Bawor, Sosok Punawakawan yang Jadi Simbol Egaliter Warga Banyumas

Bawor, Sosok Punawakawan yang Jadi Simbol Egaliter Warga Banyumas
info gambar utama

Orang Banyumas terkenal dengan karakter cablaka, bicara terus terang dan apa adanya. Karena itu orang Banyumas lebih nyaman dipadankan dengan Bawor, sosok punakawan yang disebut juga cablaka.

Bawor, anak Semar tersebut terkenal mbanyol dan jenaka. Tiap kali Semar membalik badan dan mengatur barisan para punakawan, Bawor selalu menurut. Namun ketika Semar membalik badan, mengacung tangan dan memimpin perjalanan, Bawor akan berulah.

Penganut Islam Aboge dan Kejawen di Banyumas Rayakan Idulfitri Hari Ini

“Dengan mata setengah terpejam, ia melenggak-lenggok, sok-sok meniru goyang binal dengan tubuhnya yang tinggi, tetapi tambun, berjalan terlalu cepat hingga menyalip Semar, bahkan zig-zag hingga memotong langkah si Semar,” papar Mawar Kusuma dan Aryo Wisanggeni dalam Batik Egaliter Kaum Cabalaka yang dimuat Kompas.

Yusuf Gunawan, staf Universitas Jenderal Soedirman menyebut Bawor memang bersifat jenaka, suka membuat orang sukacita. Bawor juga cocok karena seperti orang Banyumas yang begitu terus terang.

“Cablaka itu, kecot (lapar) ya mangan (makan), sumuk (gerah) ya wuda (telanjang), orang Banyumas kalau bilang jelek, ya jelek, tanpa dihalus-haluskan,” paparnya.

Jati diri

Bambang Lelono, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman menjelaskan pemilihan Bawor sebagai jati diri orang banyumasan adalah jejak berjaraknya hubungan wilayah budaya banyumasan dengan kutub-kutub baru kebudayaan Jawa.

Kantong kebudayaan banyumasan memang tersembunyi di balik deretan Pegunungan Perahu di bagian utara, dengan keberadaan Gunung Slamet dan Gunung Perahu yang menjadi puncak tertingginya.

Toko Roti Tertua di Indonesia Ada di Banyumas, Inilah Toko Roti Go

“Pilihan karakter Bawor sebagai perlambang jati diri wong banyumasan adalah politik identitas wong banyumasan menghadapi dominasi budaya Mataram dan trah penerusnya, seperti Kasunanan Surakarta,” jelasnya.

Bambang menyebut orang Banyumas merasa dipandang sebelah mata oleh kaum istana. Karena itu mereka lebih memilih Bawor yang jelata daripada Werkudara yang bangsawan demi mengolok-olok kebangsawanan.

Semangat egalitarianisme

Ahmad Tohari, budayawan Banyumas menyebut tradisi cablaka merupakan kunci memahami asal usul batik banyumasan. Batik ini tersebar di Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Cilacap hingga Purwokerto.

Tohari menjelaskan orang banyumasan juga mewarisi kebudayaan kerajaan masa Jawa Kuno abad ke 8 hingga 10, dengan peradaban Hindu-Buddha yang tanpa kasta. Cablaka dan egalitarianisme menjadi napas kebudayaan Banyumas.

“Etiket batik ala istana tidak berlaku bagi batik banyumasan yang corak dekat dengan alam,” kata Tohari.

Wisata? Banyumas Aja!

Tanpa terbelenggu pakem, batik banyumasan dengan cepat mengadopsi langgam batik pesisir utara Jawa, yang muncul sejak Nyonya Von Oosterom memindahkan bengkel kerja batiknya dari Ungaran ke Banyumas sekitar tahun 1855.

“Langgam batik panastroman mengintroduksi warna merah dari pesisir utara dengan ragam merah, biru, dan hijau. Kesemuannya berpadu, dan warna tegas menjadi kekhasan batik banyumas periode berikutnya,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini