Tembok Jebol, Saksi Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro

Tembok Jebol, Saksi Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro
info gambar utama

Tembok jebol dalam tulisan ini merupakan makna yang sebenarnya. Sebuah tembok dalam keadaan jebol. Tembok jebol ini berada di kediaman Pangeran Diponegoro. Tindakan penjebolan itu dilakukan oleh Pangeran Diponegoro dan kudanya yang bernama Kyai Gentayu dalam kisajh sejarah masa lalu.

Konon, penjebolan ini merupakan usaha meloloskan diri dari kepungan tantara Belanda yang berada di rumahnya. Semua ini juga dilukiskan sang maestro Raden Saleh dari fakta yang sebenarnya dengan begitu dramatis dan membuat melek dunia, bahwa pelukis Raden Saleh ini hebat dari bangsa yang hebat dan mempunyai sejarah hebat.

Ketika rumah Pangeran Diponegoro dikepung oleh pasukan Belanda, tidak ada jalan lain. Pangeran Diponegoro dan Kyai Gentayu itu menjebol tembok untuk meloloskan diri menuju perbukitan Menoreh dan markas Goa Selarong. Di saat itulah meletus perang Diponegoro atau Perang Jawa (Java Orloog pada tahun 1825-1830).

Ilustrasi Pangeran Diponegoro | Foto: Republika.com

Penulis datang dan mengunjungi sebongkah tembok jebol tersebut yang merupakan tembok belakang kediaman Pangeran Diponegoro. Terdapat papan merah bertuliskan “untuk meloloskan diri dari kepungan kumpeni Belanda 20 Juli 1825“. Ada satu lagi yang berwarna putih dari batu bertuliskan “lubang pada tembok ini merupakan saksi sejarah awal Perang Diponegoro 1825 yang dipugar oleh Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakartapada tanggal 7 Juni 1993.”

Di depannya terbentang lantai putih keramik, bersih, dan sejuk terasa dari teduhan pohon-pohon besar. Luasnya kira-kira 6x6 meter. Melihat pemandangan dramatis ini, penulis merinding, gemetar, lemas, lunglai seluruh badan. Penulis terduduk dengan air mata tertumpah. Seolah terbawa peristiwa dalam sejarah itu.

“Duh pangeran, terima kasih sudah memberikan warisan pada kami, untuk selalu meneladani keberanian dan kegagahan pangeran dalam menegakkan kebenaran. Kami akan simpan di hati kami Pangeran.”, begitulah tangis penulis dalam hati.

Dengan bantuan imajinasi visual, film Diponegoro Pahlawan Goa Selarong yang dulu pernah dimainkan di televisi, membantu merekonstruksi pikiran penulis mengenai peristiwa sejarah sekaligus menjadi narahubung pada penulis untuk berhadapan dengan pahlawan Diponegoro.

Menilik Kembali Sejarah Indonesia Melalui Foto di Tugu Pers Mendur Kawangkoan

Perang Diponegoro

Perang Diponegoro disebut juga perang Jawa (Java Orloog tahun 1825-1830). Pemungutan pajak, Belanda yang berlaku buruk kepada rakyat, membuat prihatin pangeran Diponegoro. Apalagi patih keraton yang kooperatif dengan Belanda menjadikan rakyat semakin sengsara.

Puncak kekesalan Pangeran Diponegoro adalah ketika Belanda memasang patok-patok untuk pembangunan jalan, menerabas makam dan puri keluarga. Pangeran Diponegoro bersama Alibasah Sentot Prawirodirejo juga rakyat menyusun kekuatan dan melawan Belanda. Kekuatan pasukan komando pangeran Diponegoro ini sangat hebat dan membuat pasukan Belanda sering kedodoran.

Serangan ini bernama “Garuda Melayang “. Strategi ini memanfaatkan daerah perbukitan yang ada di Bukit Menoreh yang merupakan tindakan serangan yang mendadak sehingga membuat terkejut dan banyak kekalahan di pihak Belanda. Gerakan ini sambung-menyambung sampai ke markasnya yaitu di Goa Selarong.

Belanda membalas serangan tersebut dengan strategi Benteng Stelsel yang mempersempit ruang gerak pasukan pangeran Diponegoro. Akhirnya rumah kediaman pangeran Diponegoro dikepung pasukan Belanda besar-besaran. Rumah pangeran dibakar habis, namun demikian keluarga pangeran telah berhasil diselamatkan ke Goa Selarong.

Pangeran Diponegoro dan pasukannya meloloskan diri melalui tembok rumah yang dijebol. Perang Jawa yang meletus berakhir dengan perundingan licik dari Belanda yang membuat pangeran ditangkap dan dibuang ke Manado dan Makassar sampai wafatnya.

Perjuangan yang tanpa henti hingga di akhir usianya, namun semua itu dipersembahkan untuk generasi mendatang. Hanya Tuhan yang membalas jerih payah para pahlawan itu Generasi sesudahnya pun tidak sanggup untuk membalas semua pengorbanan ini.

Semua senjata-senjata dan peralatan Pangeran Diponegoro selama perang itu dirawat dan disimpan di museum di rumah kediaman Pangeran Diponegoro ini, yang merupakan bangunan baru.

Setelah beberapa tahun, Pemerintah Indonesia membangun Museum Diponegoro beserta bangunan lain untuk pembelajaran masyarakat. Keluarga menyetujuinya. Sungguh mulia, keluarga pangeran Diponegoro yang merelakan tanah lapangnya itu untuk pembelajaran anak cucu bangsa. Wuih merinding lagi mengenangnya.

Kini, di tempat itu terdapat Museum Diponegoro, Tembok jebol, Pendopo Ageng untuk masyarakat agar bisa menikmati tempat itu dan beberapa home stay untuk mengenang perjuangan yang maha hebat dari putra bangsa yang hebat, yaitu Pangeran Diponegoro.

Penulis tersadar dari tangisan di depan tembok jebol dan lantai putihnya. Kini tembok jebol itu berdiri sendiri di komplek rumah Pangeran Diponegoro dan leluhurnya.

”Aku untuk negerimu,”, seolah pangeran Diponegoro berkata.

“Berapa banyak hartaku aku korbankan, berapa banyak saudaramu menjadi prajuritku berkorban. Ibu-ibu, gadis-gadis, anak-anak, semua rela kehilangan dalam peperangan itu.”

Di hadapan tembok jebol ini. Setiap detak jantung yang selalu bergerak, seperti bergetar mengingat jerih juang kepahlawanan Pangeran Diponegoro yang heroik, penuh dengan etos juang yang tinggi untuk mengusir penjajahan dan menegakkan martabat bangsa. Etosnya kuat yang dapat direpresentasikan dengan kekuatan menjebol tembok rumah Pangeran Diponegoro ini.

Songket Palembang: Warisan Keluhuran Sriwijaya yang Puluhan Abad Mempesona

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini