Kepergian Sang Arkeolog dalam Pusaran Mafia Jual Beli Benda Purbakala

Kepergian Sang Arkeolog dalam Pusaran Mafia Jual Beli Benda Purbakala
info gambar utama

Pada 2008 silam dunia arkeologi kehilangan salah satu putra terbaiknya bernama Lambang Babar Purnomo. Dirinya merupakan pegawai dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah atau BP3 Jateng.

Dimuat dari Kompas, jenazah Lambang Babar Purnomo saat itu ditemukan meninggal di selokan di pinggir Jalan Lingkar Utara, Pandega Padma, Sleman, Provinsi DIY, Sabtu pagi sekitar pukul 04.30 yang diduga karena kecelakaan tunggal.

Arca Dwarapala, Patung Raksasa yang Menjaga Kedaton Singosari

“Karena ditemukan di saluran air dan posisi ditimpa sepeda motor, untuk mengetahui penyebab kematiannya, keluarga dan BP3 Jateng meminta supaya dilakukan otopsi terhadap jenazah Pak Lambang,” ujar Ketua BP3 Jateng saat itu, Tri Hatmadji.

Isak tangis mewarnai proses pemberangkatan jenazah Lambang Babar Purnomo. Sekitar seribu orang mengantar kepergian almarhum menuju peristirahatan terakhir. Soal kebenaran dugaan pembunuhan hingga kini belum terbuka.

Pelacak benda purbakala

Pria kelahiran Yogyakarta 18 Agustus 1952 ini bukan hanya menangani penemuan benda purbakala, tetapi juga menyelidiki dan melaporkan kasus-kasus pencurian benda-benda cagar budaya termasuk kasus pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka Solo.

Lambang ketika itu merupakan saksi ahli pada kasus pencurian emas arca batu koleksi Museum Radya Pustaka Solo yang melibatkan tersangka mantan Kepala Museum Radya Pustaka Solo KRH Darmodipuro (Mbah Hadi), Jawardi, Suparjo, dan Heru Suryanto.

Misteri Situs Kedungboto, Batu Berundak yang Pernah Jadi Petilasan Wali Songo

Bahkan salah satu nama yang terlibat dalam kasus pencurian tersebut adalah pengusaha Hashim Djojohadikusumo. Ketika itu dirinya diduga membeli keenam arca tersebut dari Hugo Kreijger.

Lambang dari bulan November 2007 sudah bolak-balik dari Solo-Yogyakarta untuk memberikan keterangan termasuk data-data pendukung penyelidikan kasus pencurian arca batu koleksi Museum Radya Pustaka.

Hampir membongkar

Awalnya kasus ini terbuka saat staf Museum Radya Pustaka Solo mendapati fakta mengejutkan bahwa koleksi arca batu era Buddha di sana adalah palsu. Ketika itu Lambang menjadi sosok yang pertama melakukan pelacakan.

Setelah melakukan penyelidikan, 2 orang yang terlibat pencurian dan pemalsuan dinyatakan sebagai tersangka. Yakni Heru Suryanto yang merupakan kerabat keraton dengan terlibat bersama Kepala Museum Radya Pustaka Solo, Mbah Hadi.

Keduanya di penjara selama 18 bulan karena terbukti melakukan pemalsuan dan menjual arca batu. Namun tertangkapnya kedua orang itu belum menyelesaikan kasus hilang dan dipalsukannya koleksi museum.

us Tetegewo, Peninggalan Megalitikum Nias yang Telah Berusia Ribuan Tahun

Pasanya Heru menyatakan saat hendak mencuri beberapa koleksi, dia pun sadar bahwa sebelumnya sudah ada yang memalsukan arca-arca di sana. Hal ini memperjelas adanya mafia dan pencurian besar-besaran pada kasus ini.

Lambang juga berhasil menemukan kasus yang lebih besar dan menggemparkan lagi, yakni hilangnya 52 arca perunggu dengan total kerugian 1 triliun. Bila kasus ini berhasil terbongkar, maka mafia besar jual beli benda prasejarah akan terbongkar.

Sayangnya ketika Lambang akan memberikan kesaksian pada kasus ini. Dirinya ditemukan meninggal karena dugaan kecelakaan. Walau keluarga tidak percaya, polisi pun belum menemukan titik terang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini