Mengenal Alat Penerangan Tradisional Indonesia

Mengenal Alat Penerangan Tradisional Indonesia

Listrik di Indonesia pertama kali berada di Batavia pada 1897 oleh perusahaan listrik Nederlandche indische Electriciteit Maatschappij (NIEM).

Sebelum aliran listrik tersedia di seluruh pelosok negeri, masyarakat kita menggunakan alat-alat tradisional untuk kebutuhan penerangan.

Yang pertama Lampu petromaks yang memiliki bentuk yang unik. Untuk dapat menikmati cahaya terang benderang dari lampu ini dibutuhkan bahan bakar minyak tanah dan spiritus (kerosin, parafin).

Lampu petromaks sebenarnya ditemukan oleh Max Graetz (1851-1937), CEO perusahaan Ehrich & Graetz yang berpusat di Berlin, Jerman.

Tahun Pada era 90-an lampu ini banyak digunakan untuk penerangan oleh pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya di malam hari.

Pada masa lampau, hanya orang-orang dari kalangan menengah ke atas yang bisa memilikinya. Cahaya yang dihasilkan bisa disesuaikan melalui pompa manual pada tuas di bagian bawah lampu.

Selain lampu petromaks, ada juga lampu dian atau biasa disebut sebagai semprongan atau cemprong. Bentuknya khas, yakni tabung yang terbuat dari kaca dengan bagian bawah yang membulat. Lampu ini menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya.

Dan yang terakhir tentunya obor. Terbuat dari bahan sebilah bambu dengan kain atau sabut kelapa yang sudah diberi minyak tanah sebagai sumbunya.

Obor lazimnya digunakan untuk bepergian ke suatu tempat, merayakan acara tertentu, bahkan mencari ikan di malam hari.

Terima kasih telah membaca sampai di sini