Abad Kegelapan, Wacana Penimbunan Kehebatan Cendekiawan Islam

Abad Kegelapan, Wacana Penimbunan Kehebatan Cendekiawan Islam
info gambar utama

Sejarah adalah pendidik diam yang diamnya mengajarkan ribuan makna kehidupan. Siapa pun yang gemar memahami dan memaknai, ia akan mengantongi berbagai ilmu dalam berjalan di atas muka bumi”. Wording ini merupakan pemantik semangat penulis dalam membaca sejarah. Selamat berselancar dalam catatan menakjubkan sejarah, Kawan.

Yuk, menjelajah ke sejarah yang terjadi di dunia internasional (di luar sejarah Indonesia). Peristiwa ini terjadi sekitar abad ke-5 hingga abad ke-9 Masehi. Mengutip dari Britannica, The Dark Age (Abad Kegelapan) atau dikenal juga dengan Migration Period (Periode Migrasi) terjadi di abad pertengahan awal sekitar tahun 476–800 M.

Disebut The Dark Age atau Abad kegelapan sebab merujuk pada situasi dan kondisi yang terjadi pada era tersebut. Sebuah era dengan masivitas pergerakan vandalisme seperti Hun, Goth, Vandal, Bulgar, Alani, Suebi, dan Frank. Selain itu, abad kegelapan ini pun dikaitkan dengan periode tentang kebiadaban intelektual.

Kalau kata laman History Hit, Abad kegelapan ini merupakan sebuah frasa yang dicetuskan oleh Francesco Petrarca (dikenal sebagai Petrarch). Petrarch merupakan sarjana Italia abad ke-14 yang kecewa sebab pada tahun tersebut minim literatur keilmuan yang bagus dan diakitan dengan langgengnya budaya Yunani dan Romawi yang inferior (buruk) seperti: pergulatan gladiator, hingga sistem perbudakan yang melukai hak kemanusiaan.

Baca juga:Perusahaan Dubai Terima Kesepakatan Kerja Sama Pengelolaan Limbah di IKN Nusantara

Menilik laporan Aligarh Muslim University, abad kegelapan ini merupakan sebutan untuk periode runtuhnya otoritas Romawi dan rennaisance yang terjadi sekitar abad ke-5 hingga abad ke-14. Abad kegelapan ini diwacanakan sebagai sebuah era mundurnya kemajuan ilmu pengetahuan, situasi politik, ekonomi, dan sosial, dan kebudayaan.

Membaca tiga pemaknaan dari sumber yang berbeda ini, critical thinking penulis terpantik berpikir demikian, “Tiga literature tersebut menjabarkan bahwa abad kegelapan terjadi di lingkup Eropa dan Romawi, apakah kemunduran dan vandalisme tersebut juga terjadi di kebanyakan negara di luar Eropa dan Romawi? Ataukah negara di luar Romawi sedang dalam The Spring Age? The Spring Age adalah frasa untuk menyebutkan periode kejayaan.”

Cendekiawan muslim sebagai bukti untuk mematahkan wacana dari abad kegelapan ini, Kawan. Universitas Muhammadiyah Malang, melalui lamannya menarasikan bahwa pada saat negara Barat (Eropa dan sekutunya) sibuk dilemma dengan problematika kemunduran dan vandalism, maka cendekiawan muslim begitu aktif dengan rangkaian penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan sains. Siapa dan ahli dalam bidang apa, mari kita kenali satu per satu!

Al Biruni

Al Biruni
info gambar

Cendekiawan Al Biruni lahir dengan nama Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni pada 973-1048 M di Beruni, Uzbekistan. Kepiawaiannya dalam dunia ilmu diakui dunia. Penulis bernama Bobojan Gafurov dalam The Unesco Courier, edisi 1974 mengatakan bahwa Al Biruni merupakan ilmuan besar dengan multi kecerdasan dan penemuan dalam bidang matematika, geografi, dan astronomi.

