Rahmah El Yunusiyah, Sosok Teladan Optimalisasi Peran Perempuan Indonesia

Rahmah El Yunusiyah, Sosok Teladan Optimalisasi Peran Perempuan Indonesia
info gambar utama

Tahukah Kawan GNFI akan keberadaan pahlawan perempuan bernama Rahmah El Yunusiyah? Rahmah El Yunusiyah merupakan penggerak, perintis, pelopor, sekaligus aktivis yang masif dalam fokus pendidikan. Ia hidup pada masa penjajahan era kolonialisme Jepang dan Belada.

Mengutip dari laman Kemdikbud, Rahmah El Yunusiyah lahir pada 29 Desember 1900 di Lubuk Mata Kucing, Kenagrian Bukit Surungan, Padang Panjang, Sumatera Barat. Lahir dan tumbuh di keluarga religius dan cendekiawan sedikit banyak menjadikannya pribadi yang berorientasi progresif. Sejarawan mencatat bahwa ia merupakan tokoh yang memiliki idealisme dan cita-cita tinggi.

Rahmah El Yunusiah menginsipirasi optimalisasi peran perempuan yang multidimensi. Peran perempuan yang bermakna memaksimalkan potensi perempuan untuk ikut serta kontribusi dan mendukung hajat baik orang banyak. Seperti halnya: memperjuangkan pendidikan untuk mencerdaskan perempuan Indonesia.

Baca juga: Deklarasi Windhoek, Dokumen "Khas" Milik Kebebasan Pers

Mengapa spesifik kepada pendidikan perempuan? Memahami dari narasi Salam.ui.ac.id, pendidikan di era penjajah Jepang dan Belanda sangat terbatas. Pendidikan zaman itu diatur hanya untuk kaum berprivilese sesuai mandat penjajah. Kaum perempuan merupakan subjek dispensasi privilese ini. Dengan demikian, peran perempuan menjadi terbatas dan kurang berpengetahuan. Latar belakang ini sedikit banyak mendasari pergerakan Rahmah El Yunusiyah di bidang pendidikan perempuan.

Rahmah El Yunusiyah
info gambar

Dalam skala internasional, inspirasi Rahmah El Yunusiyah ini bisa di sandingkan dengan keberadaan inisiator pendidikan Maroko yang bernama Fatima Al Fihri. Melansir merdeka.com, Fatima Al Fihri ini merupakan cendekiawan asal negeri Maroko yang memiliki concern terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 859, ia menginisiasi berdirinya universitas pertama zaman keemasan Islam di Maroko yang diberi nama Universitas al-Qarawiyyin.

Meski nama Rahmah El Yunusiyah populer dalam bidang pemberdayaan pendidikan perempuan, ia juga merupakan teladan yang mampu mengoptimalkan peran sebagai perempuan di berbagai dimensi. Berikut adalah bidang-bidang yang di geluti Rahmah El Yunusiyah:

Peran sebagai Pelajar

Mengutip dari artikel berjudul “Tokoh Pendidikan Islam Perempuan Rahmah El Yunusiah” karya Asni Furoidah, Rahmah El Yunusiyah mengenyam pendidikan di Diniyah School yang dipimpin oleh kakak laki-lakinya yang bernama Zainuddin Labay. Dinarasikan bahwa meskipun ayahnya seorang “Syaikh”, ia tidak banyak mendapat pendidikan dari ayahnya sebab ayahnya meninggal sewaktu Rahmah kecil.

Sebagai pelajar, Rahmah termasuk pribadi yang rajin. Hal ini dibuktikan dengan tidak hanya cukup memeroleh ilmu di Diniyah School saja, melainkan di sore hari ia mengunjungi para ulama di Padang panjang untuk mendapatkan ilmu. Rahmah juga belajar ilmu praktik seperti ilmu kesehatan dan P3K dan ilmu kebidanan dari Dr, Sofyan Rasyad, Dr. Tazar di Kayu Taman, Dr. A. Shaleh di Bukit Tinggi, dan Dr. Arifin di Payakumbuh.

Baca juga: Belajar dari Singapura: Membedah Keberhasilan Satu-satunya Negara Maju di Asia Tenggara
  • Peran sebagai Pendidik

Sebagai seorang pendidik, Rahmah El Yunusiyah memelopori berdirinya sekolah khusus perempuan yang memiliki value Islam bernama Diniyah School Poetri pada 1 November 1923. Nama ini terinspirasi dari nama sekolah yang didirikan oleh kakaknya yaitu Diniyah School. Di sini Rahmah menjadi guru dengan kurikulum sederhana berupa bahasa Arab, pengetahuan agama, pengetahuan praktis, dan menjahit.

Melansir laman Ensiklopedia Dunia, Rahmah pun membuka program pemberantaan buta huruf untuk kalangan ibu-ibu yang tidak sempat merasakan pendidikan formal. Pada Februari 1937, Rahmah membuka program sekolah guru untuk putri dnegan lama pendidikan selama tiga tahun yang diberi nama Kulliyatul Mualimat el Islamiyyah (KMI).

Berikut jenjang pendidikan yang ada di Diniyah Putri :

  1. Diniyyah Putri Menengah Pertama (DMP) bagian B dengan lama pendidikan selama empat tahun, menampung murid-murid tamatan Sekolah Dasar (SD) atau sederajat.
  2. Perguruan Diniyyah Putri Menengah Pertama (DMP) bagian C dengan lama pendidikan dua tahun menerima murid-murid tamatan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)
  3. Kulliyah Al-Muallimat al-Islamiyah (KMI) dengan lama pendidikan tiga tahun dan menampung murid murid-murid tamatan DMP B dan C atau dari Perguruan Agama Tinggi Menengah atau Tsanawiyah.
  4. Fakultas Dirosah Islamiyah Perguruan Tinggi Diniyah Putri dengan lama pendidikan tiga tahun untuk mendapatkan ijazah tingkat Sarjana Muda setingkat dengan Fakultas Ushuluddin lain.
  • Peran sebagai Aktivis

Mengutip informasi dari pustakaarsip.kamparkab.go.id , Rahmah merupakan aktivis dalam organisasi Gyu Gun Ko En Kai,Haha no Kai. Dikisahkan bahwa pada saat perang Pasifik berlangsung, Rahmah menjadikan Diniyah Putri sebagai rumah sakit darurat. Ia turun menjadi pengibar pertama bendera Indonesia meski kabar proklamasi kemerdekaan belum sampai ke khalayak. Rahmah merupakan pengayom Laskar Sabilillah dan Laskar Hisbulwatan di era kemerdekaan. Belum berhenti, ia aktif juga memelopori berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Setiap perempuan dapat memaksimalkan peran melalui bidang fokusnya masing-masing. Hal yang perlu diingat adalah konsistensi, semangat, dan daya juang untuk mencapainya.

Baca juga: Ketika "Good looking" Lebih Dihargai di Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini