Mengenal Flexing, Budaya Pamer di Medsos yang Kurang Baik

Artikel ini milik Indonesiabaik.id dan merupakan bentuk kerjasama dengan Good News From Indonesia.

Mengenal Flexing, Budaya Pamer di Medsos yang Kurang Baik
info gambar utama

Di beberapa tahun terakhir, sejak media sosial menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari, perilaku flexing semakin mudah untuk dilakukan. Berasal dari bahasa Inggris, “flexing” memiliki makna harfiah sebagai “pamer”. Sedangkan dalam penjelasannya, flexing adalah istilah yang sering digunakan oleh generasi Z untuk mendefinisikan seseorang yang senang memamerkan kekayaannya pada orang lain, terutama di media sosial.

Sejak dulu, sebenarnya sudah banyak orang yang suka memperlihatkan gaya hidupnya yang mewah dengan berbagai tujuan, misalnya butuh validasi dan ingin dianggap sukses. Namun, baru-baru ini, fenomena flexing sudah bergeser menjadi ajang mencari penghasilan. Maka, SohIB bisa dengan mudah menjumpai berbagai konten di media sosial bertajuk “How much i spend in a day”, house tour yang meliput rumah mewah para artis, hingga wawancara singkat tentang harga outfit yang dipakai. Tayangan seperti ini hampir tidak pernah sepi penonton, sehingga dimanfaatkan oleh banyak oknum untuk melakukan kegiatan marketing dan endorsement tipis-tipis.

Tak hanya itu saja, masyarakat pun sepertinya sudah mulai mentoleransi adanya flexing di tengah kehidupan kita. Netizen beramai-ramai memviralkan konten “pamer” dan mengirimkan beragam komentar seakan menertawakan “kemiskinan dirinya”. Nggak heran, treatment untuk menjaga kewarasan mental dan menjauhkan dari penyakit hati seperti social media detox pun hadir untuk menimbangi ini.

Baca Selengkapnya

Terima kasih telah membaca sampai di sini