Peso Filipina: Mata Uang yang Tangguh di Tengah Pemangkasan Suku Bunga Asia Tenggara

Peso Filipina: Mata Uang yang Tangguh di Tengah Pemangkasan Suku Bunga Asia Tenggara
info gambar utama

Para pedagang valuta asing tengah mengubah strategi mereka untuk mengantisipasi penurunan suku bunga, dan dalam situasi ini, peso Filipina tampaknya menjadi pilihan yang menarik. Dalam sejarahnya, peso adalah mata uang yang paling sedikit terdampak oleh pelonggaran moneter di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Dikutip dari Bloomberg, peso cenderung tidak mengalami pelemahan yang signifikan atau bahkan justru menguat saat suku bunga longgar. Data sejak tahun 2007 menunjukkan bahwa peso Filipina memiliki korelasi bulanan yang lemah sebesar minus 0,3 terhadap suku bunga kebijakan Filipina. Sementara itu, mata uang-mata uang seperti ringgit, baht, dan rupiah cenderung melemah terhadap dolar AS ketika suku bunga domestik dipangkas.

Keuntungan peso Filipina tidak berhenti di situ. Penguatan mata uang ini didukung oleh suku bunga yang tinggi di kawasan tersebut, dengan bank sentral Filipina menerapkan kebijakan yang agresif untuk mengendalikan inflasi. Hal ini menjadikan Filipina memiliki keunggulan dalam menghadapi suku bunga Federal Reserve AS. Selain itu, aliran pengiriman uang konstan dari warga Filipina yang bekerja di luar negeri juga menjadi faktor positif, karena pendapatan asing tersebut dikonversi ke dalam peso Filipina.

Survei Bloomberg terhadap para analis memperkirakan bahwa peso Filipina akan terus menguat dalam jangka waktu yang akan datang, dengan nilai tukar yang diperkirakan mencapai 54 per dolar AS pada kuartal keempat dan 52,9 pada tahun depan.

Pentingnya menjaga stabilitas nilai tukar peso menjadi prioritas utama pemerintah Filipina dalam menekan inflasi. Oleh karena itu, bank sentral diperkirakan tidak akan memangkas suku bunga sebelum bank sentral negara-negara tetangga. Kepercayaan ini didasarkan pada fakta bahwa peso Filipina memiliki kepemilikan asing yang lebih rendah pada obligasi mata uang lokal dibandingkan dengan negara-negara sekitarnya.

Selain itu, Filipina juga memperoleh keuntungan dari uang yang dikirim pulang oleh warga Filipina yang bekerja di luar negeri. Hal ini menjadi tren yang tidak begitu tampak di negara-negara tetangga. Dalam laporan Bank Dunia, pengiriman uang sebesar $33 miliar pada tahun 2022 menyumbang sekitar 8% dari produk domestik bruto Filipina, yang merupakan angka tertinggi di antara negara-negara besar Asia.

Dengan stabilitas nilai tukar yang kuat, kebijakan moneter yang ketat, dan dukungan aliran pengiriman uang, peso Filipina menjadi mata uang yang menarik dan kokoh di tengah gejolak pelonggaran suku bunga.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini