Menyembuhkan Chilhood Trauma

Menyembuhkan Chilhood Trauma
info gambar utama

Dilansir dari samhsa.gov, sedikitnya 1 dari 7 anak pernah mengalami kekerasan dan (atau) penelantaran anak pada tahun 2020. Pada tahun 2019 misalnya, ada 1.840 anak meninggal karena pelecehan dan penelantaran di Amerika Serikat. Setiap hari, lebih dari 1.000 remaja dirawat di unit gawat darurat karena cedera terkait serangan fisik. Sementara, 8% siswa sekolah menengah pernah terlibat perkelahian fisik di properti sekolah satu kali atau lebih selama 12 bulan sebelum survei.

Apa Itu Childhood Trauma?

Childhood trauma adalah pengalaman traumatis yang terjadi pada masa kanak-kanak. Trauma ini dapat disebabkan oleh berbagai kejadian yang mengancam keselamatan, baik fisik maupun emosional, seperti kekerasan fisik, seksual, atau psikologis, kehilangan orang tua atau pengasuh utama, penelantaran, atau situasi-kondisi yang mengganggu seperti perang atau bencana alam.

Tanda-tanda stres traumatis mungkin berbeda pada setiap anak. Anak kecil mungkin bereaksi berbeda dari anak yang lebih besar. Maka dari itu, penting juga untuk mengenali tanda-tanda stres traumatis dan dampak jangka pendek dan jangka panjangnya. Misalnya, anak yang belum sekolah akan menangis lebih sering, tidak nafsu makan, atau sering mimpi buruk.

Trauma pada anak di tingkat Sekolah Dasar, bisa seperti rasa ketakutan berlebih, merasa bersalah, mengalami kesulitan dalam konsentrasi, dan sulit tidur. Anak pada tingkat Sekolah Menengah atau Sekolah Menengah ke atas bisa jadi lebih parah, misalnya depresi, melakukan self-harm, dan riskan dalam tindak kekerasan.

Baca juga:Pengendalian Diri Ketika Berpacaran, Jangan Lakukan Kekerasan!

Penting untuk memahami bahwa setiap individu bereaksi berbeda terhadap trauma dan dampaknya dapat bervariasi. Trauma pada masa kanak-kanak dapat memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap perkembangan fisik, mental, dan emosional individu tersebut.

Dampak Umum Childhood Trauma, Jangan Abaikan!

PTSD in Child | Foto: Samitivej Hospital
info gambar

Beberapa dampak umum dari childhood trauma meliputi:

  1. Gangguan kejiwaan: Trauma masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan kejiwaan seperti gangguan kecemasan, depresi, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), atau gangguan perilaku.
  2. Masalah hubungan sosial: Individu yang mengalami trauma masa kanak-kanak sering mengalami kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dengan orang lain. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mempercayai orang lain, memiliki pola hubungan yang tidak stabil, atau kesulitan dalam mengatur emosi dan berinteraksi secara sosial.
  3. Gangguan perkembangan: Trauma dapat menghambat perkembangan emosional, sosial, dan kognitif anak. Hal ini dapat berdampak pada kemampuan belajar, kemampuan beradaptasi, dan pencapaian dalam berbagai aspek kehidupan.
  4. Kesehatan fisik yang buruk: Anak-anak yang mengalami trauma masa kanak-kanak juga berisiko mengalami masalah kesehatan fisik, termasuk peningkatan risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, atau gangguan kekebalan tubuh yang melemah.
  5. Self-esteem rendah: Trauma dapat mempengaruhi persepsi diri dan meningkatkan risiko rendahnya harga diri dan kepercayaan diri pada masa dewasa.

Terkadang, dampak trauma masa kanak-kanak melampaui kesehatan fisik atau mental dan hubungan. Misalnya, dilansir dari verywellmind.com, beberapa penelitian menghubungkan pengalaman buruk masa kanak-kanak dengan peningkatan risiko menjadi pelaku kriminal pada usia 35 tahun, seringkali melakukan pelanggaran serius dan kekerasan.

Baca juga: Orang Tua Wajib Tahu! Ini 5 Bahaya Sharenting bagi Anak

Dukungan sosial bisa menjadi kunci utama untuk mereduksi dampak-dampak dari trauma masa kecil atau bahkan menyembuhkannya. Misalnya, dengan mendorong anak untuk berbicara tentang perasaan mereka dan memvalidasi emosi mereka, membantu mereka memahami bahwa mereka tidak bersalah, menjawab pertanyaan dengan jujur, meyakinkan anak bahwa yang dilakukan orang tua mereka agar bisa menjaga mereka tetap aman, dan sabar dengan proses pemulihan.

Tergantung pada usia dan kebutuhan anak, mereka juga dapat dirujuk untuk layanan seperti terapi perilaku kognitif, terapi bermain, atau terapi keluarga. Dalam beberapa kasus, seperti ketika ada diagnosis PTSD, pengobatan juga dapat menjadi pilihan untuk membantu mengatasi gejalanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini