Pesona Cilincing, Favorit Darmawisata Orang Belanda Bak Pulau Dewata

Pesona Cilincing, Favorit Darmawisata Orang Belanda Bak Pulau Dewata
info gambar utama

Menikmati wilayah Cilincing, Jakarta Utara pada masa lalu dengan hari ini sangatlah berbeda. Pada abad ke 19, kawasan Cilincing merupakan destinasi wisata favorit para noni-noni dan menir Belanda.

Dinukil dari akun Twitter @senjatanuklir, para warga Belanda terlihat berpelesiran ke pantai Cilincing untuk sunbathing atau menghitamkan kulit mereka yang putih. Kawasan ini pun menjadi tempat favorit anak muda Belanda untuk healing atau melepas stres.

Pada unggahan foto tersebut gambaran kawasan Cilincing layaknya suasana berada di Pulau Dewata Bali. Misalnya pada photo pertama yang memperlihatkan sekumpulan bule lelaki sedang bertelanjang dada bersama seorang wanita yang berbikini.

Kisah Benteng Saksi Pertempuran Mataram Vs VOC yang Jadi Kawasan Kumuh

Sementara foto kedua memperlihatkan empat orang bule yang terdiri dari dua pria dan dua wanita sedang berjemur di pantai. Mereka berempat duduk beralaskan semacam kain putih di atas pasir.

Sementara foto terakhir memperlihatkan sejumlah orang pribumi yang berdiri di sebuah palang bertuliskan “Orang Djoealan Dilarang Keras Masoek.” Terdapat juga plang yang bertuliskan Bad Plaats Beach Tjilintjing.

“Bukan Bali, Lombok, atau Ancol,”

“Ini foto Cilincing Palm Beach tahun 1940-an. Pantai Cilincing menjadi destinasi liburan populer sejak akhir abad ke-19,” tulisnya.

Kawasan populer

Rachmat Ruchiat dalam Asal Usul Nama Tempat di Jakarta menceritakan bahwa setidaknya ada dua penanda yang menjadikan Cilincing menjadi daerah penting sejak zaman kolonial Hindia Belanda.

Pertama adalah adanya rumah peristirahatan atau Landhuis Cilincing yang dibangun oleh Justinus Vinck pada 1740 dan sampai sekarang masih dapat dilihat walau keadaannya tidak terlalu baik.

Kemang, Bob Sadino, dan Transformasi Wilayah yang Tak Pernah Tidur

“Saat ini bangunan tersebut dihuni oleh beberapa pensiunan anggota polisi dan dikenal dengan sebutan ‘rumah veteran’,” tulisnya.

Sementara kedua adalah adanya Landhuis Vredestein yang dibangun oleh mantan gubernur Pantai Utara Jawa, Nicholas Hartings pada 1750. Sekalipun landhuis yang kedua tersebut sudah tidak ada wujudnya.

Cilincing masa kini

Kawasan Cilincing masih tetap populer hingga era 1950, hal ini terlihat dari salah satu film terkenal zaman itu yang menggunakan latar pantai Cilincing. Digambarkan Pantai Cilincing mempunyai pasir pantai yang luas dan pemandangan asri.

“Bisa dilihat di film Tiga Dara tahun 50-an karya Usmar Ismail, salah satu setting tempat wisatanya di Pantai Cilincing,” terang Candha Adwitiyo, pemandu tur Jakarta Good Guide yang dimuat Kompas.

Tetapi lambat laun, pepohonan yang begitu rindang di Cilincing mulai menghilang. Anggapan Cilincing sebagai kawasan yang panas terik matahari lebih melekat. Ditambah citra baru sebagai kawasan kumuh yang semrawut.

Mengingat Kampung-Kampung yang Pernah Kepung Kemegahan Kota Jakarta

Masyarakat akhirnya lebih memilih untuk berwisata ke Kota Tua yang terkenal karena Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, dan Museum Bahari. Sedangkan bila ingin ke pantai masyarakat lebih memilih pergi ke Ancol.

Kini Pantai Cilincing lebih terkenal sebagai kawasan nelayan. Sudah tidak ada lagi pribumi yang menghabiskan akhir pekan di pantai, apalagi para noni-noni dan menir Belanda. Pantai Cilincing pun lebih terkenal sebagai tempat pembuangan abu jenazah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini