Sejarah Pasar Tanah Abang, Tempat Bandar Kambing hingga Lokasi Perdagangan Tekstil Terbesar di Asia Tenggara

Sejarah Pasar Tanah Abang, Tempat Bandar Kambing hingga Lokasi Perdagangan Tekstil  Terbesar di Asia Tenggara
Sejarah Pasar Tanah Abang, Tempat Bandar Kambing hingga Lokasi Perdagangan Tekstil  Terbesar di Asia Tenggara
Sejarah Pasar Tanah Abang, Tempat Bandar Kambing hingga Lokasi Perdagangan Tekstil  Terbesar di Asia Tenggara
Sejarah Pasar Tanah Abang, Tempat Bandar Kambing hingga Lokasi Perdagangan Tekstil  Terbesar di Asia Tenggara
Sejarah Pasar Tanah Abang, Tempat Bandar Kambing hingga Lokasi Perdagangan Tekstil  Terbesar di Asia Tenggara
Sejarah Pasar Tanah Abang, Tempat Bandar Kambing hingga Lokasi Perdagangan Tekstil  Terbesar di Asia Tenggara
Sejarah Pasar Tanah Abang, Tempat Bandar Kambing hingga Lokasi Perdagangan Tekstil  Terbesar di Asia Tenggara

Pasar Tanah Abang telah mengalami beberapa perubahan sejak dibangun pertama kali hingga saat ini. Tapi siapa sangka, dahulu, tempat penjualan tekstil itu merupakan pasar tempat berjualan kambing.

Penulis Abduh Chaer dalam bukunya yang berjudul Tenabang Tempo Doeloe mengatakan, Pasar ini merupakan pasar kambing dari abad 18 hingga 1950 silam. Pasar Tanah Abang menjadi pasar kambing karena lokasinya yang dekat dengan Kali Krukut.

Di zaman Belanda, kawasan Tanah Abang dijadikan tempat persinggahan para petani dan peternak. Hasil perkebunan dibawa ke kota menggunakan perahu lewat kanal.

Dari arah selatan Tanah Abang, melalui Kali Krukut, didatangkan hasil hutan dan ternak. Oleh para pedagang ternak, bukit Tanah Abang ini dijadikan tempat persinggahan sambil menggembalakan ternaknya.

Pasar ini lalu berkembang setelah datangnya pejabat VOC Justinus Vinck ke Tanah Abang pada 30 Agustus 1735. Dia lalu mendirikan pasar yang tidak hanya memberi ruang bagi perdagangan kambing, tetapi juga bahan tekstil.

Dulu, Pasar Tanah Abang juga disebut Pasar Sabtu karena dibuka hanya setiap Sabtu. Namun saat itu, pasar ini mampu menyaingi pasar Senen yang sudah lebih maju.

Tidak hanya dikenal dengan Pasar Sabtu, kabarnya orang-orang Belanda pada saat itu juga memanggil Pasar Tanah Abang dengan sebutan De Nabang. Konon, di sana terdapat banyak pohon nabang atau pohon palem yang tertanam di sekitar kawasan tersebut.

Terima kasih telah membaca sampai di sini