Kisah Cinta Chairil Anwar dan Dua Sajaknya kepada Seorang Tunangan Dokter

Kisah Cinta Chairil Anwar dan Dua Sajaknya kepada Seorang Tunangan Dokter
info gambar utama

Chairil Anwar menuliskan gelora asmara kepada para para perempuan dalam banyak sajak. Chairil menuliskan dengan semangat walau terasa pedih. Memang semua cinta yang diupayakan oleh Sang Binatang Jalang terampas darinya.

Sri Ajati adalah salah satu perempuan yang mendapatkan persembahan petikan sajak dari seorang Chairil Anwar. Sajak kepada Sri Ajati ini ditulis oleh Chairil Anwar pada 1946 dengan judul Senja di Pelabuhan Kecil.

Ini kali tak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali

Sosok Perempuan di Balik Tinta Syair sang Pujangga Chairil Anwar

Bagi Hans Bague Jassin, Chairil menulis sajak tersebut sebagai suatu kerawanan hati, kesedihan mendalam yang tak pernah terucapkan. Pasalnya hingga akhir, Chairil Anwar tak mengungkapkan rasa cintanya.

“Memang Chairil tak pernah bilang cinta kepada saya,” kata Sri kepada Alwi Shihab yang dimuat Tempo.

Jassin menyebut Chairil tahu bahwa Sri ketika itu sudah memiliki tunangan seorang calon dokter, Soeparsono. Setelah menikah, keduanya pindah ke Serang, lalu ke Magelang. Pasangan ini dikaruni empat anak.

Gadis penuh daya pikat

Jasin menulis sosok Sri sebagai wanita dengan tubuh tinggi semampai, kulitnya hitam manis, rambutnya berombak, kerling matanya, sejuk dan tajam. Sri merupakan gadis yang penuh daya pikat.

“Kiranya tak ada pemuda yang tak jatuh hati padanya,” tulis Jassin.

Sri pertama kali bertemu dengan Chairil pada 1942, perempuan kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 19 Desember 1919 ini tadinya sedang mengambil kuliah jurusan filologi di Faculteit der Oosterse Letteren en Wijbergeerte (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI).

Pesona Chairil Anwar, Si Binatang Jalang yang Ingin Abadi hingga 1.000 Tahun

Ketika Jepang masuk ke Indonesia, semua sekolah ditutup dan Sri terpaksa menganggur. Dirinya kemudian bekerja di Hoso Kyoku, radio Jepang cikal bakal Radio Republik Indonesia (RRI). Dari sinilah dirinya bertemu dengan Chairil.

“Saya tahu dari Chairil membuat sajak untuk saya dari Mimiek, putri angkat Sutan Sjahrir,” ujar Alwi.

Dua sajak cinta

Pada wawancaranya dengan Alwi, Sri menolak disebut masa mudanya berwajah jelita hingga menyebabkan penyair bermata merah karena kurang tidur itu jatuh cinta kepadanya. Dia juga kerap menghindar saat ditanya perihal Chairil.

“Beliau mungkin menjaga sikap dengan tak mengumbar cerita panjang tentang penyair yang pernah membuatkannya dua sajak itu,” tuturnya.

Intip Suara Sastra dari Kampung Halaman Melalui Komunitas Kidung Pena

Chairil memang membuat dua sajak cinta untuk Sri, selain menggubah Senja di Pelabuhan Kecil. Dirinya juga membuat sajak berjudul Hampa untuk Sri pada 1943. Menurut Hasan Aspahani, penyair sekaligus wartawan Batam Pos, sajak itu sangat melankolis.

“Penyairnya berhasil memasukan suasana surealistik, tampaknya memang tak mudah bagi Chairil menganggap Sri sebagai perempuan yang biasa saja,” ucapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini