Mengenal Love Bombing, Bahaya, dan Cara Menghindarinya

Mengenal Love Bombing, Bahaya, dan Cara Menghindarinya
info gambar utama

Pertama datang cinta, lalu datang pernikahan…

Itu adalah sajak anak-anak yang akrab bagi banyak orang, tetapi sebenarnya, ada beberapa tahapan lain yang perlu terjadi agar hubungan yang sehat dapat berkembang. Padahal, nyatanya cinta adalah hal rumit yang membutuhkan waktu, investasi, dan kerja.

Permasalahan-permasalahan seperti hubungan asmara yang terasa burn out, atau dirasa dijalani dengan penuh tekanan yang membuat diri kalian dengan pasangan sedikit eksklusif satu sama lain. Bahkan, ketika sikap-sikap pasangan mulai tidak "bagus" dalam hubungan yang kalian jalani. Hal-hal seperti ini juga bisa dimaknai dengan istilah love bombing.

Love bombing adalah taktik manipulatif yang sering digunakan oleh individu atau kelompok untuk menguasai dan memanipulasi orang lain secara emosional. Ini melibatkan menghujani seseorang dengan kasih sayang, perhatian, dan pujian yang berlebihan untuk menciptakan ikatan emosional yang kuat dan mendapatkan kepercayaan mereka. Namun,tentu saja love bombing bukanlah ekspresi cinta yang sehat atau tulus.

Baca juga:Mengenang Habibie di Monumen Cinta Sejati "Habibie-Ainun"
Ilustrasi Hadiah oleh Pasangan | Foto: Kumparan.com
info gambar

Tanda-Tanda Love Bombing

Dilansir dari health.cleveandclinic.org,Love bombing bisa terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja. Meski paling sering dikenali oleh pasangan romantis, anggota keluarga dan teman Kawan GNFI juga bisa "mengebom" Kawan.

Hal ini biasanya didorong oleh rasa tidak aman seseorang, ketidakmampuan untuk percaya, dan ketergantungan pada orang lain. Meski bisa dilakukan siapa saja, love bombing paling sering dikaitkan dengan orang-orang yang memiliki gaya keterikatan cemas atau tidak aman atau gangguan kepribadian narsistik (NPD).

Berikut adalah beberapa tanda (redflag) yang mungkin mengindikasikan love bombing:

  1. Tingkat kasih sayang yang intens dan sangat cepat, bahkan sebelum mengenal orang tersebut dengan baik.
  2. Sanjungan dan pujian yang berlebihan, yang membuat orang tersebut merasa sangat istimewa dan dihargai.
  3. Perhatian yang luar biasa, dengan terus-menerus membombardir target dengan teks, telepon, atau pesan, menyisakan sedikit ruang untuk ruang atau batasan pribadi.
  4. Mengisolasi dari orang lain, dengan hanya menjadikan diri mereka satu-satunya fokus perhatian dan kasih sayang orang tersebut.
  5. Tidak bisa mengatakan "tidak" dalam suatu hubungan. Kondisi ini di mana batasan individu yang ada di dalam hubungan sudah tidak diakui sehingga opini maupun pandangan dari pasangannya sudah tidak penting untuk didengar.

Dalam beberapa kasus, korban dari love bombing mungkin ingin meninjau kembali percakapan tentang batasan sehatnya, menentukan perilaku apa yang dapat diterima, dan melihat apakah ada kesempatan bagi pasangan untuk belajar dan beradaptasi. Namun, jika Kawan GNFI mencoba melakukan percakapan ini dan perilakunya berlanjut atau menjadi lebih buruk, Kawan perlu mempertimbangkan cara mengakhiri hubungan dengan aman. Atau, korban dari love bombing juga cenderung dicakup banjir emosi, yang meliputi depresi, kecemasan, kemarahan, kesedihan, hingga menemui terapis dapat membantu untuk menguranginya.

Tips Melindungi Diri dari Love Bombing

Adapun, beberapa tips yang bisa dilakukan untuk melindungi diri dari love bombing dan mempertahankan batasan yang sehat dalam hubungan adalah,

  1. Membiarkan hubungan berkembang secara bertahap.
  2. Memercayai firasat dan intuisi.
  3. Mempertahankan kemandirian, yang memastikan kehidupan pribadi bisa tetap seimbang tanpa adanya ketergantungan.
  4. Menetapkan batasan sedari awal dengan komunikasi.
  5. Mengamati tindakan pasangan dan mencari konsistensi antara perilakunya, hingga
  6. Membiasakan diri dalam hubungan yang sehat, dengan tanpa adanya indikasi dari manipulasi pasangan.

Penting untuk diingat bahwa bom cinta adalah bentuk manipulasi dan pelecehan emosional. Jika Kawan GNFI curiga sedang mengalami love bombing atau mengetahui seseorang yang mengalaminya, penting untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional tepercaya yang dapat memberikan bimbingan dan bantuan.

Jangan lupa untuk selalu bersikap terbuka dan jujur ​​pada diri sendiri tentang pengalaman dan menetapkan batasan yang sehat dengan pasangan baru sejak awal.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini