Menikmati Tradisi Nasi yang Disholawatkan untuk Peringati Maulid Nabi

Menikmati Tradisi Nasi yang Disholawatkan untuk Peringati Maulid Nabi
info gambar utama

Maulid Nabi merupakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dirayakan di berbagai wilayah Indonesia. Biasanya perayaan Maulid Nabi kerap dilakukan dengan berbagai tradisi unik, salah satunya di Cirebon.

Di Cirebon masyarakat merayakan Maulid Nabi dengan tradisi Panjang Jimat. Tradisi ini merupakan refleksi dari proses kelahiran Nabi Muhammad SAW dan merupakan acara puncak dari serangkaian kegiatan Maulid Nabi di Keraton Kasepuhan Cirebon.

Ampyang Maulid, Perayaan Kelahiran Nabi Muhammad SAW yang Bersejarah dan Penuh Makna

“Pelai Ageng artinya malam keutamaan yang besar yakni malam di mana Nabi Muhammad lahir ke dunia,” kata Patih Kesultanan Kanoman Cirebon Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran yang dimuat Liputan6.

Kata panjang jimat berasal dari kata panjang yakni sebuah piring pusaka berbentuk bundar besar pemberian seorang petapa suci bernama Sahyang Bango dari Gunung Singkup. Sedangkan jimat merupakan benda pusaka yang perlu dijaga.

Nasi yang dishalawatkan

Selain itu, istilah jimat merupakan sebutan nasi dalam proses saat menjadi gabah dikupas satu per satu biji besarnya. Nantinya nasi itu akan diiringi bacaan sholawat sembari mengupas biji gabah yang dilakukan oleh rombongan bapak sindikasih.

“Rombongan tersebut nanti jadi iring-iringan ketika malam pelai panjang jimat. Tapi sebelum itu sore hari ada prosesi namanya lamaran atau panjang mios awal pemberitahuan kepada masyarakat bahwa nanti malam ada ritual Panjang Jimat,” ujarnya.

Ini Dia Sejarah Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW

Pada ritual panjang mios ini, Patih Qadiran bersama pinangeran dan abdi dalem mengiringi beberapa sajian yang akan disajikan saat panjang jimat. Mereka akan mengiringi beberapa sajian yang akan disajikan pada malam itu.

Ada juga beberapa pendukung ritual panjang mios seperti benda secara ritual, beberapa kuliner sajian yang akan disantap bersama dan dibagikan kepada masyarakat setelah prosesi ritual panjang jimat selesai.

“Ada buah, koin yang sudah diberi doa sholawat dan kembang,” ujarnya.

Didatangi warga lain

Acara dari Panjang Jimat ini dimulai dengan arak-arakan sejak berada di Bangsal Prabayaksa Keraton Kasepuhan menuju Langgar Agung yang berjarak 100 meter. Para abdi dalem akan berbaris membawa peralatan upacara lengkap dengan obor.

Ada juga yang membawa manggaran, nadan, dan jantungan yang jadi simbol kebesaran dan keagungan dengan diiringi pembacaan shalawat Nabi. Ada juga yang membawa air merah dan kembang goyang dengan isi boreh yang melambangkan air ketuban.

Menilik Kembali Tradisi Mudik Zaman Dahulu

Kelompok lainnya membawa air serbab (air dari gula aren) dalam guci yang melambangkan darah ketika bayi lahir. Tradisi ini banyak menarik wisatawan dari daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Tasikmalaya hingga Bandung.

Tradisi ini banyak diminati selain karena menampilkan keunikan bagi masyarakat. Juga dianggap memberikan berkah kepada masyarakat yang hadir. Terutama saat membaca shalawat untuk Nabi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini