Kualitas Cokelat Ransiki dari Papua Barat Melanglang Buana ke Negara Eropa

Kualitas Cokelat Ransiki dari Papua Barat Melanglang Buana ke Negara Eropa
info gambar utama

Di sebuah mall bilangan Jakarta, sebuah produk cokelat dijual dengan kemasan elegan yang menggugah selera. Ternyata cokelat batang yang berbahan kakao tersebut berasal dari pelosok Papua Barat.

Cokelat yang bertuliskan Ransiki ini diproduksi Pipiltin Cocoa. Seperti namanya, cokelat ini berasal dari Distrik Ransiki, Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat. Tak hanya untuk produksi dalam negeri, kakao Ransiki diekspor ke Swiss dan Prancis.

Kehadiran Cendrawasih dan Pertanda Sebuah Hutan yang Tetap Lestari

Biji kakao berkualitas tinggi ini dipanan dari hamparan kebun seluas 140 hektare. Hal yang menarik adalah perkebunan ini tidak dikelola oleh perusahaan multinasional, melainkan para petani lokal yang tergabung dalam koperasi bernama Ebier Suth.

“Cokelat Ransiki adalah salah satu yang memiliki kualitas terbaik,” ujar Koordinator Umum Koperasi Ebier Suth, Abdul Rochim Arkan Saw Semariai yang dimuat Kompas.

Pemberdayaan warga

Kakao yang diekspor itu dibudidayakan dengan tangan terampil tenaga kerja yang sebagian berasal dari Papua Barat. Setiap pagi truk akan menjemput para pekerja dari pusat Kabupaten Manokwari Selatan dan membawa ke perkebunan.

Hal menarik adalah para pekerja yang bertugas memanen kakao mayoritas adalah perempuan. Salah satunya ialah, Deli Jofari atau Mama Deli yang biasanya memanen kakao dari pohon setinggi 4-5 meter.

“Standarnya dapat 40 kilogram (biji kakao basah per hari), kalau lagi turun 20 (kg),” katanya.

Pembangunan Jalan Lintas Batas Papua Kembali Dilanjutkan

Sebelum bekerja di Koperasi Ebier Suth, dirinya sudah akrab dengan perkebunan kakao. Pasalnya dia pernah bekerja di PT Coklat Ransiki yang mengelola kebun kakao selama belasan tahun.

Setelah beberapa tahun produksi kakao berhenti, pemerintah Kabupaten Manokwari Selatan menyiapkan pengoperasian kembali kebun kakao. Hal ini dengan harapan mengembalikan kejayaan coklat asli Ransiki.

Menjaga kualitas

Abdul Rochim Arkan menyebut saat ini koperasi memperkerjakan 150 orang dengan 80 orang di antaranya bertugas di kebun. Dari 1.668 hektare kebun kakao warisan perusahaan, koperasi baru mampu memproduksi biji di area 140 hektare.

Meski belum setinggi dulu, Eiber Suth tetap konsisten menjaga kualitas dan cita rasa biji kakao. Bibit yang hendak ditanam diupayakan berasal dari pohon-pohon lawas. Mereka juga melarang adanya bibit dari luar.

“Jadi, kami sekarang takut kalau ada bibit-bibit dari luar, jangan sampai menganggu kakao yang ada di sini,” ujarnya.

Sarana Kreasi Muda Papua Youth Creative Hub Baru Diresmikan, Apa Saja Fasilitasnya?

Semua perjuangan mengawal biji kakao itu membuat Eiber Suth dilirik Kakao Trading Ltd, spesialis penyalur kakao berkualitas dari sejumlah daerah di tanah air. Biji kakao Ransiki telah 3,5 tahun melalang buana ke Swis dan Prancis.

Sejak tahun 2017 hingga Februari, Koperasi Ebier Suth telah mengirim 234,2 ton biji kakao kering ke para pemesan, termasuk Pipiltin Cocoa. Bisnis ini mendatangkan pemasukan total 7,18 miliar bagi koperasi.

Pipiltin Cocoa, produsen coklat turut mengambil coklat Ransiki. Irvan Helmi, pendiri Pipiltin menyukai rasa gurih atau rasa umumi pada coklat Ransiki yang tak dimiliki coklat daerah-daerah lain di Indonesia.

“Itu spesialnya Ransiki,” tuturnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini