Situs Tetegewo, Peninggalan Megalitikum Nias yang Telah Berusia Ribuan Tahun

Situs Tetegewo, Peninggalan Megalitikum Nias yang Telah Berusia Ribuan Tahun
info gambar utama

Berkunjung ke Nias, Sumatra Utara seperti memasuki suatu negeri yang penuh keunikan. Salah satunya saat berkunjung ke Situs Megalit Tetegewo, di Desa Lili Saute, Kecamatan Sideuaeri, Nias Selatan.

Situs ini menjadi bukti bahwa Pulau Nias adalah rumah dari peradaban megalitikum yang masih hidup. Situs ini diyakini sebagai asal mulanya para leluhur masyarakat Nias dari langit atau Ono Niha.

Dimuat dari Antaranews, letak situs tersebut berada di atas bukit, sehingga untuk mencapai tempatnya harus melewati jalanan bebatuan yang cukup curam sejauh 500 meter. Karena letaknya yang berada di atas bukit, wisatawan perlu berjalan menanjak.

Situs Batujaya: Jejak Kegemilangan Pelabuhan Internasional Citarum

Situs megalitikum Tetegewo yang dipercaya sudah berusia 2500-5000 tahun ini terdiri atas batu-batu besar berbentuk tugu, bundar dan persegi menyerupai meja yang berasal dari Baho, sungai yang terletak tiga km di bawah situs ini berada.

“Kekuatan seseorang tidak mungkin, ilmu ketok pindah karena tidak masuk akal orang bisa mengangkat itu karena dulu tidak ada alat berat,” kata Sozisokhi Telaumbanua, juru kunci situs ini.

Dibuat karena perang

Dipercaya perkampungan ini dibuat di atas bukit karena pada zaman dahulu sering terjadi peperangan. Karena hal itu memudahkan raja untuk melihat musuh yang akan menyerah kerajaan tersebut.

Karena hobi berperang ini, muncul ritual Boronadu dengan cara mengalihkan konflik kelompok kepada patung-patung ini kemudian dilemparkan ke sungai, pertanda masalah sudah selesai.

Selain itu, jelas Telaumbanua, situs ini terbentuk karena adanya perselisihan antar dua bersaudara, kakak beradik, yang salah satunya dihukum mati. Kemudian, adiknya, Saufani Ana’a pindah ke Tetegewo untuk membuat suatu perkampungan dan menjadi raja.

Pemkab Mojokerto Anggarkan Rp250 Juta untuk Eskavasi Dua Istana Majapahit

Batu Behu yang berdiri seperti tugu menandakan sudah pernah membuat pesta besar-besaran. Sedangkan batu menyerupai meja berbentuk bundar merupakan tempat untuk menari pada saat pesta.

Di sisi lain terdapat juga batu yang menyerupai meja berbentuk persegi untuk raja duduk, sedangkan peserta rapat duduk di bawahnya. Di bawah meja terdapat semacam gua yang berfungsi sebagai penjara untuk seseorang yang telah melakukan aksi kriminal.

Penemuan benda masa silam

Di Situs Tetegewo banyak dijumpai peninggalan-peninggalan masa lampau yang menjadi bukti bahwa Nias sangat berkaitan dengan kehidupan zaman megalitikum. Tak hanya Situs Tetegewo terdapat beberapa situs yang serupa berada di Nias, seperti Situs Hiligoe.

Selain itu juga ada peninggalan berupa menhir, batu tunggal yang berukuran cukup besar, berbentuk tugu dengan sentuhan ornamen lingkaran pada atasnya dan terdapat ornamen pedang di bagian bawahnya.

Selain itu, ada juga batu berbentuk kotak yang disinyalir sebagai sebuah ruangan. Konon batu tersebut dijadikan sebagai penjara. Kemudian terdapat batu-batuan berbentuk bulat sempurna yang masing-masing berjajar dari pintu masuk situs hingga ujungnya.

Tapak Candi Hindu yang Terawat di Tengah Universitas Islam Yogyakarta

Diperkirakan bebatuan itu dulunya digunakan sebagai tempat atau alas menari. Uniknya bentuk batu itu bisa bulat sempurna, dan bisa menghasilkan nada-nada yang berbeda seperti alat musik.

Saat ini, upacara Boronadu menjadi acara adat yang menarik wisatawan. Upacara ini diakhiri dengan penanaman pohon Fosi. Tempat ini pun menjadi daerah wisata menarik bagi masyarakat setempat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini