Kisah Pemenang Desa Sejahtera Astra Lewat Andespin

Kisah Pemenang Desa Sejahtera Astra Lewat Andespin
info gambar utama

Di tepian indah Laut Sungai Pinang, sebuah kisah inspiratif tentang perubahan dan perjuangan untuk melindungi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sedang berlangsung. David Hidayat, seorang anak desa asli Sumatera Barat, telah menjadi pionir dalam menjaga ekosistem pesisir laut dan memberdayakan masyarakat di sekitarnya. Cerita tentang perjalanan hidupnya, yang memimpin kepada pendirian program Andespin (Anak Desa Sungai Pinang), adalah bukti nyata bahwa satu individu memiliki kekuatan untuk mengubah dunia di sekitarnya.

David memulai perjalanannya pada tahun 2014, ketika ia melihat kerusakan yang merajalela di wilayah pesisir Laut Sungai Pinang. Masyarakat setempat yang tidak bertanggung jawab dan penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan telah merusak terumbu karang yang merupakan warisan alam berharga. Terlebih lagi, wisatawan yang tidak sadar akan dampak negatifnya telah memperburuk situasi tersebut.

Pria berusia 32 tahun ini adalah seorang pemuda di Nagari (Desa) Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Jarak tempuh dari Kota Padang ke desanya hanya memakan waktu satu jam jika ditempuh dengan mengendarai sepeda motor.

Tesla Bukan Mau Bikin Pabrik Mobil di RI, Tapi Bahan Baku Baterai

Ketika tiba di kampung halaman David, mata akan disuguhkan dengan pemandangan luas hamparan laut yang begitu indah. Kapal-kapal nelayan terparkir rapi, para nelayan sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, dan anak-anak bermain dengan penuh kegembiraan.

Namun, jika melihat ke arah samping kediaman David, tampak sebuah bangunan bertingkat mencolok dengan ukuran 11x7 meter. Bangunan ini dikenal sebagai basecamp yang diberi nama Rumah Belajar Andespin (Anak Desa Sungai Pinang) oleh David. Rumah Belajar Andespin yang didirikannya menjadi tempat di mana para anak nelayan di kampungnya dapat belajar mengenal alam.

Oleh karena itu, anak kedua dari enam bersaudara pasangan Aswad dan Nurhayati itu, sering disebut dengan sebutan David Andespin. Rumah Belajar Andespin yang ia dirikan menjadi tempat di mana para anak nelayan di kampungnya dapat memperoleh pengetahuan tentang kepedulian terhadap lingkungan dan keindahan alam laut.

Para anak nelayan ini termasuk yang masih berada di taman kanak-kanak hingga bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) begitu antusias terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan untuk menghargai dan menjaga lingkungan, terutama keindahan alam laut. David Andespin secara rutin mengadakan kegiatan seperti budidaya terumbu karang dan rumput laut.

Hampir setiap bulannya, David bersama para anak desa terlibat dalam kegiatan transplantasi karang, mulai dari tahap pengambilan hingga peletakan di dasar laut yang berkedalaman empat meter dengan menyelam. Selain itu, mereka juga terlibat dalam kegiatan penanaman pohon mangrove sebagai salah satu upaya dalam melestarikan keindahan laut.

Mereka sangat antusias dalam berpartisipasi dalam kegiatan seperti budidaya terumbu karang dan rumput laut. Kegiatan ini diadakan hampir setiap bulan oleh David bersama anak-anak desa. Mereka mulai dari tahap mengikuti transplantasi karang hingga proses peletakan karang di dasar laut yang berkedalaman empat meter dengan menyelam. Hal ini mirip dengan kegiatan lain yang mencakup penanaman pohon mangrove sebagai bagian dari usaha untuk melestarikan keindahan laut.

TNI Bergerak, Olimpiade Militer Internasional Berpeluang Digelar di Indonesia

Laut Sungai Pinang adalah sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar. Namun, kerusakan ini membawa ancaman terhadap ekosistem laut dan mata pencaharian mereka. David, yang memiliki latar belakang dalam ilmu perikanan dan kelautan dari Universitas Bung Hatta, Padang, memutuskan untuk mengambil tindakan.

Dengan semangat yang membara, David mendirikan klub yang terdiri dari pemuda-pemuda dari Nagari Sungai Pinang, kampung halamannya. Dia ingin mengubah paradigma mereka dan memanfaatkan potensi kelautan dan perikanan yang belum dimaksimalkan. Dari situlah lahir Andespin, sebuah gerakan sosial yang memiliki tujuan jelas: melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Andespin bukan hanya sebuah gerakan biasa. Ini adalah wadah di mana pengetahuan dan pengalaman David selama kuliah dan keterlibatannya dalam berbagai organisasi diolah menjadi program-program nyata. Melalui pendidikan, pelatihan, dan upaya konservasi, Andespin tidak hanya menjaga terumbu karang, tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk hidup berdampingan dengan alam.

Untuk memanfaatkan waktu yang tersisa dengan baik, David mulai memberikan kegiatan pembelajaran tentang kepedulian lingkungan kepada anak-anak desa. Selain itu, David juga mendirikan sebuah taman baca di dalam Rumah Belajar Andespin.

Inisiatif dari David dengan mengadakan Rumah Belajar Andespin menjadi suatu ruang bagi anak-anak di desa, terutama dalam situasi pandemi yang memaksa mereka untuk belajar di rumah, sehingga tetap mempertahankan semangat belajar mereka.

David Hidayat, dengan tekad dan dedikasi yang luar biasa, telah membuktikan bahwa satu individu bisa menjadi pahlawan lingkungan dan agen perubahan sosial. Kisahnya adalah cerminan dari kekuatan visi, semangat, dan tindakan nyata dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi alam dan manusia. Ia adalah contoh bahwa ketika satu orang bertindak, itu dapat memicu gelombang perubahan yang menginspirasi semua orang di sekitarnya.

Menuju Belitung Sebagai Destinasi Wisata Prioritas di Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MT
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini