Alfred Emile Rambaldo merupakan orang keturunan Belanda pertama yang berhasil menerbangkan wahana lighter than air di Hindia Belanda. Hal ini dilakukannya pada 26 Februari 1910 di mana dirinya terbang menggunakan balon udara panas di Batavia.
Pria kelahiran Rembang, Pasuruan ini merupakan putra seorang residen di Rembang. Ketika berusia 4 tahun, Rambaldo pindah ke Belanda bersama orang tuanya dan menetap di Negeri Kincir Angin hingga lulus sekolah.
Warisan Pengetahuan B.J. Habibie Selain Pesawat Terbang
Pada tanggal 21 September 1901, Rambaldo menjadi taruna kelas I dan kembali ke Hindia Belanda. Pada tahun 1903, dia dipromosikan menjadi luitenant-ter-zee kelas II dan pada tahun 1905 kembali lagi ke Belanda.
Ketertarikan Rambaldo kepada dunia penerbangan terjadi setelah membaca 4 artikel yang membahas pentingnya pesawat dan balon udara bagi tentara dan angkatan laut. Ketika itu Wright Bersaudara bisa menerbangkan Flayer untuk pertama kali.
Dari sana, Rambaldo mulai menghadiri kongres Commission permanente internationale aeronautique di Brussel, Belgia. Dirinya bertemu dengan banyak orang dan pengetahuan soal dunia penerbangan semakin bertambah.
Menerbangkan balon udara
Sebelum Rambaldo, penerbangan balon udara sebenarnya pernah dilakukan pada tahun 1890 di Batavia dan Aceh oleh KNIL. Tetapi balon ini berbeda dengan milik Rambaldo karena merupakan balon hidrogen yang diikat ke tanah.
Karena itulah Rambaldo yang ingin mencatatkan sejarah membentuk sebuah klub balon udara panas di Hindia Belanda, yakni Nederlandsch Indische Vereeniging voor Luchtvaart yang beranggotakan 600 orang pada 1909.
Mengenal Sepak Terjang 5 Maskapai Terbaik Indonesia, dan Beragam Jenis Layanannya
Di Hindia Belanda, dirinya melakukan penelitian mengenai lapisan udara di ketinggian. Dia juga melakukan penelitian tersebut dalam perjalanan berikutnya. Saat bekerja di Batavia, dia juga melakukan penelitian lapisan udara.
Pada tanggal 26 Februari 1901, bersama-sama dengan tokoh-tokoh lainnya, dia merancang kendaraan balon pertama di Hindia Belanda. Dia lalu menaiki balon tersebut di Surabaya dan menyaksikan dari atas lain suasana kota Pahlawan.
Meninggal karena jatuh
Pada bulan Juli 1911, Rambaldo harus kembali ke Belanda. Tetapi dirinya tidak mendapat tempat dan harus menunggu sebulan kemudian. Karena bosan, dirinya mencoba kembali menerbangkan balon udara.
Tetapi di saat terbang dari Surabaya ke Semarang, balon terbangnya diombang-ambingkan oleh angin. Sementara itu balon udaranya juga peka terhadap temperatur cuaca apalagi saat itu kondisi cukup dingin.
Terbaru! Selain R80, Inilah Pesawat Terbang Kebanggaan Indonesia
Benar saja, balon udara turun tiba-tiba dan terseok di pucuk pepohonan hutan jati di daerah Blora. Sementara itu Rambaldo bernasib naas karena terpental keluar dari balon. Besoknya dilakukan pencarian dan Rambaldo ditemukan tewas.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News