Eksplorasi Rute Kekuasaan: Jejak Maritim Kolonial Eropa (1700-1850)

Eksplorasi Rute Kekuasaan: Jejak Maritim Kolonial Eropa (1700-1850)
info gambar utama

Dua abad yang lalu, lautan menjadi panggung bagi banyak ribuan kapal dari negara-negara besar di dunia dengan penumpang dan muatan berharga. Negara seperti Inggris, Perancis, Spanyol, dan Belanda mendominasi alur pelayaran lautan di masa kolonial, abad ke 18 dan 19. Para pedagang dan penjelajah ini mengarungi lautan, berpindah dari satu daratan ke daratan lainnya. Luasnya Samudera Atlantik, Pasifik, dan Hindia menjadi saksi tak hidup alur pelayaran mereka.

Navigasi yang dikenal pada masa itu hanyalah buku catatan terperinci untuk memahami lautan, memahami pergantian cuaca, mengikuti arah angin dan ombak. Perjalanan lautan begitu sangat berbeda dengan yang kita kenal saat ini.

Namun baru-baru ini, buku catatan tersebut telah didokumentasikan ulang oleh Universitas Madrid dengan didanai oleh PBB untuk mengubah catatan tersebut menjadi data digital yang lebih mudah diakses.

Dalam catatan ini, belanda memiliki catatan harian yang paling banyak dibandingkan negara lainnya. Meski begitu, ini tidak menjamin bahwa Belanda memiliki wilayah kolonial paling luas. Para peneliti menjelaskan bahwa masih banyak buku catatan negara-negara ini yang tidak dapat digitalkan, bahkan ribuan hilang. Akan tetapi, setidaknya catatan ini mampu memberikan gambaran terkait rute pelayaran negara-negara besar Eropa.

Inggris

Negara ini memanfaatkan banyaknya pelabuhan di Eropa untuk mempermudah hubungannya dengan negara lain, seperti AS< Kanada, dan India (yang saat itu belum merdeka). Peta pelayaran yang paling terkenal dari negara ini adalah rute perdagangan segitiga. Jalur ini digunakan untuk mengangkut budak dari wilayah Afrika ke AS. Selain itu, rute ini juga digunakan untuk mengirimkan barang-barang dari dan ke negara lainnya, seperti kapas, gula, dan tembakau dikirim dari Eropa ke AS. Kemudian ada senjata tekstil, dan anggur yang dikirim dari Eropa ke negara-negara koloni Inggris.

Spanyol

Spanyol menjadi negara yang paling banyak terlihat di rute sekitar Amerika Selatan. Rute pelayaran Spanyol ini juga ada beberapa yang menjadi penghubungan antara koloni spanyol di wilayah Pasifik. Spanyol juga menjadi negara pemasok bahan mentah, seperti emas, perak, tembakau, dan kapas.

Prancis

Catatan yang dimiliki oleh maritim Perancis adalah yang paling sedikit dibandingkan negara lainnya. Salah satu catatan yang dimiliki Perancis dan kemudian digitalkan adalah rute pelayaran Samudra Atlantik menuju Karibia dan Kanada. Rute ini menjadi rute yang paling digunakan sebagai jalur perjalanan dan perdagangan. Rute pelayaran ini seringkali digunakan untuk mengangkut bahan mentah dan rempah-rempah. Perancis juga terkenal memiliki banyak koloni, diantaranya tersebar di Samudra Hindia, Karibia, dan Afrika Barat. Bahkan, Pada akhir abad ke-18, koloni Prancis di Saint-Domingue, yang sekarang dikenal sebagai Haiti, menjadi salah satu koloni yang paling kaya di dunia.

Belanda

Seperti yang telah disebutkan, Belanda menjadi negara dengan catatan yang paling detail dan paling menjelaskan bahwa negara ini memiliki jangkauan yang paling luas dibanding negara lainnya. Rute yang dimiliki oleh Inggris ini mencakup wilayah Hindia Belanda (Saat ini Indonesia), Cape Colony (saat ini Afrika Selatan), dan juga Guiana yang berada di Amerika Selatan.

Disisi lain, ada temuan menarik dari rute yang dimiliki oleh Belanda ini. Peneliti dari Universitas Leiden menyebut rute kerajaan ini sebagai “rantai mutiara”. Hal ini dikarenakan pusat pelayaran yang dimiliki oleh kerajaan ini terbentang di sepanjang pantai benua dan menggambarkan bahwa kerajaan ini memiliki fokusan dalam upaya untuk mendominasi dunia kemaritiman. Salah satunya tercermin dari Perusahaan Dagang kerajaan ini yang berada di Hindia Timur Belanda telah menjadi kekuatan perdagangan dunia di masa itu.

Sumber: visualcapitalist.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini