Ikan Batak, Satwa Endemik Danau Toba yang Populasinya Semakin Sedikit

Ikan Batak, Satwa Endemik Danau Toba yang Populasinya Semakin Sedikit
info gambar utama

Apakah Anda tahu bahwa di dalam danau yang mencakup luas 1.130 kilometer persegi tersebut terdapat kehidupan biota endemik yang telah berkembang biak selama ribuan tahun?

Bersumber dari Indonesia.go.id, ikan dengan nama taksonomi Neolissochilus thienemanni ini disebut masyarakat setempat dikenal sebagai ikan jurung atau ihan batak. Ikan batak memiliki nilai ekonomi tinggi karena rasa dagingnya yang padat, empuk, serta gurih ketika dimasak. Seekor ikan seberat 1 kg harganya bisa mencapai hampir Rp1 juta.

Sejak masa lampau ikan batak menjadi hidangan wajib keluarga raja dan bangsawan di Toba serta pelengkap acara adat dan keagamaan.

Ikan Wader yang Enak untuk Digoreng Terancam Punah, Apa Penyebabnya?

Ciri khusus

Sebagai ikan yang hidup di hulu sungai dengan arus deras, ikan Batak memiliki gerakan yang cepat dan agresif. Untuk mencapai ukuran tubuh maksimal sepanjang 1 meter dan berat 30 kilogram, ikan Batak membutuhkan waktu hingga 54 bulan.

Badan ikan ini punya ciri yang khas, seperti memiliki badan pipih memanjang dengan warna keperakan saat berusia kurang dari enam bulan, dan kemudian berubah menjadi kuning kehijauan seiring bertambahnya usia. Cuping ikan Batak memiliki ukuran sedang pada bibir bagian bawah.

Sirip punggungnya berbentuk cekung, serta sirip dubur dan sirip pada ekor yang memiliki bentuk bercabang dengan bagian ujung yang meruncing. Terdapat 10 sisik di depan sirip punggung dan 26 sisik di sepanjang gurat sisi.

Menurut peneliti dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan KKP, Deni Radona ikan Batak, terutama anakannya, sering ditemukan di perairan dangkal danau dengan kedalaman sekitar 4-5 meter.

Mereka menyukai air yang jernih, dingin (sekitar 16-26 derajat Celcius), dan memiliki kandungan oksigen yang tinggi. Ikan Batak lebih sering berada di dasar danau yang berpasir atau berbatu, terutama saat usia mereka semakin bertambah dan bisa mencapai kedalaman maksimal 15 meter.

Ikan ini termasuk jenis fauna nocturnal, yang berarti mereka mencari makan di malam hari dan berdiam di balik bebatuan saat siang hari. Makanan alaminya meliputi siput, cacing, dan azolla (Mosquito ferns), yaitu sejenis tanaman paku yang tumbuh mengapung di permukaan air.

Selain itu, perbedaan antara ikan betina dan jantan dapat dilihat dari bentuk tubuhnya, di mana betina cenderung memiliki tubuh yang lebih kembung daripada jantan. Perbedaan lainnya terletak pada warna, dengan ikan jantan cenderung lebih gelap daripada betina.

Mancing Ikan Larangan, Tradisi Memancing Ikan yang Berbasis Pelestarian Alam

Ikan dilindungi

Biasanya, ikan batak sering digunakan sebagai bahan utama dalam masakan arsik, yang merupakan masakan ikan berkuah khas masyarakat Batak Toba. Namun, sayangnya hidangan arsik dengan ikan batak mulai tergantikan oleh ikan mas.

Hal ini disebabkan oleh kelangkaan ikan batak di habitat aslinya. Penangkapan ikan secara besar-besaran oleh nelayan dan pemancing, karena harga ikan yang tinggi dan permintaan masyarakat yang meningkat, menjadi faktor penyebabnya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri KKP Nomor 1 Tahun 2021 yang menyatakan bahwa ikan batak termasuk dalam jenis ikan yang dilindungi sepenuhnya. Upaya dilakukan untuk menghentikan perburuan dan konsumsi ikan batak oleh masyarakat.

Saat ini, Instalasi Riset Plasma Nutfah KKP di Cijeruk, Sukabumi, Jawa Barat telah berhasil melakukan budidaya ikan batak dalam jumlah yang signifikan. Sebagian besar ikan hasil budidaya tersebut dilepaskan kembali ke habitat aslinya di Danau Toba untuk meningkatkan populasi ikan.

Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dan Samosir juga mendorong kelompok nelayan di sekitar Danau Toba untuk melakukan pembiakan ikan batak di kolam-kolam penangkaran. Setelah mencapai usia tertentu, ikan-ikan tersebut dapat dilepaskan kembali ke habitatnya.

Upaya ini dilakukan untuk memastikan bahwa ikan batak tetap menjadi penghuni terakhir di perairan Danau Toba, sehingga masyarakat dapat terus menikmati cita rasa lezat dari arsik berbahan ikan batak tanpa perlu khawatir akan penurunan populasi ikan tersebut.

Gohu Ikan, Sajian Ikan Mentah khas Ternate yang Mirip Sashimi



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini