan patung-patung tokoh pendiri PWI seperti Soetopo Wonoboyo dan R. Bakrie. Ada juga sebuah pemancar radio kuno yang terkenal dengan nama pemancar Radio Kambing.

Di Monumen Pers Nasional terdapat berbagai koleksi yang berhubungan dengan sejarah pers Indonesia, seperti mesin ketik kuno milik Bakrie Soeraatmadja, salah satu pendiri pers nasional. Selain itu, ada pula koleksi surat kabar, majalah, perangkat radio dan multimedia kuno, serta potret tokoh pers nasional yang penting.

Selain pameran, Monumen Pers Nasional memiliki perpustakaan dengan kolekasi sekitar 12.000 buku dan ruang baca media cetak/digital yang dapat diakses secara gratis. Pengunjung dapat membaca surat kabar/majalah dari seluruh Indonesia dan bahkan membaca koran/majalah kuno yang sudah didigitalisasi lewat komputer berlayar sentuh di ruang baca tersebut.

Deretan Tokoh Perempuan Inspiratif yang Majukan Dunia Pers Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini