Pengendalian Diri Ketika Berpacaran, Jangan Lakukan Kekerasan!

Pengendalian Diri Ketika Berpacaran, Jangan Lakukan Kekerasan!
info gambar utama

Pacaran sudah menjadi hal yang lumrah dalam perjalanan kehidupan, termasuk kawan GNFI. Apalagi di era digital seperti sekarang ini, media sosial makin memudahkan orang untuk saling mengenal dan menjalin berhubungan. Ngomong-omong, pacaran katanya bisa memberikan pengalaman dan kenangan yang indah, tapi di sisi lain, pacaran juga bisa menjadi pengalaman yang buruk memiliki pasangan toksiks dan pelaku kekerasan.

Saat ini, kekerasan dalam pacaran menjadi sebuah isu sering menjadi perhatian serius. Terlebih lagi, di Indonesia sendiri, kekerasan dalam pacaran tergolong tinggi, dan ini sangat memprihatinkan. Kekerasan dalam pacaran bisa berupa verbal, fisik, diperas secara ekonomi dan bahkan kekerasan seksual.

Tentu saja, kekerasan dalam pacaran seharusnya tidak pernah terjadi. Pacaran semestinya menjadi wadah bagi dua individu untuk saling mengenal dan mempererat hubungan. Namun, jika hubungan tersebut sudah mengarah ke kekerasan, maka sudah saatnya untuk mengambil pilihan tegas, PUTUS!

Mungkin, karena terpengaruh mitos, beberapa dari kita menganggap bahwa kekerasan dalam pacaran adalah hal yang wajar. Padahal, kekerasan dalam pacaran adalah sebuah tindakan yang melanggar hak asasi manusia. Kita tidak boleh meremehkan dampak buruk dari kekerasan dalam pacaran, baik itu secara fisik maupun psikologis.

Ingat! Jangan Pernah Merendahkan Orang Lain, Kita Semua Setara!
Dua sejoli
info gambar

Pengendalian diri

Sebagai remaja, kita juga perlu belajar mengendalikan emosi dan perilaku. Jangan sampai tindakan yang kita lakukan saat emosi memuncak justru merugikan diri kita sendiri dan orang lain. Jika ada masalah dalam sebuah hubungan, sebaiknya diungkapkan secara baik-baik dan mencari solusi bersama. Selain itu, penting bagi kita untuk belajar menghargai diri sendiri dan pasangan.

Kita tidak boleh menganggap bahwa pasangan kita adalah milik kita sepenuhnya, dan kita bisa melakukan apa saja yang kita inginkan terhadapnya. Saling menghargai dan memahami kebutuhan satu sama lain adalah kunci dari hubungan yang sehat. Jika dalam hubungan sudah ada yang dominan, pasti hubungannya tidak sehat.

Kita juga perlu belajar untuk tidak memaksakan diri dalam suatu hubungan. Jika kita merasa tidak nyaman atau merasa terpaksa ketika melakukan sesuatu, kita harus berani bicara terus terang (asertif). Jangan sampai pacaran menjadi alasan pembenar melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan atau membuat kita tidak nyaman.

Dalam pacaran, kita hendaknya bersedia belajar untuk saling menghormati privasi satu sama lain. Kita tidak boleh memaksa pasangan untuk memberikan informasi atau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dia inginkan. Hendaknya masing-masing pribadi saling memberikan ruang dan kebebasan dalam hubungan.

Jika terjadi kekerasan, jangan salahkan pacaran. Namun, salahkan perilakunya. Jika kita merasa tidak nyaman atau tidak bahagia dalam hubungan, sebaiknya kita berani untuk berbicara dan mencari solusi bersama. Kita tidak boleh meremehkan pentingnya sebuah hubungan yang dibangun secara sehat agar memperoleh kebahagiaan.

Kesadaran Baik sebagai Dampak Positif Covid-19

Jadi, pacaran boleh-boleh saja, selama jangan lakukan kekerasan, ya. Kita harus bisa belajar untuk menghargai diri sendiri dan orang lain dalam hubungan. Kita harus belajar untuk mengontrol emosi dan tindakan perilaku, serta saling menghormati, dan memberikan ruang dalam hubungan. Jika kita mengalami masalah dalam hubungan, sebaiknya kita berbicara dan mencari solusi bersama, daripada melakukan kekerasan.

Pasangan romantis
info gambar

Tanda kekerasan

Selain itu, penting juga bagi kawan GNFI mengenali tanda-tanda kekerasan dalam pacaran. Antara lain adanya kontrol yang berlebihan, dibatasi komunikasinya, dimanfaatkan secara ekonomi, penggunaan kata-kata kasar atau ancaman, tindakan kekerasan fisik, serta tindakan seksual yang dilakukan tanpa persetujuan.

Jika ada yang mengalami tanda-tanda tersebut, sebaiknya segera mencari bantuan dari orang yang dipercaya atau lembaga yang bisa memberikan bantuan. Misalnya organisasi Mitra Wacana yang ada di banguntapan Bantul atau Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) yang sudah ada di seluruh kabupaten Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebagai anggota masyarakat, kita juga perlu ikut serta dalam mencegah atau mengurangi kekerasan dalam pacaran. Kita bisa membantu dengan cara mendukung teman atau saudara yang mengalami kekerasan, memberikan informasi yang benar dan akurat tentang kekerasan dalam pacaran, serta mengajarkan nilai-nilai yang positif kepada anak-anak kelak tentang pentingnya menghargai diri sendiri dan orang lain.

Berbicara dengan Hati, Memahami Esensi Kebenaran dalam Kasih

Oiya, pemerintah juga memiliki peran penting dalam mengatasi kekerasan dalam pacaran. Misalnya mengadakan program atau kampanye untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya kekerasan dalam pacaran, memberikan pelindungan bagi korban kekerasan, serta meningkatkan ketegasan dalam penanganan kasus kekerasan dalam pacaran.

Pada prinsipnya kita semua memiliki tanggung jawab untuk mencegah dan mengatasi kekerasan dalam pacaran. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk menghargai diri sendiri dan orang lain, serta saling menghormati dan memberikan ruang dalam hubungan. Jangan sampai kekerasan dalam pacaran merusak masa depan dan impian kita. Boleh pacaran, tapi jangan lakukan kekerasan, ya!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WT
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini