Pasar Comboran Malang, Tempat Asik Berburu Barang Antik dari Zaman Kolonial

Pasar Comboran Malang, Tempat Asik Berburu Barang Antik dari Zaman Kolonial
info gambar utama

Pasar Comboran di Kota Malang merupakan tempat favorit bagi yang ingin mencari barang bekas atau barang antik dengan harga miring. Lokasi Pasar Comboran cukup luas yang memungkinkan menampung banyak penjual dengan ragam barang dagang.

Pasar Comboran ini membentang dari Jalan Prof. M. Yamin, Jalan Halmahera, Jalan Sartono SH hingga Jalan Irian Jaya. Di setiap jalan tersebut terdapat penjual yang mendagangkan berbagai barang-barang bekas berbeda.

Cabai Meroket, Harga Pangan Serentak Naik di Akhir Minggu ke-3 Februari 2023

Dimuat dari Times Indonesia, bagi para konsumen satu hal yang menarik perhatian di Pasar Comboran adalah para pedagang barang-barang antik di Jalan Irian Jaya. Totok Nyarianto, pedagang barang antik mengatakan barang yang ditawarkan dari pengrajin di Mojokerto.

“Kebanyakan yang saya jual di sini merupakan barang hasil pengrajin dari Trowulan, Mojokerto dan beberapa barang saya yang lama dahulu,” kata Totok.

Sejak era kolonial

Pasar Comboran sudah ada sejak era kolonial Belanda, tepatnya pada tahun 1900 an silam. Awalnya pasar ini ternyata tak didesain sebagai pasar loak. Hal ini karena kawasan Comboran merupakan tempat perlintasan kereta api.

“Comboran itu memang dari awal bukan di desain sebagai pasar. Jadi kita harus ingat bahwa dahulu Malang punya moda transportasi yang namanya trem. Itu kereta penumpang jarak pendek yang sekarang nyebutnya komuter,” kata Agung Buana, Pengamat Sejarah dan Budaya Kota Malang yang dimuat tugumalang.

Pasar Pundensari, Sajikan Kuliner Jadul dengan Iringan Tembang Jawa

Karena stasiun ini membuat kawasan Comboran menjadi lokasi strategis bagi dokar kala itu. Berkembangnya waktu, puluhan bahkan ratusan dokar biasa ngetem di kawasan itu untuk menanti penumpang atau beristirahat.

“Nah orang Jawa kalau ngasih minum kuda itu namanya nyombor. Jadi ketika dokar dokar itu berkumpul, kemudian kuda diberi makan dan minum itu istilahnya nyombor maka orang di sana nyebutnya nyomboran. Lama lama jadi comboran hingga saat ini,” bebernya.

Para pedagang berdatangan

Seiring berjalannya waktu, para penumpang trem kemudian membawa dagangan hasil pertanian mereka. Mereka lantas melakukan jual beli di stasiun itu sambil menanti datangnya kereta.

Setelah hadirnya Jepang, banyak orang Belanda yang tertangkap dan ditahan. Sehingga banyak warga pribumi yang bekerja sebagai pembantu mendapatkan peninggalan berupa pakaian, hingga perabotan rumah tangga.

“Tapi ingat ketika Jepang masuk tahun 1942, pakaian itu sulit dan langka. Akhirnya pakaian pakaian dari Belanda ini dijual belikan di daerah Comboran. Mangkannya ada pasar pakaian bekas, itu bekasnya orang Belanda dari 1942-1945 an,” jelasnya.

Kisah Pasar Gembrong, Surga Mainan Anak yang Dilahap Si Jago Merah

Sekitar tahun 1980 an, Pasar Comboran kemudian mulai terkenal sebagai pusat pasar barang antik terbesar di Jawa Timur. Bahkan pemburu barang antik dari Surabaya, Semarang, Solo hingga Yogyakarta kerap kali datang ke Pasar Comboran.

“Jadi orang Belanda, Semarang, Solo hingga Jogja bilang kalau mau cari barang antik pasti ke Comboran, sampai sekarang. Tapi sekarang yang jual barang antik sudah jarang yang jual lagi di Comboran tapi di rumah ada di gang gang sekitar situ,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini