Muhammad Al Fatih, Cermin Ideal Mengoptimalkan Masa Muda

Muhammad Al Fatih, Cermin Ideal Mengoptimalkan Masa Muda
info gambar utama

Bung Karno pernah beretorika,

“Berikan aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku satu pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.”

Pemuda adalah masa pijakan inovasi dan pengembangan diri yang dikonstruksi dengan kreativitas dan kerja keras. Pemuda adalah musim untuk produktivitas tanpa batas, mengelilingi kesempatan baik untuk mengoptimalkan pencapaian peradaban. Berbicara gestitnya pemuda, maka kalimat pembuka dari Bung Karno di atas menjadi lecutan semangat membara.

Pemuda itu aktif dan berorientasi sublim (agung). Berkaca dari Sumpah Pemuda yang dipelopori oleh kaum muda untuk menyatukan keragaman Indonesia untuk melawan penjajah dan memangkas gerakan yang bersifat kedaerahan. Bercermin dari golongan muda yang berbinar matanya melihat kesempatan vaccum of power pendudukan Jepang pasca dibom Amerika di Nagasaki dan Hisroshima. Golongan Muda menculik Soekarno-Hatta untuk segera memproklamirkan merdeka tanpa campur tangan penjajah.

Lantas siapa itu pemuda? Indonesia mengatur dalam UU Nomor 40 tahun 2009, yaitu mereka baik laki-laki maupun perepmuan dengan rentang usia 16 hingga 30 tahun. Katadata, melaporkan bahwa hasil penelitian per tahun 2022, jumah pemuda di Indonesia berkisar di seperempat populasi Indonesia. Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk Indonesia di 2022 terhitung 275,77 juta, maka seperempat dari angka tersebut adalah sekitar 68,94 juta pemuda di Indonesia. Kapasitas laten untuk membangun dan mengembangkan Indonesia menjadi peradaban yang madani dan maju.

Baca juga: Cerita Gudang VOC Berumur Ratusan Tahun yang Kini Terbengkalai

Tapi fakta menyatakan bahwa Indonesia masih rumit masalah. Indikasi ini dapat diperbaiki dari kualitas pemudanya. Menghidupkan pemuda yang aktif dalam pembangungan; gemar belajar, berinovasi, memiliki karakter toleransi, manajemen waktu dengan baik, dan banyak gebrakan lain. Intinya adalah tidak terbelenggu dengan hedonisme dan bersembunyi dibalik “self appreciate dan affection exaggerated”.

Bila memiliki mimpi namun aktivitas masih disibukkan dengan lemas membandingkan diri akibat terlalu lama berselancar di media maya, mari kita dobrak semangat hingga berapi-api melalui kisah Muhammad Al Fatih. Muhammad Al Fatih adalah pemuda dari negeri indah yang berada di antara Asia dan Eropa, Turki. Namanya tersohor sebab kepiawaiannya mengoptimalkan masa muda dengan prestasi gemilang, penaklukan Kontantinopel. Kakek buyut meniti hingga last touch Muhammad Al Fatih berhasil menggapai dengan strategi necis khas pemuda. Berikut kisahnya.

Namanya Sultan Muhammad II, terkenal dengan Muhammad Al Fatih, merupakan pemimpin Daulah Utsmaniyah berkisar selama 30 tahun. Berdasarkan informasi dari Al Fatih Makasar, Muhammad Al Fatih memegang tampuk amanah sebagai pemimpin muali usia 11 tahun yaitu menjadi gubernur Amasya. Satu tahun kemudian yaitu di usia 12 tahun, Muhammad Al Fatih diangkat menjadi Sultan Turki Ottoman.

Perjuangan Muhammad Al Fatih Dimulai dari Usia Dini

Mengutip dari buku Muhammad Al Fatih karya Dr Ali Muhammad Ash Shalabi, Sultan Murad II begitu fokus terhadap intelektual dan religiusitas putranya. Muhammad Al Fatih dikirim untuk mendapat didikan tegas dari ulama bernama Syekh Al Kurani dan Syekh Aq Syamsudin.

Baca juga: Nagari 1000 Menhir, Jelajah Kampung Leluhur Masyarakat Minangkabau

Alih-alih bermain, Al Fatih kecil menghabiskan waktu dengan ilmu dan menghafal Qur’an. Al Fatih sudah menyaksikan perjuangan ayah dan leluhurnya dalam mencapai visi penaklukan Konstantinopel. Semangatnya membuncah tatkala ia berhasil terdidik menjadi pribadi yang takwa dan menjaga diri, mencintai ilmu dan ulama, hingga kedekatannya dengan Qur’an. Semangatnya senantiasa ternutrisi dengan hadits Rasulullah,

“Sungguh, Kota Konstantinopel akan ditaklukan, dan sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya”. (H.R. Ahmad)

Fokus Perbaikan

Al Fatih berhasil menaklukan Konstantinopel sekitar usia 21 tahun. Maknanya, di usia sebelum itu ia telah merenovasi dan mempersiapkan strategi kuat. Pertama, Muhammad Al Fatih melakukan pernaikan internal meliputi gencar meningkatkan pengetahuan (ia sangat tertarik pada sejarah dan bahasa), manajemen administrasi negara, mencopot pejabat yang corrupt, hingga fokus konstruksi kemiliteran. Selanjutnya, fokus pandang diarahkan ke penaklukan Konstantinopel. Kawan silakan baca alasan penaklukan Konstantinopel supaya tidak salah paham, ya.

Persiapan Penaklukan

Keberhasilan tidaklah instan, Muhammad Al Fatih gencar menyusun strategi dengan baik dan benar. Berikut rangkumannya:

1. Menyipakan Pemuda

Pasukan terdiri dari pemuda yang tidak kaleng-kaleng dan mudah mengeluh. Tim ini berisikan pemuda yang terpelajar dan menolak alfa solat malam. Otaknya brilian dan semangatnya menghujam. Pasukan Yanissares, infanteri elit dari Turki Utsmani.

2. Membangun Benteng Rumeli Hishar

Benteng Foto: Pixabay/ Cevenstar
info gambar

Kecerdasan Muhammad Al Fatih terlihat di sini, ia paham bahwa posisi ini strategis bagi logistic Konstantinopel. Dengan demikian, dibangunlah Rumeli Hishar di Selat Bhosporus yang menjulang 82 meter yang diisi meriam Utsmani untuk menghalau kapal mencapai Konstantinopel.

3. Memperkuat Senjata

Muhammad Al Fatih langsung mengundang pakar konstruksi dan pembuatan meriam, ia berasal dari Hongaria dan bernama Orban.

4. Fokus Menghimpun Kekuatan Angkatan Laut

Konstantinopel adalah wilayah maritime, penting untuk memperkuat sisi milite sebagai upaya pengepungan.

5. Diplomatik

Di awal dijelaskan bahwa Muhammad Al Fatih menyenangi kajian sejarah dan bahasa, ia melakukan negosiasi perjanjian dengan negara tetangga untuk tidak ikut campur dalam usaha penaklukan. Yaitu kepada Pemerintahan Galata dan Kerajaan Majd dan Venesia.

Kisah Epik Penyerangan

Muhammad Al Fatih lihai dalam memahami peta lokasi strategis penyerangan. Konstantinopel merupakan kota dengan pertahanan sangat kuat, dikelilingi Sleat Bhosporus, Laut Marmara, dan Tanduk Emas dengan benteng rantai yang sangat besar dengan kemampuan menghalau kapal besar.

Belum lagi pertahanan temboknya yang berlapis lengkap dengan tentara penjaga. Tidak hentinya Muhammad Al Fatih menutrisi semangat pasukannya dengan ayat Al Qur’an, hadits rasulullah, dan janji kemenangan.

Baca juga: Sejarah Sekolah Kedinasan STMKG, Dulunya di Kampus ITB

1. Memindahkan Kapal dengan Jalur Darat

Kapal Foto: Pixabay/ ArtTower
info gambar

Sebab kuatnya pertahanan lawan dan medan, Al Fatih memiliki ide untuk mengangkut kapal via jalur darat. Kapal-kapal Turki Utsmani diangkut dari pangkalan Besiktas menuju Tanduk emas dengan medan berliku perbukitan tinggi dengan jarak sekitar 3 mil. Cerdas, untuk mempermudah, didatangkan papan kayu yang dilapisi minyak untuk memudahkan pemindahan kapal. Esoknya, pasukan Konstantinopel kaget dengan takbir pasukan yang sampai di Tanduk Emas.

2. Membangun Terowongan

Terowongan Foto: Pixabay/ 132369
info gambar

Muhammad Al Fatih menginisiasi seni perang berupa membuat terowongan untuk melewati kuatnya benteng dan menara Konstantinopel.

3. Pembangunan Menara

Pertempuran semakin hebat, pasukan Turi Utsmani dengan takbirnya semakin mendekat. Meriam tak hentinya mendobrak benteng pertahanan Konstantinopel. Inisiasi pembuatan menara pun dibuat untuk memperkuat penyerangan. Menara menjulan dengan tiga tingkat berlapiskan kulit yang basah dengan air untuk menahan api.

“Pada pagi hari ini, kalian telah menjadi penakluk –penakluk Kota Konstantinopel yang telah diberitakan oleh Rasulullah”, ungkap selamat Muhammad Al Fatih kepada pasukannya.

Hingga tepat pada 29 Mei 1453 Sultan Muhammad Al Fatih dan pasukan berhasil memasuki gerbang kemenangan. Bangun pemuda! Mari optimalkan masa muda untuk berkarya semaksimal mungkin.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini