Islam Nusantara dan 7 Strata Masyarakat Jawa yang Ditakuti Kaum Imperialis

Artikel ini milik Jurnaba dan merupakan bentuk kerjasama dengan Good News From Indonesia.

Islam Nusantara dan 7 Strata Masyarakat Jawa yang Ditakuti Kaum Imperialis
info gambar utama

Masyarakat Jawa Kuno (Nusantara) meyakini orang asing dan saudagar berstatus sebagai budak. Dan budak haram berbicara agama. Di sinilah hebatnya Wali Nusantara menghadapi tantangan tersebut. 

Jawa bukan sekadar Pulau Jawa. Tapi Jawa Dwipa (Nusantara), teritorial luas yang membentang di sekujur wilayah Asia Tenggara. Ini alasan utama kenapa ulama-ulama dari Thailand pernah bernisbat sebagai Al Jawi (Nusantara).

Islam masuk ke Nusantara cukup sulit. Tak hanya Islam, bahkan Hindu dan Budha juga mengalami kesulitan. Sebab, masyarakat Nusantara (Jawa Kuno) meyakini bahwa orang asing dan saudagar berstatus budak. Dan budak tak boleh berbicara soal agama.

Orang asing yang masuk wilayah Nusantara, auto budak. Langsung berstatus budak. Ini alasan utama kenapa ideologi dari bangsa asing cukup sulit diterima masyarakat Nusantara. Sebab, Nusantara kala itu sudah berperadaban.

Islam hadir ke Nusantara, tercatat sejak abad 7 M (periode 600 M). Yakni era Rani Simha (Kerajaan Kalingga). P. Wheatley dalam The Golden Kersonese: Studies in the Historical Geography of the Malay Peninsula Before A.D. 1500 menyebut, yang paling awal membawa seruan Islam ke Nusantara adalah para saudagar Arab.

Baca Selengkapnya

Terima kasih telah membaca sampai di sini