Jagat kuliner Indonesia tentu tidak asing dengan ikan pindang. Produk olahan ikan satu ini biasa dikonsumsi masyarakat sebagai menu sehari-hari.
Pada dasarnya, ikan pindang adalah ikan yang diolah dengan cara direbus dan digarami. Akan tetapi, perebusan dalam pembuatan ikan pindang tidak sama dengan proses perebusan biasa. Muhammad Saidi dalam Model Pemberdayaan Ekonomi Nelayan: Studi Sistem Bagi Hasil Perikanan menjelaskan jika ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, berikut di antaranya:
- Ikan harus segar, tidak lembek karena terlalu lama tidak diolah
- Dicuci dengan air dan peralatan yang bersih agar bebas dari kuman dan kotoran
- Ikan berukuran hampir sama satu sama lain, tepatnya ukuran sedang
- Api harus diatur agar panasnya merata
- Perebusannya dilakukan agak lama agar ikan matang merata
Tentu saja, ikan yang biasa dipindang adalah aneka jenis ikan yang banyak ditangkap atau dibudidayakan di Indonesia. Di antaranya adalah ikan tongkol, cakalang, kembung, dan bandeng.
Dengan kelezatannya, ikan pindang cocok menjadi lauk di meja makan. Terlebih, gizinya juga sangat baik dengan kandungan protein yang tinggi, mencapai 27-30 persen.
Menikmati Surga Kuliner Ikan ketika Berkunjung ke Palangkaraya
Potensi Cuan dari Ikan Pindang
Ternyata, ikan pindang tidak hanya punya rasa lezat dan gizi yang tinggi. Ada pula potensi cuan alias keuntungan besar yang bisa didapat dari bisnis pemindangan ikan.
Pemindangan ikan memang jadi penggerak roda perekonomian bagi suatu daerah. Ini dikarenakan terdapat multiplier effect dari bisnis tersebut berhubung banyak pihak yang terlibat di dalamnya selain pengolah ikan, mulai dari nelayan, buruh, pembuat besek, hingga petani garam.
Angka penjualan ikan pindang pun terbilang fantastis. Pada 2022, diketahui ada 4 miliar besek ikan pindang yang terjual. Dari penjualan tersebut, uang yang berputar mencapai Rp16 triliun.
"Kalau per besek dijual seharga Rp4.000 artinya ada perputaran Rp16 triliun. Keuntungan bersih per pemindang sebesar Rp240 ribu per hari atau Rp7,2 juta per bulan," ujar Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistiyo seperti dilansir laman Indonesia.go.id.
Dengan penjualan yang sedemikian banyak, tentu jumlah bahan baku pindang yang dibutuhkan juga besar. Tercatat, dibutuhkan bahan baku segar sebesar 577.899 ton pada 2022.
"Bahan baku ini umumnya dipasok dari perairan Jawa, Bali, Maluku, dan Sulawesi Selatan," lanjut Budi.
Diketahui, sebagian besar pemindang beroperasi di Jawa Barat. Kemudian provinsi yang juga punya pemindang paling banyak adalah Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur.
Sedang Berdiet? Ini Menu Lokal Indonesia yang Ampuh dan Berserat Tinggi!
Referensi:
- Saidi, M. (2021). Model Pemberdayaan Ekonomi Nelayan: Studi Sistem Bagi Hasil Perikanan. Uli Citra Mandiri.
- https://indonesia.go.id/kategori/editorial/7281/ikan-pindang-solusi-kemiskinan-dan-stunting?lang=1
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News