Dalam berkomunikasi sehari-hari, Kawan pasti pernah menggunakan sebuah kalimat yang sering diucapkan namun tidak mengetahui makna sesungguhnya baik diri sendiri maupun dengan orang lain yang menjadi lawan bicaranya. Kalimat sendiri jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna kesatuan ujar atau perkataan yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tulisan.
kalimat tersebut sering digunakan kita untuk berkomunikasi, untuk memberikan pesan, maupun untuk menyiratkan sesuatu dalam bahasa Indonesia. Tak hanya dalam bahasa Indonesia saja, dalam bahasa daerah pun memiliki arti untuk kalimatnya tersendiri. Di bahasa Jawa sendiri, kalimat disebut dengan Ukara.
Ukara adalah bentuk sastra lisan dalam bahasa Jawa yang sudah ada sejak zaman dahulu kala. Ukara memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa dan sering digunakan untuk menyampaikan pesan moral atau nasihat kepada seseorang.
Pengertian Ukara
Ukara adalah istilah dalam bahasa Jawa untuk kalimat yang memiliki makna yaitu perkataan yang diucapkan atau ditulis. Ukara memiliki Pramasastra Jawa yaitu aturan untuk struktur pada sebuah ungkapan dalam bahasa Jawa. Pengertian ukara sendiri memiliki pengertian yang sama dengan kalimat pada bahasa Indonesia saja.
Pramasastra Jawa tidak hanya Ukara, tetapi juga ada Tembung (kata), Aksara (huruf), Wanda (suku kata) yang saling melengkapi satu sama lain.
Jenis-Jenis Ukara dalam bahasa Jawa
Sama seperti kalimat dalam bahasa Indonesia, Ukara dalam bahasa Jawa juga memiliki beberapa jenis-jenis, yaitu:
1. Ukara tanduk (kalimat aktif)
- Contoh: Bapak tindak kantor.
- Maksud kalimat dalam bahasa Indonesia adalah "Bapak berangkat ke kantor."
Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, ukara tanduk adalah kalimat aktif. Kalimat dengan subjek yang aktif melakukan aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan. pada ukara tanduk biasanya memiliki ciri subjek sebagai pelaku dan predikat yang menggunakan kata berawalan me- atau ber-.
2. Ukara tanggap (kalimat pasif)
- Contoh: Sepédhané dicèt abang.
- Maksud kalimat dalam bahasa Indonesia adalah "Sepedanya dicat merah."
Sama seperti di bahasa Indonesia, dalam bahasa Jawa pun memiliki kalimat aktif dan kalimat pasif. Untuk kalimat pasif dalam bahasa Jawa disebut ukara tanggap. Pada kalimat pasif, subjeknya terdapat setelah predikat serta predikatnya terdapat impuhan di-, ter-, atau ter- kan.
3. Ukara pakon (kalimat perintah)
- Contoh: Jupukna sepédhaku ing omahé paklik!.
- Maksud kalimat dalam bahasa Indonesia adalah "Ambilkan sepedaku di rumah paman!".
Ukara pakon adalah kalimat perintah yang ditujukan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kita kehendaki. Kalimat perintah biasanya memiliki ciri menggunakan tanda seru pada akhir kalimat pada sebuah tulisan. Sedangkan jika dilakukan secara lisan dapat diketahui dari intonasi bicara seseorang yang naik di awal lalu rendah di akhir kata.
4. Ukara panjaluk (kalimat permohonan)
- Contoh: Tulung njupukna buku kuwi.
- Maksud kalimat dalam bahasa Indonesia adalah "Tolong ambilkan buku itu".
Ukara panjaluk adalah sebuah kalimat untuk memohon yang diperhalus atau biasa disebut dengan kalimat permohonan. Ukara panjaluk ini jika ditulis hampir memiliki kesamaan dengan ukara pakon, hanya saja tidak terdapat tanda seru di akhir kalimatnya.
5. Ukara pitakon (Kalimat tanya)
- Contoh: Bapakmu wes mangkat kerjo?
- Maksud kalimat dalam bahasa Indonesia adalah "Bapakmu sudah berangkat kerja?"
Ukara pitakon atau kalimat tanya adalah sebuah kalimat yang memiliki makna sebuah pertanyaan dari seseorang untuk memperoleh sebuah jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan. Ukara pitakon memiliki ciri yang jika diucapkan secara lisan dengan intonasi naik dan menggunakan tanda tanya.
6. Ukara Lamba (kalimat tunggal)
- Contoh: Ibu kerjo ing sekolah
- Maksud kalimat dalam bahasa Indonesia adalah "Ibu kerja di sekolah".
Ukara lamba atau kalimat tunggal. Ukara lamba adalah sebuah kalimat yang hanya memiliki satu gagasan atau sebuah ide di dalamnya. Ukara lamba memiliki struktur satu jejer (subjek) dan wasesa (predikat) saja. Pada ukara lamba juga tak jarang terdapat lesan (objek) atau katrangan (keterangan).
7. Ukara Camboran (kalimat majemuk)
- Contoh: aku lan adekku seneng nonton balbalan.
- Maksud kalimat dalam bahasa Indonesia adalah "Aku dan adikku suka menonton sepakbola".
Berbeda dengan ukara lamba, ukara camboran adalah kalimat majemuk yang tersusun lebih dari satu gagasan di dalamnya. Artinya, ukara camboran merupakan dua atau lebih ukara lamba yang digabungkan dengan konjungsi seperti lan (dan), utawa (atau), naging (tetapi), senajan (meskipun), dene (sedangkan), sawise (setelah), banjur (kemudian) serta konjungsi lainnya.
Struktur Ukara (kalimat)
Jika dalam bahasa Indonesia sebuah kalimat memiliki sebuah struktur yang terdiri dari subjek, predikat, objek. Di dalam bahasa Jawa pun ukara memiliki struktur yaitu Jejer (subjek), Wasésa (predikat), Lésan (objek), Geganep (pelengkap).
Struktur ukara yang ada dalam bahasa Jawa sama seperti struktur kalimat di bahasa Indonesia. Jejer yang memiliki peran sama dengan subjek di bahasa Indonesia dan tidak berbeda seperti struktur yang ada pada bahasa Inggris yang dibolak-balik.
- Contoh ukaranya: aku mangan bakso sesok.
- Aku = Jejer
- Mangan = Wasesa
- Bakso = Lesan
- Sesok = Geganep
- Yang artinya adalah aku makan bakso besok.
Untuk struktur ukara ini biasanya terdiri dari jejer, wasesa, dan lesan. Sedangkan untuk geganep menjadi pelengkap atau keterangan tambahan waktu maupun tempat. Tidak terlalu banyak perbedaan dengan struktur kalimat di bahasa Indonesia yang dikenal dengan SPOK.
Ciri-Ciri Ukara
Ukara memiliki ciri yang serupa dengan kalimat pada bahasa Indonesia, yaitu:
1. Diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru.
2. Pada kalimat aktif memiliki minimal jejer dan wasesa.
3. Terdapat anggapan yang lengkap.
4. Adanya satuan makna, ide terhadap sebuah pesan yang jelas.
5. Dapat diucapkan maupun ditulis.
Keunikan Ukara dalam bahasa Jawa
Ada hal yang membuat bahasa Jawa itu unik baik dalam pengucapan maupun penulisan dari aksara hingga menjadi sebuah ukara seperti bahasa Jawa yang memiliki sebuah sistem penulisan yang berbeda dengan alfabet lain serta dapat memengaruhi cara membacanya jika menjadi sebuah ukara.
Selain itu, dalam bahasa Jawa memiliki sistem klasifikasi kata yang berbeda dari bahasa Indonesia seperti kata benda menjadi tiga kategori yaitu benda hidup, benda mati, dan benda abstrak.
Mengetahui ukara berarti dapat menyampaikan pesan dan informasi, mengespresikan dan menanyakan sesuatu dengan tepat untuk mengurangi tidak sampainya pesan maupun kesalahpahaman yang mungkin saja terjadi sehingga dapat menimbulkan pertikaian antar individu maupun kelompok.
Nah, mempelajari ukara juga tidak sulit. Kawan hanya perlu sering berinteraksi dengan mereka yang menggunakan bahasa Jawa dan terus mempelajarinya hingga mengerti kapan menggunakan ukara dalam pergaulan!
Dengan mengerti kalimat dalam bahasa Jawa, Kawan juga dapat saling memahami satu sama lain dan menambah perbendaharaan penguasaan bahasa daerah yang ada.
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Tata_bahasa_Jawa#Tembung,_wanda,_aksara,_ukara
https://www.idntimes.com/life/education/yuli-p/jenis-kalimat-bahasa-jawa-c1c2?page=all
https://adjar.grid.id/read/543312595/ukara-sananta-dan-ukara-sambawa-pengertian-dan-contoh-contohnya?page=all
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tata_bahasa_Jawa
https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Kalimat_Tanya
https://adjar.grid.id/read/543293218/ukara-lamba-dan-ukara-camboran-pengertian-dan-contoh-contohnya?page=all
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News