Child Grooming, Bentuk Pelecehan Seksual terhadap Anak

Child Grooming, Bentuk Pelecehan Seksual terhadap Anak
info gambar utama

Child Grooming yaitu perlakuan seseorang yang membangun hubungan, kepercayaan, dan hubungan emosional kepada anak dengan tujuan akhir memanipulasi, mengeksploitasi, dan pelecehan seksual anak. Pemaknaan ini mengutip dari laman badan amal anak NSPCC.

Groomer (pelaku) memulai aksinya dengan berinteraksi dengan anak, membuat mereka merasa nyaman dengan berbagai iming-iming, hingga anak merasa bergantung terhadap mereka. Di Indonesia, regulasi anak termuat dalam UU No 13 tahun 2003 dengan definisi, anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun.

Dalam kasus pelecehan seksual anak, groomer akan menyamar. Ia akan menarik perhatian anak melalui hal yang disukai seperti mengirim pesan di media sosial atau menjadi partner bermain game online. Upaya ini dibangun untuk menjalin kedekatan kepada calon korban.

Kasus child grooming ini marak terjadi online sebab kerahasiaan akan lebih terkendali daripada secara langsung (offline). Meskipun demikian, ketika objek sudah percaya sepenuhnya kepada groomer, maka pelecehan seksual anak pun dapat terjadi secara langsung (offline).

Baca juga: Alasan Perpustakaan Kawan Sulit Berkembang, Apa Saja?

Groomer akan mengintesifkan interaksi terhadap objek. Selanjutnya, ketika anak sudah mulai nyaman, groomer akan memengaruhi mereka untuk semakin lekat dan bergantung. Ia akan manipulatif menjadi sosok yang senantiasa memahami kondisi objek, seperti memberi nasihat, mendengarkan keluh kesah, memberi perhatian, membelikan hadiah, hingga membawa mereka jalan-jalan. Hingga pada akhirnya, groomer akan mengondisikan anak dibawah kuasa mereka dengan cara mengisolasi, menakut-nakuti atas rahasia yang telah anak ceritakan, mengintimidasi, dll.

Tanda-Tanda Child Grooming pada Anak

Ilustrasi Tanda
info gambar

Faktanya, untuk mengidentifikasi child grooming pada anak termasuk hal yang rumit. Namun demikian, ada beberapa indikasi sebagai bagian dari antisipasi dan penjagaan. Beberapa indikasi anak mengalami child grooming, yaitu:

  1. Menjadi sangat tertutup tentang cara mereka menghabiskan waktu, termasuk saat
  2. Punya pacar yang lebih tua.
  3. Memiliki uang atau barang baru seperti pakaian dan ponsel yang tidak dapat atau tidak akan mereka jelaskan.
  4. Anak berani mengonsumsi minuman keras atau obat tertentu.
  5. Tempramental terhadap lingkungan sekitar bahkan keluarga, menarik diri atau tertekan.
  6. Ada indikasi berperilaku seksual, bahasa, atau pemahaman tentang seks yang tidak sesuai dengan usia anak.
  7. Ketika sudah mulai bertemu dengan groomer, maka anak akan banyak menghabiskan waktu di luar (berbohong untuk bertemu dengan pelaku).
Baca juga: Inferiority Complex, Pahami dan Atasi Perasaan Rendah Diri

Orang tua perlu memahami bahwa anak tidak menyadari bila mereka sedang dimanfaatkan oleh pelaku sebagai objek pelecehan seksual anak. Sesuai dengan usia mereka yang belum dapat menalar dan memfilter orang baik dan jahat secara selektif, maka mereka akan mudah terpengaruh dan bergantung kepada apa yang menjanjikan. Dengan demikian dibutuhkan kewaspadaan dan kepekaan dari keluarga dan kerabat dekat.

Dampak Negatif Child Grooming sebagai Bentuk Pelecehan Seksual Anak

Dampak dari child grooming ini dapat bersifat jangka panjang dan jangka pendek. Keduanya tetap saja, menimbulkan gejolak dan keresahan yang mengguncang psikis anak. Korban akan merasa cemas hingga sulit beraktivitas, sulit tidur, sulit berkonsentrasi, temperamental, sulit diajak berdiskusi, dan lain-lainnya. Korban parah dari child grooming berpotensi merasakan:

  1. Kecemasan dan depresi.
  2. Gangguan makan.
  3. Stres pasca-trauma.
  4. Kesulitan mengatasi stres.
  5. Menyakiti diri sendiri.
  6. Pikiran untuk bunuh diri.
  7. Infeksi seksual menular.
  8. Masalah narkoba dan alcohol.
  9. Masalah hubungan dengan keluarga, teman, dan pasangan.
Baca juga: Sugar Craving, Mengapa Gula Begitu Adiktif?

Respon Orang Tua

Sebagai orang tua, saat mengetahui bahwa anak mengalami child grooming, maka beri respon dengan tenang dan membangun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain: mendengarkan dengan tenang apa yang anak ungkapkan, mengatakan kepada anak bahwa hal tersebut bukan kesalahan mereka, beri tahu dengan baik bahwa sebagai orang tua akan membantu menghadapi pelaki, jangan lagi patuh terhadap pelaku, melaporkan aduan anak kepada lembaga yang sesuai.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini