Arsitektur Tradisional (2): Rumah Panggung di Sunda dan Fungsinya

Artikel ini milik Inimahsumedang dan merupakan bentuk kerjasama dengan Good News From Indonesia.

Arsitektur Tradisional (2): Rumah Panggung di Sunda dan Fungsinya
info gambar utama

Jika di tempat wargi Sumedang masih ada rumah panggung, silakan foto dan tag instagram mimin yah, hehe. Kali ini mimin akan membahas tentang rumah panggung, khususnya ya rumah tradisional Sunda, agar makin tahu Indonesia.

Masyarakat Sunda memiliki rumah tradisional yang dinamakan imah panggung ‘rumah panggung’. Keberadaannya di kota dengan arsitektur tradisional Sunda dapat dikatakan sudah jarang kita temukan. Lain halnya dengan di pedesaan, di sana masih banyak kita temukan, terutama di lingkungan masyarakat petani.

Kata panggung berasal dari kata pang dan agung. Pang adalah kata imbuhan depan yang mempunyai arti paling, sementara agung mempunyai arti tinggi atau atas. Imah panggung adalah bangunan rumah yang memiliki lantai di atas tanah, jadi berarsitektur rumah yang memiliki kolong di bawah lantai – sekitar 40 hingga 60 cm tingginya, dengan menggunakan pondasi umpak atau beberapa sebutan lainnya yaitu wadasan, titinggi, dan tatapakan. Dalam pandangan Orang Sunda, imah merupakan lambang wanita, karena seluruh aktivitas di dalamnya dilakukan oleh wanita.

Struktur dan konstruksi imah panggung tampak ringan dan sederhana, karena jika kita amati bahan-bahan yang dipakai seluruhnya berasal dari alam sekitar, bahkan dibuat sendiri. Pondasi umpak-nya dari batu belah yang langsung diambil dari sungai, bukit, atau gunung; pangadeg ‘dinding imah’ terbuat dari bilik bambu yang dianyam atau papan kayu; lantai dari talupuh atau palupuh, yaitu bambu yang dirajang (dibelah-belah) atau dari papan; atap rangkanya dari bambu campur kayu serta penutupnya dari hateup kiray ‘atap nipah’ dan injuk ‘ijuk’.

Walau terlihat ringan dan sederhana, tetapi bangunan imah panggung tetap kuat dan kokoh. Terbukti rumah-rumah Sunda berarsitektur tradisional di kampung-kampung adat, seperti di Kampung Baduy, Naga, Kasepuhan Ciptagelar, dan Dukuh, setiap terjadi gempa bumi, rumah-rumah di daerah tersebut kokoh, tidak ada yang roboh. 

Baca Selengkapnya

Terima kasih telah membaca sampai di sini