Baca juga: Arab Saudi Rilis Film Dokumenter Kisah Perjalanan Jemaah Haji Asal Indonesia

Insistmenulis dalam lamannya bahwa Al-Biruni merupakan seorang polimatik dengan banyak karya di bidang fisika, astronomi, astrologi, filsafat, matematika, dan bidang lainnya yang total keseluruhannya 146 karya atau lebih. Ia merupakan ilmuan hebat yang memiliki perhitungan detail dan presisi. Tirtodalam lamannya melaporkan bahwa Al Biruni berhasil menghitung keliling bumi dengan hasil hanya melesat satu persen dari perhitungan modern. Hasil perhitungan Biruni sebesar 25.000 mil sedangkan hasil perhitungan modern yaitu 24.901 mil.

Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi

Al khwarizmi
info gambar

Melansir dari laman Institut Teknologi Batam, Al Khawarizmi lahir dengan nama Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi pada 780 M di Uzbekistan. Eksistensinya dikenal hingga barat dengan sebutan sebutan Algoritm, Algorismus, atau Algoritma. Al Khawarizmi adalah ilmuan canggih dalam bidang Matematika, selain itu ia juga faqih dalam bidang astronomi, musik, filsafat, geografi, dan kimia.

Keahliannya dalam matematika dibuktikan dengan penemuan aljabar yang termaktub dalam Al-kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa’l-muqabala (The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing) dan penemuan angka nol dalam kitab berjudul Al-Jam’a wa Al-Tafriq bi Al-Hisab Al-Hindi.

Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd
info gambar

Ibnu Rusyd dalam literasi barat dikenal dengan Averroes. Melansir laman FT UMJ, ibnu Rusyd lahir dengan nama Abu al Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd pada 1126 M di Cordoba, Spanyol. Disebutkan bahwa Ibnu Rusy merupakan ilmuwan yang ahli dalam bidang kedokteran, hukum, dan filosof paling popular pada periode perkembangan filsafat Islam.

Baca juga: Alasan Holistik Tingginya Kepedulian Indonesia terhadap Palestina

Jabir bin Hayyan al-Kufi

Jabir bin Hayyan al-Kufi
info gambar

Di dunia Barat, ilmuan Jabir bin Hayyan al-Kufi dikenal dengan Geber. Ilmuwan ini lahir dengan nama Abu Musa Jabir bin Hayyan lahir di Tus, sebuah kota di Persia (kini wilayah Iran) pada 721M. Jabir bin Hayyan al-Kufi dikenal dengan ilmuan yang ahli kimia. Jabir bin Hayyan memperdalam ilmu-ilmu pengobatan, filsafat, astronomi, dan alkimia. Beberapa penemuannya termaktub dalam beberapa buku, antara lain: At-Tajmi' (tentang Konsentrasi), Az-Zi’baq As-Syarqi (Air Raksa Timur), Ar-Rahmah, Al-Kimya (buku tentang kimia), dan Al-Sabe’en (The Book of the Seventy).

Al Zahrawi

Al Zahrawi
info gambar

Cendekiawan satu ini merupakan ahlinya dalam bidang ilmu bedah. Ia lahir dengan nama Abu Al-Qasim Al-Zahrawi 936 M di Cordoba, Andalusia, Spanyol di bawah dinasi Bani Ummayyah. Melansir Tirto, Andalusia merupakan tempat dimana banyak cendekiawan hebat muslim lahir seperti Ibnu Hazm, Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, Abu Ishaq Al-Zarqali, Abu Hakam Al-Kirmani, dan lainnya, termasuk Al-Zahrawi.

Al Zahrawi merupakan pelopor penemuan 26 alat bedah, salah satunya benang bedah (catgut). Benang bedah ini dibuat dari jaringan hewan (biasanya usus kambing atau sapi) yang mudah diterima oleh tubuh manusia. Al Zahrawi pun mengenalkan berbagai alat seperti pisau bedah, sendok bedah, retractor, pengait, surgical rod, specula, bone saw, plaster, dan masih banyak lagi. Karya besarnya berupa buku berjudul At-Tasrif liman Ajiza an at-Ta'lif dengan 30 jilid setebal 1.500 halaman menjadi rujukan dunia kedokteran hingga sekarang.

Lima cendekiawan di atas merupakan hitungan satu jari dari ribuan ilmuwan lainnya pada abad yang disebut abad kegelapan. Dengan demikian, abad kegelapan hanyalah wacana yang eksis di sebagai akibat kondisi dari lokus tertentu dan tidak berlaku di belahan dunia lain yang sedang mengukir kegemilangan peradaban.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini