Sleep Paralysis, Fenomena Ketindihan dalam Sudut Pandang Sains

Sleep Paralysis, Fenomena Ketindihan dalam Sudut Pandang Sains
info gambar utama

Melansir platformKemkes RI, sleep paralysis (beberapa orang mengartikannya sebagai fenomena ketindihan) merupakan kondisi dimana seseorang mengalami kelumpuhan sementara saat dalam keadaan peralihan bangun (hypnopompic) dan tidur (hypnagogic). Sleep paralysis ini terjadi disebabkan mekanisme otak dan tubuh yang dalam keadaan tumpang tindih pada saat tertidur.

Sederhananya, sleep paralysis dimaknai dengan kondisi ketika seseorang bangun dari tidur pulasnya (REM), namun otak belum siap mengirimkan sinyal bangun kepada tubuh yang menjadikan tubuh masih dalam keadaan setengah sadar atau tidak bisa bergerak.

Ada dua jenis sleep paralysis (ketindihan) sesuai yang ditulis dalam laman Alodokter, yaitu Hypnopompic sleep paralysis dan Hypnagogic sleep paralysis. Hypnopompic sleep paralysis dimaknai dengan terbangunnya seseroang pada fase REM (rapid eye movement) atau deep sleep, pada fase ini seseorang bermimpi dan otot tubuh dalam keadaan istirahat. Terbangun pada fase ini menyebabkan otak yang belum siap mengirimkan sinyal bangun kepada tubuh sehingga tubuh sulit bergerak.

Hypnagogic sleep paralysis yaitu sebuah kondisi yang terjadi pada peralihan fase tidur ke bangun, dalam hal ini seseorang masih terjaga (sadar) namun tubuh sulit digerakkan dan sulit berbicara.

Baca juga: Indonesia Jadi Tuan Rumah Change ExhibIT, Pameran Interaktif Tantangan Global Masa Depan

Faktor Penyebab Terjadinya Sleep Paralysis

Kemkes RI menginformasikan terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sleep paralysis, antara lain:

1. Tidur Telentang

Tidur telentang terindikasi sebagai posisi tidur yang memicu terjadinya sleep paralysis. Dilansir dari laman Kompas.com, tidur telentang berpotensi memberi dampak rawan mengalami sumbatan nafas kepada individu.

Tidur telentang
info gambar

2. Gangguan Mental

Beberapa penelitian melaporkan bahwa sleep paralysis (ketindihan) sering terjadi pada individu atau kelompok yang mengalami gangguan mental, misalnya: schizopernia.

Baca juga: Mengintip Situs Web Akses Informasi Publik Ramah Disabilitas di Indonesia

3. Masalah Tidur

Ada sebuah gangguan dalam tidur yang bernama narkolepsi. Mengutip laman Halodoc, narkolepsi merupakan gangguan kronis pada tidur dengan gejala rasa kantuk di siang hari dan serangan tidur yang tiba-tiba. Gangguan ini berpotensi mengakibatkan sleep paralysis sebab bisa jadi ketika kantuk datang, tubuh belum dalam keadaan siap tidur yang berakibat pada menurunnya kualitas tidur.

4. Kurang Tidur

Kebiasaan tidur yang tidak cukup (kurang tidur) berpotensi mengakibatkan seseorang mengalami jetlag. Seseorang merasa terus terpacu dalam berpikir namun tubuhnya begitu lelah untuk melakukan aktivitas terus menerus.

Kiat Pencegahan Sleep Paralysis

Ada beberapa kiat untuk mencegah terjadinya sleep paralysis, antara lain:

  1. Memperbaiki setting siklus tidur
  2. Patuh terhadap jam tidur 7-8 jam/hari
  3. Berobat untuk menyembuhkan gangguan mental
  4. Menghindari paparan sinar biru ketika tidur
  5. Mengatur temperature ruangan pada posisi rendah

Waktu Terjadinya Sleep Paralysis

Sleep paralysis (ketindihan) dapat terjadi dalam dua waktu yaitu fase bangun dan fase tidur. Kejadian ini berkorelasi dengan jenis sleep paralysis itu sendiri yaitu ketika terjadi di fase bangun maka disebut Hypnopompic sleep paralysis dan apabila terjadi ketika fase tidur yaitu Hypnagogic sleep paralysis.

Berkaitan dengan fenomena sleep paralysis ini, ada beberapa kondisi seseorang yang memiliki risiko tinggi untuk mengalaminya, antara lain: orang dengan gangguan insomnia, narkolepsi, depresi tinggi, bipolar, sering cemas, PTSD (post traumatic stress disorder) atau dalam bahasa Indoenisa bermakna kelainan stres pasca trauma.

Baca juga: Yuk, Mengenal Istilah Asing dalam Dunia Teknologi!

Nah, penjelasan di atas sebagai warning bagi diri kita untuk cerdas dalam mengelola waktu tidur ya, Kawan. Mengapa? Sebab manajemen waktu tidur yang kurang baik dan tidak stabil akan berpengaruh pada kualitas tidur kita, bahkan berpotensi memanggil terjadinya sleep paralysis.


(pastikan sertakan sumber data berupa tautan asli dan nama jika mengutip suatu data)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini