Mengenal Sejarah Terbentuknya Persatuan Bulu Tangkis Indonesia

Mengenal Sejarah Terbentuknya Persatuan Bulu Tangkis Indonesia
info gambar utama

Bulu tangkis merupakan salah satu olahraga terpopuler di tanah air. Salah satu alasan mengapa olahraga tepok bulu ini terus menerus digemari oleh masyarakat ialah prestasi tiada henti yang senantiasa ditorehkan oleh para pemain setiap kali bertanding di kejuaraan internasional. Terbaru, kabar gembira datang dari tunggal putra andalan Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting yang sukses meraih gelar di Kejuaraan Asia (Badminton Asia Championship) 2023. Pemuda kelahiran Cimahi, Jawa Barat, yang saat ini menempati ranking dua dunia berhasil menuntaskan perlawanan pemain asal Singapura, Loh Kean Yew di partai final dengan skor 21-12, 21-8.

Baca juga: 5 Pemain Bulu Tangkis Indonesia yang Kerap Sukses di Turnamen

Kesuksesan bulu tangkis dalam mengharumkan nama bangsa turut dipengaruhi oleh adanya Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sebagai induk organisasi bulu tangkis nasional. Lahirnya PBSI tidaklah terlepas dari pembentukan induk olahraga sepakbola nasional yang disebut Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 1930. Pembentukan PSSI memberi pengaruh besar terhadap perkembangan olahraga lainnya di tanah air termasuk bulu tangkis. Kegiatan bulu tangkis pada masa ini nyaris tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sepak bola yang merupakan olahraga non-koperatif bahkan bulu tangkis juga menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan di ISI Sport Weeks atau Pekan Olahraga ISI yang diselenggarakan oleh Ikatan Sport Indonesia (ISI) pada 1938. Pada masa pendudukan Jepang hingga akhir tahun 1946 seluruh kegiatan olahraga terpaksa dihentikan dengan alasan keamanan.

Geliat menyemarakkan kegiatan olahraga kembali terasa pada 1947 ketika penyelenggaraan Kongres Olahraga Indonesia yang bertujuan untuk menyatukan organisasi seluruh olahraga dalam satu wadah. Kongres ini menghasilkan organisasi baru yang disebut Komite Olimpiade Rakyat Indonesia (KORI). Pembentukan KORI ternyata membawa era baru terhadap sejarah perkembangan olahraga di Indonesia, salah satunya adalah bulu tangkis. Kala itu, popularitas bulu tangkis semakin meningkat. Hal ini membuat para penggiat bulu tangkis mulai memikirkan pembentukan organisasi nasional untuk cabang olahraga bulu tangkis apalagi saat itu juga terdapat imbauan kepada cabang-cabang olahraga yang selama ini menjadi bagian dari Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) untuk mampu mendirikan organisasinya sendiri dan lepas dari bayang-bayang PORI.

Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan | Foto : Bola.net
info gambar

Gagasan pembentukan organisasi bulu tangkis yang mandiri semakin terlihat nyata pada ketika dilangsungkannya sebuah pertemuan pada pertengahan Agustus 1950 di Gedung Shin Ming Hui (kini disebut Candranaya). Pertemuan yang dihadiri oleh tokoh-tokoh bulu tangkis dan Samadikun selaku Gubernur Jawa Timur ini menghasilkan kesepakatan untuk menyelenggarakan kongres pertama bulu tangkis di Bandung pada 1951. Menurut TD. Asmadi, dkk dalam buku Sejarah Bulutangkis Indonesia, pelaksanaan kongres pertama bulu tangkis dipersiapkan selama setahun oleh Sudirman dan Rochdi Partaatmaja. Sudirman yang pada saat itu menjabat sebagai ketua PORI mengirimkan surat kepada Rochdi Partaatmaja untuk mengundang para pengurus PORI bulu tangkis di berbagai daerah untuk saling berkumpul guna membahas perihal masalah pembentukan organisasi bulu tangkis seluruh Indonesia.

Kongres pertama bulu tangkis berlangsung pada 4-5 Mei 1951 di Bandung. Kongres ini diikuti oleh sekitar 100 orang yang merupakan perwakilan dari berbagai wilayah, seperti Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku. Pada kongres ini juga dipertandingkan kejuaraan bergengsi yang diikuti oleh pemain-pemain yang mewakili wilayah Jawa, Sumatera, Kota Manado, dan Pontianak. Dengan berlangsungnya kongres ini, maka Indonesia secara resmi memiliki induk organisasi bulu tangkis nasional yang dinamakan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Selain tercetus nama induk organisasi nasional juga tersusun kepengurusan organisasi PBSI untuk pertama kalinya. Rochdi Partaatmadja terpilih sebagai ketua umum didampingi dengan Sudirman dan Tri Tjondrokusumo sebagai ketua I dan II. Sementara itu Amirudin dan E. Sumantri menjabat sebagai sekretaris I dan II sedangkan Rakhim dan Liem Soei Liong mengisi posisi bendahara I dan II serta D. Rameli Rikin yang bertugas sebagai pemimpin teknik/pertandingan.

Lahirnya PBSI telah mengubah orientasi perbulutangkisan Indonesia yang semula hanya terbatas pada lingkup daerah (lokal) dan nasional kemudian perlahan semakin melebar hingga ke lingkup internasional. PBSI mulai bergabung sebagai anggota International Badminton Federation (IBF) pada 1953 dan aktif mengirimkan para pemainnya ke kejuaraan-kejuaraan internasional. Bahkan tujuh tahun setelah lahirnya PBSI, bulu tangkis Indonesia sukses membawa prestasi terbaik ke tanah air setelah berhasil menjadi kampiun Thomas Cup, sebuah kejuaraan bergengsi lambang supremasi beregu putra dunia pada 1958.

Daftar Pustaka:

TD Asmadi (ed.), Sejarah Bulutangkis Indonesia, Jakarta: Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia, 2004.

Hary Setyawan, “Olahraga Bulutangkis di Indonesia Dari Lokal ke Internasional Tahun 1928—1958”, Skripsi, Program Studi Ilmu Sejarah Kekhususan Sejarah Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 2009.

Bambang Dwi, Perjalanan Prestasi Bulutangkis Indonesia, Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 1996.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BZ
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini