Al Jazari, Pelopor Robotika Muslim Penemu Jam Gajah

Al Jazari, Pelopor Robotika Muslim Penemu Jam Gajah
info gambar utama

Siapakah Al Jazari? Apa nama tersebut terasa asing atau familiar dalam benak Kawan? Peradaban adalah saksi bahwa Al Jazari merupakan satu dari ribuan pelopor mahakarya ilmu pengetahuan yang menjadi prototype pengembangan masa depan. Al Jazari hidup mengabdi dalam keseriusan mengembangkan mekanika, hingga riwayat hidupnya dikenal sebagai pelopor robotika muslim.

Penulis sangat merekomendasikan Kawan untuk kenal lebih dekat dengan tokoh Al Jazari. Mengapa? Sebab, melalui konsistensi, kerja keras, ketaatan, manajemen waktu, dan keberhasilan karyanya, kita sebagai generasi sekarang bisa mengambil banyak motivasi. Motivasi untuk memaksimalkan potensi diri sesuai dengan bidang fokus yang diseriusi. Motivasi untuk berinovasi karya dengan goals kontribusi, membantu menyelesaikan problematika, dan dilematika zaman sekarang. Maka inilah kisah Al Jazari yang menginspirasi.

National Geographic , dalam lamannya menginformasikan bahwa Al Jazari memiliki nama lengkap Badi al-Zaman Abu al-Izz Ismail ibn al-Razzaz al-Jazari lahir di abad pertengahan pada 1136 di Diyarbakir. Diyarbakir merupakan daerah yang sekarang berlokasi menjadi Turki tengah selatan. Melihat tahun kelahiran Al Jazari, kita bisa mengetahui bahwa ia lahir pada masa polemik pasca Perang Salib.

Kelahirannya yang dibawah bayang-bayang problematika pasca Perang Salib tidak menghambat Al Jazari untuk berkembang. Bahkan, idiosinkrasi dari Al Jazari membawanya memeroleh atribut Badi Al-Zaman yang bermakna keajaiban zaman. Keajaiban di sini adalah seseorang yang kontribusi karyanya bermanfaat dan menginspirasi era-era setelahnya.

Baca juga: Potret Rumah Ki Hajar Dewantara yang Diabadikan Jadi Museum

Mulanya, sesuai dengan informasi dari Tirto.id, Al Jazari merupakan seorang insinyur di bawah supremasi Dinasti Artuqid di Diyarbakir. Dinasti Artuqid merupakan bangsa yang mempunyai otoritas pada daerah Anatolia dan Jazira (sekarang Turki). Al Jazari membukukan beberapa karyanya, salah satu hasil pembukuan yang paling masyhur ada dalam karyanya yang berjudul Kitab fi Ma`rifat Al-hiyal Al-Handasiyya. Donal Routledge Hills selaku sejarawan sains menerjemahkan buku ini dalam bahasa Inggris dengan nama Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices.

Al Jazari merekam karyanya yang salah satunya ada dalam Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices. Melansir dari Muslim Heritage, karyanya menggabungkan beberapa konsep penemuan terdahulu seperti Hero, Philo, Archimedes, Banu Musa, al-Muradi, dan Ridwan.

Ia mengembangkan dan mengoptimalkan konsepsi penemuan zaman dahulu dalam produk karya dan inovasinya yang ditulis dalam buku ini. Buku ini membahas mengenai karyanya yang berupa rincian lima puluh perangkat (ashkal), yang dikelompokkan menjadi enam kategori (anwa`):

1) sepuluh jam air dan lilin;

2) sepuluh bejana dan figur yang cocok untuk sesi minum;

3) sepuluh kendi dan baskom untuk mengeluarkan darah dan mencuci sebelum sholat;

4) sepuluh air mancur yang berubah bentuk secara bergantian, dan mesin untuk seruling abadi, dll.

Dari beberapa karya Al Jazari, ada satu yang memukai dunia dan mendapat nobel dari Raja Saladin. Karya tersebut bernama The Elephant Clock atau Jam Gajah.

Kecanggihan Jam Gajah (Elephant Clock)

The Elephant Clock Foto: Google Art and Cultur
info gambar

Representasi Value Islam yang Universal

Al Jazari dikenal sebagai ilmuwan yang tidak hanya cerdas dalam ilmu sekuler, melainkan ia adalah pribadi yang taat dan takwa kepada agama yang dianutnya, islam. Hal ini terlihat dari manifestasi desain jam gajah yang mengandung value Islam sebagai agama yang universal (agama yang implementasinya tidak dibatasi oleh waktu dan tempat tertentu. Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa agama islam memberi penghormatan kepada seseorang yang berilmu.

Baca juga: Rahmah El Yunusiyah, Sosok Teladan Optimalisasi Peran Perempuan Indonesia

Desain jam gajah seperti yang ditulis dalam laman Republika memadukan konsep tabung milik ilmuan Archimedes, gajah yang menjadi ciri India dan Afrika, burung Phoenik dalam legenda masyarakat Mesir, angka-angka Arab, karpet Persia, hingga naga yang menjadi ciri negara Cina. Desain ini membawa kerja berkeseinambungan antara satu sama lain untuk menggulirkan bola yang menjadi bagian dari indikasi waktu tertentu. Konsep rumit dan unik ini pun mendapat pujian dari Sultan Saladin dengan penghargaan tertinggi.

Cara Kerja Jam Gajah

Perforated floating bowl Foto:1001Invention
info gambar

Melansir 1001Invention, penulis merangkum mengenai cara kerja jam gajah sebagai berikut: dalam konsepsi jam gajah, ada beberapa figure, antara lain: figur Sultan Saladin, gajah, naga, burung phoenik, mahout (pengunggang gajah), penulis dan pena, mangkuk. Jumlah jam terlihat dari disk berwarna silver dan hitam yang terletak di atas jam. Jumlah menit terlihat pada figure penulis dan pena.

Pergerakan waktu diatur dalam sebuah mekanisme menarik dalam perut gajah. Perut gajah berisi mangkuk apung berlubang (perforated floating bowl). Mangkuk ini memiliki lubang kecil di tengah yang untuk mengatur ketepatan waktu mangkuk untuk tenggelam (penerapan hukum Archimedes).

Mangkuk perlahan-lahan tenggelam dalam duarasi lebih dari setengah jam. Coba kawan perhatikan gambar, akan terlihat bahwa pada mangkuk disematkan tali. Bersamaan dengan tenggelamnya mangkuk, maka tali tersebut tertarik. Tali ini terhubung dengan penulis dan pena (figure yang merepresentasikan menit) di atas punggung gajah. Ketika mangkuk sepenuhnya tenggelam, maka mangkuk akan tenggelam dengan posisi miring ke bawah. Hal tersebut akan berpengaruh pada alur pegerakan jam gajah selanjutnya.

Tali yang disematkan di mangkuk yang tenggelam juga akan berpengaruh pada 30 buah bola yang berada di atas kubah. Dengan demikian, bola akan jatuh akibat penarikan tali selama 30 menit sekali dan menggetarkan burung phoenix berkicau. Jatuhnya bola ini membuat figure Sultan Saladin bergerak ke kanan dan ke kiri, arah gerak ini akan menentukan jatuhnya bola pada elang (elang di bagian kanan atau kiri dari keberadaan Sultan).

Baca juga: Serba-Serbi Hari Buku Nasional 2023

Bola jatuh di salah satu naga sesuai dengan arah jatuh kanan atau kiri, berat bola di mulut naga menurunkan posisi naga sehingga bola jatuh kembali ke vas di belakang mahout. Tangan mahout akan bergerak yang membunyikan simbal. Proses rotasi atau turunnya naga ini juga berakibat pada kembalinya mangkuk dalam perut gajah kembali ke permukaan air. Proses ini berulang secara mandiri hingga 30 bola habis terjatuh, dua kali sehari saat matahari dan terbit dan terbenam, bola akan dikembalikan ke posisi semula (di atas kubah).

Melansir Muslim Heritage, Al Jazari memiliki keunggulan sebagai seorang robotika muslim, ia terus mengembangkan penemuan terdahulu dengan inovasi penemuannya. Bukunya unggul sebab merupakan satu-satunya yang membahas berbagai macam perangkat dengan fasilitas teks, ilustrasi, dan dimensi sehingga seorang pengrajin yang terampil dapat membuat perangkat apa pun berdasarkan deskripsi al-Jazari.

Berbagai penemuan Al Jazari berperan dalam pengembangan teknik mesin modern, antara lain penyeimbangan statis roda katrol besar; kalibrasi lubang; penggunaan templat kayu; penggunaan model kertas dalam desain; laminasi kayu untuk mencegah bengkok; penggilingan kursi dan sumbat katup bersama dengan bubuk ampelas untuk mendapatkan kedap air, dan lain-lainnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini